Mempertahankan Keagungan Buddhisme

Sudah berapa lama saya tidak datang kemari? (Setengah tahun) Waktu setengah tahun ini terdengar sangat lama, tetapi saya merasa ia sangat singkat karena saya selalu merasa waktu sungguh tidak cukup. Oleh karena itu, saya sering mengatakan apa? Tidak sempat lagi. Sungguh, saya selalu merasa waktu saya tidak cukup. Jadwal saya setiap hari juga sangat padat. Karena itu, saya merasa waktu enam bulan tidaklah lama. Bagi saya, enam bulan sangatlah singkat. Akan tetapi, selama perjalanan ini, saya baru tahu bahwa ternyata kalian merasa enam bulan adalah waktu yang sangat panjang.

Selama enam bulan ini, saya tidak melakukan perjalanan karena tidak tega meninggalkan Hualien. Setiap pagi, saya bisa memberikan ceramah yang disiarkan ke seluruh penjuru dunia dengan menggunakan konferensi video sehingga semua orang bisa mendengarnya secara serempak. Selama perjalanan saya kali ini, saya mendengar bahwa kalian semua sangat tekun mendengar ceramah pagi. Karena mendengar Dharma, pikiran kalian akan berjalan ke arah yang benar. Karena mendengar ceramah yang sama dan menyerap Dharma yang sama ke dalam hati, maka secara alami kalian bisa bersatu hati dan bekerja sama dengan harmonis. Karena adanya kesatuan hati dan keharmonisan, setiap hari saya bisa mendengar kalian saling memuji dan berterima kasih.

Hubungan yang penuh cinta kasih, keharmonisan, dan ketulusan ini bisa terwujud karena kalian mendengar Dharma. Dengan mendengar Dharma, semua prasangka, kegelapan batin, dan noda batin yang kita miliki bisa dilenyapkan. Karena itu, kalian semua bisa seperti Bodhisatwa Sadaparibhuta yang selalu belajar untuk tidak merendahkan orang lain, tidak memandang tinggi diri sendiri, dan bersikap arogan. Kita hendaknya menggunakan perasaan seperti ini saat berinteraksi dengan orang lain. Dengan memiliki Dharma, kita baru bisa menginspirasi orang lain.

Kita juga bisa menginspirasi orang-orang yang ada di dalam penjara. Lihatlah para narapidana itu. Jika kita bisa sering pergi ke sana untuk berbagi Dharma dengan mereka, mereka bisa memulai hidup baru setelah bebas dari penjara. Ini merupakan pahala yang tak terbatas. Ini juga bisa menjaga keamanan masyarakat dan membuat banyak orang tua tenang. Jadi, sebelum para tahanan dibebaskan, jika kita bisa terjun ke penjara untuk menyucikan hati mereka, maka setelah bebas, arah pikiran mereka bisa menjadi benar. Ini sungguh merupakan pahala yang tak terbatas.

Kita semua harus bersungguh hati. Selain itu, saya mendengar kalian berbagi bahwa kalian menghirup keharuman Dharma setiap hari. Sebenarnya, saat berada di Taichung, saya juga telah mendengar seorang murid kelas empat SD yang bersama dengan ibunya mendengar ceramah pagi. Di dalam buku agendanya, dia menulis semua yang dipelajarinya dari ceramah pagi setiap hari. Dia menulisnya dengan sangat rapi. Dia memahami Dharma dengan sangat jelas. Gurunya bahkan memintanya tampil ke depan untuk berbagi dengan teman-teman sekelasnya. Jika kita membiarkan anak-anak belajar Dharma, maka pikiran mereka akan menjadi sehat. Kita sungguh harus menghirup keharuman Dharma. Janganlah kalian mendengar Dharma karena saya memintanya. Ini bukan demi saya, melainkan demi menumbuhkan dan meneguhkan jiwa kebijaksanaan kita sendiri.

Sejak Tahun Baru Imlek tahun ini, saya merasa sangat sibuk. Pada tanggal 24 bulan 3 Imlek, saya mengumumkan bahwa sejak hari itu, Tzu Chi telah memasuki tahun ke-49. Jadi, jika ada orang yang bertanya berapa usia Tzu Chi sekarang, kita bisa mengatakan bahwa Tzu Chi telah memasuki tahun ke-49. Selanjutnya, di bulan Mei, kita memperingati tiga perayaan sekaligus. Tadi saya juga mendengar bahwa pemerintah setempat akan menyediakan sebuah stadion di Changhua kepada kita setiap tahun untuk mengadakan upacara pemandian rupang Buddha. Tadi saya berkata kepada relawan di sini untuk membantu saya berterima kasih kepada pemerintah setempat. Stadion itu dapat menampung banyak orang.

Seperti yang telah kita ketahui, upacara pemandian rupang Buddha yang kita adakan setiap tahun bisa meningkatkan kesan indah terhadap Buddhisme. Kita sungguh bisa meningkatkan kesan indah terhadap Buddhisme. Kita bisa menunjukkan kepada semua orang bahwa dalam memperingati Hari Kelahiran Buddha, kita menggelar upacara yang sangat berbudaya dan sangat khidmat. Sekelompok besar orang membentuk formasi yang indah untuk memperingati Hari Kelahiran Buddha. Kita menggunakan hati yang paling tulus untuk bersujud di kaki Buddha.

Pada zaman Buddha, saat memberi hormat kepada Buddha, orang-orang menyentuhkan tangan dan dahi mereka ke kaki Buddha. Mereka bersujud dengan menyentuh kaki Buddha. Inilah yang disebut “bersujud di kaki Buddha”. Sekarang kita melakukannya dengan cara seperti ini. Saat tangan menyentuh air, kita bagaikan menyentuh kaki Buddha. Tahun ini, kita telah menciptakan sebuah alat uap sehingga tangan kita tidak perlu dicelupkan ke dalam air. Karena mempertimbangkan sanitasi, kita terus melakukan perbaikan dan mencari cara untuk menjaga kebersihan. Alat tersebut bisa menghasilkan uap air. Uap air yang dihasilkan beraroma harum. Jadi, saat membungkuk, kita bisa menghirup uap yang harum. Kita bisa mencium aroma yang harum. Inilah cara kita bersujud di kaki Buddha.

Semoga dengan cara seperti ini, kita bisa menunjukkan kepada umat Buddha dan non-Buddhis agar memahami makna dari peringatan Hari Kelahiran Buddha. Inilah upacara yang baru kita gelar bulan lalu. Saya berterima kasih kepada kalian semua yang telah mengundang banyak orang untuk merasakan Dharma yang sangat dalam dan tiada tara dan merasakan keagungan ajaran Buddha. Ini juga menciptakan pahala. Saya sungguh tersentuh.

Selanjutnya, kita akan memperingati Bulan Tujuh Penuh Berkah. Semua orang hendaknya memiliki pandangan dan pengetahuan benar. Bulan 7 Imlek bukanlah bulan untuk memberikan persembahan kepada para setan gentayangan. Kalian harus mempercayai ucapan saya. Kita tidak perlu memberikan persembahan kepada para setan gentayangan. Sungguh, yang harus kita perhatikan adalah orang-orang yang ada di sekitar kita. Mereka semua adalah saudara dan saudari kita yang baik. Di dunia ini, semua orang adalah saudara kita, bukan yang tak terlihat baru disebut saudara kita. Yang paling penting adalah mereka yang dapat kita lihat dan sentuh. Mereka barulah saudara baik kita yang sesungguhnya.

Janganlah kalian percaya takhayul. Memberikan persembahan kepada para setan gentayangan merupakan tradisi masyarakat zaman dahulu yang pikirannya belum terbuka. Mereka mengira di malam hari ada setan. Keraguan membuat mereka merasa takut. Apakah di siang hari tidak ada setan? Tetap ada. Akan tetapi, kita merasa takut karena memiliki keraguan. Mengapa kita memiliki keraguan? Ini karena pikiran kita tidak benar.

Kita harus menghirup keharuman Dharma agar bisa memahami berbagai prinsip kebenaran dan tidak memiliki keraguan. Oleh karena itu, kita harus mengarahkan pikiran kita ke arah yang benar. Dengan melatih sila dan keteguhan pikiran, secara alami kebijaksanaan kita akan terbangkitkan. Inilah sila, samadhi, dan kebijaksanaan. Ini semua dapat terwujud hanya jika kita mendengar Dharma. Dengan melatih sila, samadhi, dan kebijaksanaan, maka kita bisa dipenuhi berkah dan kedamaian.

Saudara sekalian, Tzu Chi telah memasuki tahun ke-49. Pada bulan 3 Imlek tahun depan, kita akan memasuki tahun ke-50. Usia kita sudah setengah abad. Selama ini, Tzu Chi telah berjuang demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk. Kita sangat meyakini arah tujuan kita ini. Setiap orang bisa bersumbangsih sebagai Bodhisattva dunia dan menginspirasi semua makhluk di dunia. Saya mendoakan kalian semoga bisa mengembangkan berkah dan kebijaksanaan. Terima kasih.

 

Dengan tulus hati mendengar dan merenungkan keharuman Dharma

Menyebarkan Dharma di penjara untuk menumbuhkan benih yang murni

Mempertahankan keagungan dalam upacara pemandian rupang Buddha dengan metode terampil

Bodhisatwa dunia menginspirasi semua makhluk

 

Link video (teks Mandarin dan Inggris): Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 Juni 2014

Sumber: DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Rita, Yuni

Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -