Memperlakukan Sesama dengan Tulus dan Bersama-sama Menciptakan Berkah
Kita bisa melihat terjangan Siklon Tropis Pam yang berkekuatan besar ini telah membuat sebuah negara kepulauan di Pasifik Selatan, yakni Vanuatu mengalami kerusakan dan bencana besar. Kita hendaknya senantiasa mawas diri dan tulus. Ketidakselarasan empat unsur alam dapat membawa bencana yang sangat besar. Dapat hidup aman dan tenteram, itu baru disebut memiliki berkah. Kehidupan yang aman dan tenteram harus dimulai dari membina keharmonisan antarmanusia. Jika pikiran kita selaras dan temperamen kita stabil, barulah cuaca bisa bersahabat. Karena itu, kita harus melatih diri.
Bukankah saya juga mengulas dalam ceramah pagi bahwa “gong” berarti berlatih ke dalam untuk membangkitkan niat baik dan “de” berarti bertindak secara nyata untuk menciptakan berkah bagi dunia. Inilah yang disebut “gong de” (pahala). Kita juga harus tulus terhadap sesama. Jadi, kita bersikap tulus bukan hanya demi keamanan dan ketenteraman diri sendiri, tetapi juga demi keamanan dan ketenteraman masyarakat, negara, dan setiap orang di dunia ini. Ini semua harus dimulai dari menjalin kasih sayang yang tulus dengan sesama. Sungguh, kita sangat membutuhkan kekuatan cinta kasih.
Kemarin, kita mengadakan upacara mengenang kebajikan dan upacara kremasi Silent Mentor. Ini merupakan wujud terima kasih mahasiswa-mahasiswi kedokteran Tzu Chi terhadap para Silent Mentor. Setiap angkatan mengadakan upacara seperti ini. Saya juga sangat berterima kasih kepada para Silent Mentor. Saat masih sehat dan mampu bergerak, mereka terjun ke tengah masyarakat untuk berbuat baik dan bersumbangsih tanpa pamrih. Mereka sungguh merupakan Bodhisatwa dunia. Hingga akhir hidup mereka, mereka masih mendonorkan tubuh mereka agar mahasiswa-mahasiswi kedokteran dapat lebih memahami struktur tubuh manusia. Mahasiswa-mahasiswi kedokteran kita mempelajari struktur tubuh manusia lewat kelas simulasi bedah agar saat menjalankan operasi, mereka tahu harus memulainya dari mana, bagaimana menoreh sayatan, dan lain-lain. Ini merupakan pelajaran yang sangat penting bagi para siswa kedokteran.
Para Silent Mentor bersumbangsih demi Tzu Chi, demi pembangunan sekolah, dan demi pembangunan rumah sakit. Setelah pembangunan sekolah rampung, mereka juga bergabung menjadi ayah asuh ataupun ibu asuh untuk mendampingi anak-anak. Mereka memperhatikan, mengasihi, dan melindungi anak-anak bagai anak sendiri. Setelah meninggal dunia, mereka mendonorkan tubuh mereka kepada mahasiswa-mahasiswi kedokteran agar mereka dapat latihan membuat sayatan pada tubuh manusia. Saya masih ingat pada Silent Mentor pertama kita, Relawan Li He-zhen. Dengan sangat tenang dan damai, dia berkata kepada mahasiswa-mahasiswi kita, “Kalian boleh menyayat tubuh saya sebanyak ratusan hingga ribuan kali, tetapi jangan sekali pun salah menyayat tubuh pasien.” Ini telah menjadi kata-kata bijak yang terkenal di fakultas kedokteran Tzu Chi.
Mahasiswa-mahasiswi kita selalu sangat menghormati para Silent Mentor. Setiap kali, saat kelas berakhir, mereka selalu mengadakan mereka selalu mengadakanupacara mengenang kebajikan dan upacara kremasi Silent Mentor dengan penuh hormat. Mahasiswa-mahasiswi menuju krematorium untuk membersihkan tempat tersebut. Setiap kali teringat akan hal ini, saya merasa metode pendidikan kita yang menekankan rasa syukur dan hormat kepada para Silent Mentor telah membuat mahasiswa-mahasiswi kita senantiasa memiliki rasa syukur. Kita harus menghargai tradisi yang sangat berharga ini.
Saya sangat bersyukur kepada para Silent Mentor. Sebagian besar dari mereka merupakan murid saya atau donatur Tzu Chi. Sebagian besar dari mereka merupakan insan Tzu Chi. Mereka bersumbangsih dengan kasih sayang yang tulus dan cinta kasih berkesadaran. Saya lebih berterima kasih lagi kepada keluarga para Silent Mentor yang bersedia mengabulkan harapan anggota keluarga mereka. Dalam setiap upacara mengenang kebajikan, upacara pelepasan, dan upacara kremasi, anggota keluarga Silent Mentor selalu datang untuk memberi penghormatan terakhir. Selain itu, anggota keluarga Silent Mentor juga menyemangati mahasiswa-mahasiswi kita untuk belajar dengan tekun dan bersemangat di dunia medis. Setelah lulus dan menjadi dokter, mereka harus mengembangkan cinta kasih universal yang tulus. Semua itu berlangsung dengan penuh khidmat. Ini merupakan tradisi fakultas kedokteran kita.
Hari ini di tahun 2003 adalah hari penetapan nama penyakit SARS. Saya masih ingat pada bulan April 2003, RS Heping di Taipei, Taiwan ditutup karena ditemukan adanya kasus penyakit SARS di sana. Sejak saat itu, seluruh masyarakat Taiwan merasa sangat cemas. Saat mendengar kabar ini, insan Tzu Chi tidak merasa takut. Dengan berani dan penuh semangat, mereka segera melakukan upaya mengantisipasi SARS. Kita berusaha untuk membantu agar orang-orang dapat tenang dan terhindar dari penyakit ini. Selama beberapa waktu itu,insan Tzu Chi terus mengirimi rumah sakit barang-barang yang dibutuhkan, termasuk pakaian pelindung.
Di Kantor Cabang Tzu Chi Kaohsiung yang saat itu masih bersifat sementara,kita membangun 6 jalur produksi untuk memproduksi pakaian pelindung. Produksi pakaian pelindung kita berjumlah lebih dari 10.000 helai. Inilah insan Tzu Chi. Apa pun yang dibutuhkan masyarakat, insan Tzu Chi selalu berusaha membantu. Namun, apakah orang-orang masih ingat? Insan Tzu Chi bersumbangsih dengan cinta kasih universal tanpa pamrih. Namun, apakah masih ada orang yang ingat?
Lihatlah, insan Tzu Chi mendekati orang-orang yang tidak berani didekati oleh orang lain dan membimbing mereka untuk berdoa bersama. Meski mereka hanya saling memandang dari jarak yang jauh, tetapi hati mereka terhubung oleh ketulusan. Bodhisatwa sekalian,insan Tzu Chi sungguh merupakan Bodhisatwa dunia yang bersumbangsih bagi masyarakat. Saya tidak tahu orang-orang masih mengingat hal ini atau tidak. Namun, saya sungguh sangat berterima kasih kepada seluruh insan Tzu Chi yang bersumbangsih secara diam-diam dan tanpa pamrih Dengan sangat tabah, kalian tetap bersumbangsih secara diam-diam.
Agar kondisi iklim bersahabat, kita harus menyelaraskan pikiran manusia
Memperlakukan sesama dengan tulus dan bersama-sama menciptakan berkah
Para Silent Mentor mempraktikkan keseimbangan batin agung
Mengenang kembali kesatuan hati insan Tzu Chi dalam mengantisipasi SARS
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 15 Maret 2015