Membimbing Semua Makhluk
Bodhisatwa datang untuk menjangkau semua makhluk yang menderita. Penderitaan sudah ada di dunia ini sejak zaman dahulu. Ajaran pertama yang dibabarkan Buddha di dunia ini adalah tentang penderitaan, sebab penderitaan, akhir penderitaan, dan jalan mengakhiri penderitaan. Ya. Ini disebut Empat Kebenaran Mulia. Sebagai praktisi Buddhis, kita harus tahu akan hal ini.
Selain harus mengetahuinya, kita juga harus menjangkau semua makhluk yang menderita di dunia ini. Inilah semangat Bodhisatwa dunia. Setelah tahu bahwa dunia ini penuh dengan penderitaan, kita harus bertekad untuk terjun ke tengah masyarakat. Namun, untuk bisa terjun ke tengah masyarakat, kita harus giat melatih diri dan menghilangkan noda batin terlebih dahulu. Jika tidak menghilangkan noda batin, kita bahkan tidak mampu melindungi diri sendiri di tengah masyarakat. Jika kita dipenuhi noda batin, maka berinteraksi dengan sedikit orang saja sudah membawa kerisauan bagi kita. Bagaimana kita bisa terjun ke tengah masyarakat tanpa tercemar oleh noda batin?
Untuk bisa melakukannya, kita harus memahami kebenaran dan giat melatih diri. Kita harus tahu bahwa penderitaan disebabkan oleh akumulasi noda batin yang menimbulkan perselisihan antarmanusia. Setiap orang memiliki pendapat yang berbeda. Karena itu, timbul rasa tidak senang di dalam batin kita. Akibat rasa tidak senang ini, timbullah keluhan, kebencian, dan dendam. Ini karena kita tidak memahami kebenaran. Ada juga penderitaan yang datang dari kemelekatan terhadap yang dikasihi. Melekat pada yang dikasihi akan membawa penderitaan yang sangat besar. Berpisah dengan yang dikasihi juga membawa penderitaan yang sangat besar. Kita harus memahami semua kebenaran ini. Kehidupan masyarakat juga tidak terlepas dari penderitaan akibat berpisah dengan yang dikasihi, bertemu dengan yang dibenci, keterikatan pada Lima Agregat, lahir, tua, sakit, dan mati.
Jika kita memahami kebenaran tentang penderitaan dan sebab penderitaan, kita harus berusaha mengakhirinya. Inilah yang disebut akhir penderitaan. Kita harus giat melatih diri untuk menjalani hidup dengan kebijaksanaan dan memahami kebenaran. Dengan demikian, saat terjun ke tengah masyarakat, barulah kita bisa menghadapi semua makhluk tanpa terpengaruh oleh noda batin mereka. Jadi, yang terpenting dalam Empat Kebenaran Mulia adalah kita harus melatih diri di jalan yang benar. Inilah yang disebut penderitaan, sebab penderitaan, akhir penderitaan, dan jalan mengakhiri penderitaan. Kita harus menghapus noda batin dan menapaki Jalan Bodhisatwa dengan sepenuh hati. Kita harus tahu jelas tentang penderitaan, sebab penderitaan, akhir penderitaan, dan jalan mengakhiri penderitaan.
Di dunia ini, selain waktu yang terus berlalu dengan cepat, ketidakkekalan juga dapat terjadi dalam sekejap. Kita tidak tahu kapan ketidakkekalan akan terjadi. Ini mengingatkan saya pada insiden jatuhnya pesawat di Penghu dan ledakan pipa gas di Kaohsiung. Beberapa hari yang lalu, di sebuah gelanggang boling di Taoyuan tiba-tiba terjadi kebakaran yang merenggut nyawa enam petugas pemadam kebakaran. Mereka dengan penuh semangat mendedikasikan diri menjadi petugas pemadam kebakaran. Dengan penuh keberanian, mereka bersumbangsih demi masyarakat. Namun, inilah ketidakkekalan. Setiap teringat akan hal ini, saya merasa tidak sampai hati. Keluarga korban pasti tidak dapat merelakan kepergian mereka.
Pada hari itu, setelah mengetahui berita ini sekitar pukul 4 dini hari, insan Tzu Chi segera menghibur, memperhatikan, dan mendampingi keluarga korban di rumah sakit. Saya sungguh merasa tidak sampai hati. Inilah yang disebut ketidakkekalan. Kini kalian harus menggunakan kebijaksanaan untuk mendampingi keenam keluarga ini. Beginilah kehidupan di dunia ini. Waktu terus berlalu dan ketidakkekalan juga dapat terjadi kapan saja. Karena itu, kita harus memanfaatkan setiap momen dengan baik dan selalu mawas diri dan tulus. Kita harus selalu bersyukur atas setiap waktu yang telah dilewati dengan selamat.
Antarsesama manusia, kita harus bisa menjalin kasih sayang yang tulus. Orang-orang dapat berkumpul bersama karena memiliki jalinan jodoh. Jalinan jodoh antaranggota keluarga jauh lebih mendalam lagi. Terlebih jalinan jodoh antarsaudara se-Dharma di Tzu Chi, tentu lebih istimewa lagi karena jalinan jodoh ini terakumulasi dari kehidupan ke kehidupan.
Kita bisa melihat anak perempuan yang kini telah berusia 2 tahun lebih. Dia memiliki tekad yang teguh untuk terus mendengar ceramah pagi saya bersama kakek dan neneknya. Adakalanya, karena melihatnya sedang tidur, kakek dan neneknya berniat untuk keluar tanpa mengajaknya. Tidak disangka, setelah mereka selesai cuci muka dan keluar dari kamar mandi, dia sudah duduk di atas ranjang dan tersenyum kepada kakek dan neneknya. Dia ingin ikut mendengar ceramah pagi saya. Adakalanya, jika kakeknya belum bangun pada waktunya, dia akan membangunkan dan mengingatkan kakeknya untuk tidak malas. Lalu, kakeknya akan segera bangun.
Dia terlahir membawa benih Bodhisatwa. Pada kehidupan lampau, dia adalah insan Tzu Chi yang telah mendengar ceramah saya. Jadi, pada kehidupan lampau, dia sudah pernah mendengar Dharma. Kini, dia kembali mendengar Dharma. Namun, yang paling mengkhawatirkan adalah godaan di masa mendatang yang mungkin membuatnya berjalan menyimpang. Jika dapat mempererat jalinan jodoh untuk terus mendalami Dharma, dia akan dapat menyerap Dharma ke dalam hati. Jika akar keyakinan sudah mendalam, maka dia tidak akan tergoyahkan.
Kedalaman akar keyakinan seseorang bergantung pada dirinya sendiri. Kita harus memanfaatkan waktu pada saat ini untuk memperdalam akar keyakinan kita sehingga pada kehidupan berikutnya, kita tidak mudah terpengaruh oleh godaan lingkungan. Jika pada kehidupan ini kita tidak tergoda, maka pada kehidupan berikutnya kita juga tidak akan terpengaruh oleh godaan lingkungan. Ini karena kita telah menjalin jodoh Dharma yang mendalam pada kehidupan ini. Kita dapat saling mendukung berkat jalinan jodoh Dharma. Jadi, kita harus menghargai jalinan jodoh ini.
Kehidupan ini penuh dengan ketidakpastian. Dapat memiliki guru yang sama, berjalan di jalan yang sama, memiliki tekad yang sama, dan bergabung dalam keluarga besar Tzu Chi, kita harus sangat menghargai jalinan jodoh ini. Semua saudara se-Dharma harus saling memperhatikan dan saling berterima kasih. Tekad kita adalah menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia. Kita harus berterima kasih kepada orang-orang di sekeliling kita. Tanpa orang-orang di sekeliling kita dan para relawan senior yang bergabung dengan Tzu Chi terlebih dahulu, mana ada begitu banyak relawan baru yang dilantik dari tahun ke tahun? Karena itu, kita harus bersyukur atas segala hal di masa lalu. Kita juga harus lebih menghargai jalinan jodoh pada saat ini Kita juga harus lebih menghargai jalinan jodoh pada saat ini dan membimbing lebih banyak orang lagi.
Satu bertumbuh menjadi tak terhingga dan yang tak terhingga bertumbuh dari satu. Orang lain telah membimbing kita. Kini giliran kita untuk membimbing orang lain. Dengan cara inilah kita meneruskan semangat Tzu Chi. Mari kita bergandengan tangan dengan penuh cinta kasih untuk bersumbangsih bagi dunia.
Menghapus noda batin dan menyucikan pikiran
Membimbing sesama di tengah masyarakat tanpa terpengaruh kondisi luar
Memahami rapuhnya kehidupan manusia dan Empat Kebenaran Mulia
Menghargai setiap momen pada kehidupan ini untuk memperdalam akar keyakinan
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 25 Januari 2015