Membina Insan Berbakat dan Bersumbangsih dengan Sukacita
“Kini kami tengah berusaha untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan para pasien di RS Tzu Chi Dalin. Kami berharap bukan hanya mengobati penyakit pasien yang datang ke sini, tetapi juga bisa mengubah kehidupan mereka menjadi lebih baik,” ucap dr. Lai Ning-sheng, Kepala RS Tzu Chi Dalin.
“Di sini, saya belajar tentang nilai budaya humanis Tzu Chi. Semoga dalam karier saya sebagai dokter kelak, selain bisa menyembuhkan penyakit pasien, saya juga bisa menyembuhkan hati mereka,” dr. Zhang Jing-xiang, Dokter Departemen Pengobatan Tiongkok RS Tzu Chi Dalin.
“Kita harus berani memikul tanggung jawab, menghadapi tantangan, dan bekerja keras untuk mengembangkan keterampilan kita. Dengan demikian, kita bisa menjalin jodoh baik dengan pasien. Benar tidak? Bagi saya, sebagai dokter, mengobati pasien juga merupakan bentuk pelatihan diri,” tutur dr. Liu Geng-zhang, Dokter Departemen Orthopedi RS Tzu Chi Dalin
Meski sudah tujuh bulan tidak bertemu, tetapi saya merasa tenang. Begitu datang ke Dalin, saya merasa tenang. Pada zaman sekarang ini, kondisi sistem medis sungguh membuat orang merasa khawatir. Kita sering mendengar beberapa departemen di rumah sakit yang kekurangan tenaga medis. Pada awalnya, saya tidak memahami mengapa di dalam rumah sakit juga bisa terjadi begitu banyak masalah. Mengapa bisa begitu?
Tidak lama kemudian, saya kembali mendengar "kosongnya" tenaga dokter. Ternyata, dunia medis juga mengandung Dharma. Tak lama kemudian, departemen lain juga mengalami hal yang sama. Aneh. Mengapa kekosongan seperti ini bisa terus terjadi di dalam dunia medis kita? Tentunya, setiap kali mendengar tentang “kekosongan” ini, saya merasa sangat khawatir. Terlebih lagi, semakin hari, kekosongan ini semakin bertambah. kekosongan ini semakin bertambah. Seperti yang sering saya katakan, kekosongan ini terjadi karena adanya lubang yang menimbulkan kebocoran. Mengapa di dalam misi kesehatan kita bisa ada lubang? kita juga kekurangan perawat. Kondisi ini sungguh mencemaskan.
Sudah berapa banyak sumber daya yang digunakan masyarakat untuk membina dokter dan perawat? Tzu Chi sendiri memiliki sekolah kedokteran. Kita juga memiliki sekolah keperawatan dan lain sebagainya. Dibutuhkan usaha keras dan sumber daya untuk membina para tenaga medis. Saya selalu merasa bahwa dunia ini tidak bisa kekurangan tim medis karena manusia mengalami fase lahir, tua, sakit, dan mati. Kehidupan manusia tidak boleh kekurangan tenaga medis. Jadi, kita harus tahu bahwa dokter dan perawat merupakan profesi yang sangat mulia dan sangat dihormati oleh orang-orang. Bagi saya, profesi ini sangat mulia dan merupakan sebuah panggilan jiwa.
Saat masih muda, saya juga ingin menjadi tenaga medis. Sayangnya, saya tidak memiliki jalinan jodoh ini. Saya sangat mengagumi dan menghormati para tenaga medis. Saya baru saja melihat banyak dokter lulusan Universitas Tzu Chi dari angkatan yang berbeda-beda. Saya sangat mengagumi semua murid jurusan kedokteran kita. Begitu pula dengan murid jurusan keperawatan. Intinya, bagi saya, profesi dokter dan perawat adalah profesi yang sangat mulia. Kita harus membimbing para siswa dengan baik. Kita juga menyediakan fasilitas yang terbaik untuk mereka.
Lihatlah, di fakultas kedokteran Tzu Chi, ada kelas simulasi bedah. Lihatlah, berapa banyak insan Tzu Chi yang saat masih sehat, mereka sangat giat mendedikasikan diri untuk masyarakat dan Tzu Chi. Saat saya ingin membangun rumah sakit, mereka mendonasikan pasir dan batako untuk membantu saya membangun rumah sakit. Begitu pula saat saya ingin membangun sekolah. Adakalanya, saat terjatuh dan bangun kembali, mereka bahkan tidak tega membuang butiran pasir di baju mereka. Mereka mengumpulkan setiap butir pasir dengan sangat hati-hati. Demikianlah mereka berkontribusi dengan bersungguh hati. Setelah rumah sakit kita selesai dibangun, mereka menjadi relawan di sana. Setelah gedung sekolah kita selesai dibangun, mereka menjadi ayah dan ibu asuh Tzu Chi.
Saya yakin cinta kasih mereka ini sangatlah tulus dan murni. Mereka memberikan pendampingan dengan cinta kasih Bodhisatwa yang penuh kesadaran. Setiap teringat sumbangsih tanpa pamrih setiap insan Tzu Chi, saya sangat tersentuh. Mereka semua sangat bekerja keras. Mereka juga mengalami tekanan yang sangat besar. Akan tetapi, dengan penuh kesatuan hati dan tekad, mereka terus mendukung dan mendampingi saya. Bahkan hingga kehidupan mereka berakhir, mereka masih mendonorkan tubuh mereka untuk menjadi Silent Mentor dalam kelas simulasi bedah. Mereka semua begitu bersatu hati dan tekad untuk mendedikasikan diri.
Beberapa hari lalu, saat melakukan perjalanan menuju Taiwan bagian selatan, di dalam hati saya terus muncul bayangan seseorang. Saya tahu bahwa dalam perjalanan ke Kaohsiung kali ini, saya tidak bisa melihatnya lagi. Dia adalah murid saya yang baik. Suatu hari, karena jantungnya terasa sakit, dia pun segera berobat ke dokter. Setelah merasa lebih baik, dia kembali terjun melakukan daur ulang. Lalu, dr. Lin berkata padanya untuk segera berobat ke rumah sakit karena penyakitnya sudah sangat serius. Jadi, dia datang ke RS Tzu Chi Dalin.
Kebetulan hari itu, ada seorang pasien yang juga tengah menjalani sebuah operasi yang sangat penting dan membutuhkan mesin ECMO. Kita hanya memiliki satu mesin ini. Oleh karena itu, dr. Chen segera merekomendasikannya ke rumah sakit besar lain yang ada di daerah ini. Saya mendengar bahwa dia telah berusaha sekuat tenaga. Sebelum memasuki ruang operasi, dia berkata kepada insan Tzu Chi lainnya, “Kalian tenang saja. Saya tidak akan mengecewakan Master.” Setelah itu, dia masuk ke ruang operasi. Setelah masuk ke ruang operasi, dia tidak pernah keluar lagi. Saya merasa sangat kehilangan. Saya sangat berterima kasih kepada RS Tzu Chi Dalin yang telah menjemputnya kembali karena harapan terakhirnya adalah kembali ke rumah Tzu Chi dan mendonorkan tubuhnya kepada Tzu Chi.
Saya dengar bahwa tubuhnya telah digunakan untuk kelas anatomi. Dia sungguh dekat di hati saya. Sepanjang hidupnya, dia berpegang teguh pada tekadnya untuk mengerahkan kekuatan cinta kasih guna menunaikan kewajibannya dan bersumbangsih bagi semua orang. Oleh karena itu, saya sering mengatakan bahwa saya sangat berterima kasih kepada semua insan Tzu Chi. Saya juga sangat berterima kasih kepada para kepala rumah sakit dari enam Rumah Sakit Tzu Chi yang telah bekerja dengan segenap hati dan tenaga. Saya juga yakin setiap dokter yang memilih bekerja di Rumah Sakit Tzu Chi memiliki satu tekad yang sama.
Akan tetapi, pandangan orang zaman sekarang sudah berubah pandangan orang zaman sekarang sudah berubah dan semakin buruk dari tahun ke tahun sehingga memberikan tekanan besar bagi para tenaga medis. Saya juga tidak tega dengan kalian. Namun, jika kalian berpikir pekerjaan ini sangat berat dan penuh tekanan, maka kalian akan “roboh” dengan cepat. Karena itu, insan Tzu Chi selalu menganggap pekerjaan yang melelahkan sebagai suatu berkah dan kebahagiaan. Ini karena kita bekerja dengan sukarela.
Di tengah lingkungan yang penuh berkah ini, saya yakin kalian semua pasti merasa bahagia. Apakah kalian bahagia? Bahagia. Kalian semua sangat bekerja keras. Namun, seperti yang saya katakan, insan Tzu Chi memiliki sebuah ungkapan, “Kerja keras merupakan berkah.” Kita bersukacita karena masih sehat dan bisa melayani orang lain. Bisa melayani orang lain adalah hal yang paling menggembirakan. Jika bisa menyelesaikan pekerjaan kita dengan baik, maka kita akan dipenuhi berkah dan kebahagiaan. Semoga para staf, dokter, dan Bodhisatwa yang ada di sini bisa selalu dipenuhi berkah dan kebahagiaan. Bekerja dengan sukarela dan menerima dengan sukacita.Semoga kalian merasa bahagia setiap hari.
Misi kesehatan Tzu Chi tidak bisa kekurangan tenaga medis
Membina para dokter dan perawat dengan bersungguh hati
Mengenang seorang relawan Tzu Chi yang mendonorkan tubuhnya
Memperoleh sukacita setelah bekerja dengan tekun dan sukarela
Link video (teks Mandarin dan Inggris): Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Juni 2014
Sumber: DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Rita, Yuni