Mempererat Jalinan Kasih Sayang yang Tulus
Waktu berlalu dengan sangat cepat. Seiring berlalunya satu hari,usia kehidupan kita juga berkurang. Bagai ikan yang kekurangan air, adakah kebahagiaan yang dimiliki? Semua orang mungkin sering mendengar saya sering mengatakan tiada waktu lagi. Menit demi menit dan detik demi detik terus berlalu bagai pasir pada jam pasir. Seiring berjalannya waktu, manusia juga terus menua. Tak terasa, waktu satu tahun sudah kembali kita lewati. Kita harus terus bersyukur atas hari-hari yang kita lalui dengan selamat.
Tahun Baru Imlek akan segera tiba. Kita harus senantiasa membangkitkan ketulusan dalam menyambut setiap hari yang baru di masa depan. Kita harus tulus menyambut masa depan. Antarsesama manusia, kita harus berinteraksi dengan penuh ketulusan. Manusia harus memiliki kasih sayang yang tulus. Jika antarsesama manusia dapat berinteraksi dengan tulus tanpa saling curiga, maka dunia ini akan dipenuhi kebaikan. Inilah yang harus kita usahakan. Untuk menciptakan keharmonisan masyarakat, satu-satunya cara adalah antarsesama manusia harus saling berinteraksi dengan ketulusan. Dengan adanya ketulusan, tak akan ada kecurigaan. Tanpa kecurigaan, hati kita dengan sendirinya akan semakin lapang.
"Tiga Tiada" yang saya ajarkan salah satunya adalah di dunia ini tiada orang yang tidak saya kasihi. Sejak kecil hingga di masa muda, saya selalu memiliki sebuah harapan, yakni semoga saya dapat mengasihi semua orang dan dikasihi oleh semua orang. Untuk itu, diri sendiri harus terlebih dahulu mengasihi orang lain dengan hati yang tulus. Jika kita tulus mengasihi orang lain, maka orang lain pun akan mengasihi kita. Dengan begitu, dunia kita akan penuh kebahagiaan. Jangan membuat orang lain tidak suka kepada kita. Inilah dunia yang paling penuh berkah. Jadi, kita harus mengasihi semua orang dan terus memperluas cinta kasih kita.
Untuk mengasihi orang, kita harus memercayai mereka. Jika mengasihi orang, berarti kita memercayainya. Setiap kali mendengar ada orang yang tidak percaya pada orang tertentu, dalam hati saya merasa, "Perlukah seperti itu?" Orang yang tidak bisa memercayai orang lain berarti hatinya tidak terbuka. Jika kita dapat membuka hati, maka adakah orang yang tidak dapat kita percayai? Jadi, di dunia ini tiada orang yang tidak saya percayai. Sebagai makhluk awam, siapa yang tidak pernah berbuat salah? Saat orang lain berbuat kesalahan, kita juga harus berusaha untuk memaafkannya. Selain memaafkannya, kita juga harus berusaha membimbingnya. Bimbinglah dia sebagai wujud maaf kita. Jangan hanya karena beberapa kali dia mengabaikan nasihat kita, kita lalu meninggalkannya. Jika begitu, kita akan semakin jauh dari Buddha.
Pada saat ini setiap tahunnya, saya selalu melantik relawan baru. Yang paling membahagiakan bagi saya adalah melihat kalian mengenakan pita bertuliskan "Hati Buddha, Tekad Guru". Hati Buddha adalah hati yang penuh welas asih. Hati yang penuh welas asih harus memiliki "Tiga Tiada" yang kita bahas tadi, yakni tiada orang yang tidak saya kasihi, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan. Inilah hati Buddha. Ini menunjukkan hati yang terbuka dan lapang. Inilah tujuan kita mempelajari ajaran Buddha, yaitu menemukan kembali hati Buddha di dalam hati kita.
Selain itu, kalian harus menjadikan tekad Guru sebagai tekad sendiri. Saya sendiri menjadikan hati Buddha sebagai teladan. Saya pun berharap kalian semua juga berusaha seperti saya untuk memiliki hati Buddha. Namun, untuk mencapai tataran kebuddhaan, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa. Orang yang ingin menapaki Jalan Bodhisatwa tidak boleh tidak memiliki hati Buddha. Jadi, kita harus terlebih dahulu menanamkan hati Buddha di dalam hati kita. Kita harus bertekad menjalankan praktik nyata. Kita harus bertekad dan berikrar untuk berjalan di Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan. Inilah tekad saya. Setiap hari saya juga bertekad untuk berjalan di Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan.
Berbicara tentang dari kehidupan ke kehidupan, bagaimana dengan setiap momen saat ini? Kita harus terlebih dahulu menggenggam setiap momen saat ini. Jika setiap saat kita dapat melapangkan hati dan memiliki hati Buddha, maka setiap hari kita akan dapat menapaki Jalan Bodhisatwa. Dengan memiliki cinta kasih dan kebajikan setiap hari, maka tekad kita akan teguh. Cinta kasih ini sudah menjadi kebiasaan kita. Dengan begitu, bukan karma buruk yang kita bawa ke kehidupan mendatang, melainkan Dharma. Kekuatan cinta kasih yang kita miliki telah meresap ke dalam hati kita dan terwujud ke dalam perbuatan kita.
Pada kehidupan ini, kehidupan mendatang, bahkan dari kehidupan ke kehidupan,kita akan selalu berada di Jalan Bodhisatwa. Kata-kata ini bukan semata-mata lirik lagu. Ini adalah kebenaran yang harus diserap ke dalam hati. Keluarga besar Tzu Chi semakin lama semakin besar. Saya berharap semua orang yang masuk ke dalam keluarga besar Tzu Chi memiliki Bodhicitta yang tidak pernah pudar. Kita harus terus maju di Jalan Bodhisatwa. Pelantikan hari ini adalah langkah awal kalian di Jalan Bodhisatwa.
Pelatihan dan praktik yang telah kalian jalani sebelumnya bertujuan agar kalian memahami awal mula Tzu Chi didirikan serta tata krama dan aturan insan Tzu Chi. Kita belajar untuk menjadi Bodhisatwa serta belajar bersatu hati dan harmonis dengan orang lain.Jika dapat bersatu hati, kita semua akan harmonis. Secara alami, kita akan dapat saling mengasihi. Inilah ketulusan kasih sayang. Bodhisatwa selalu saling berinteraksi dengan tulus, tidak pernah saling curiga,dan tidak saling bertikai.
Inilah yang harus kita pelajari. Jadi, aturan dan tata krama adalah hal yang harus kita pelajari. Untuk itu, kita harus menjalani pelatihan. Hari ini kalian telah dilantik. Saya berharap mulai hari ini,kalian dapat memikul tanggung jawab lebih. Sebagai Bodhisatwa dunia, mulai hari ini kita harus memikul penderitaan semua makhluk. Kita harus memikul tanggung jawab kita ini. Semua orang memiliki tanggung jawab atas dunia. Inilah yang sering saya katakan. Jadi, mulai hari ini, kita harus bersungguh hati.
Menghargai waktu dan mensyukuri hari-hari yang telah dilewati dengan selamat
Melapangkan hati dan mempraktikkan "Tiga Tiada"
Bertekad untuk mempraktikkan Jalan Bodhisatwa
Mempererat Jalinan Kasih Sayang yang Tulus
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 23 Januari 2015