Menciptakan Karma Baik Kolektif dengan Menghargai Sumber Daya Alam

"Kami sudah tidak ada air selama setengah tahun. Apa yang harus kami lakukan?" begitu ungkap seorang wanita di Pakistan. Kita melihat di Pakistan, sekelompok orang mengadakan demonstrasi karena di sana sudah 10 bulan tidak turun hujan. Selain tidak ada air untuk kebutuhan hidup, tanaman pangan juga tidak bisa tumbuh, air sungai pun mengering. Jika hujan tidak turun, kita juga tidak berdaya. Apa yang bisa kita lakukan? Mengapa hujan tak kunjung turun? Sesungguhnya, itu karena pola hidup manusia yang telah menciptakan karma buruk kolektif. Karena itu, semua manusia hendaknya cepat sadar dan jangan terus hidup boros. Saya sungguh tidak sampai hati melihatnya. 

Kita juga melihat di Amerika Tengah, ada empat negara yang mengalami kekeringan. Sebanyak 2,81 juta orang terkena dampaknya. Sama sekali tidak ada hasil panen. Bahkan anak-anak yang masih kecil pun sangat khawatir akan kelaparan. Sejak sekitar 20 tahun lalu, saya terus mengingatkan orang-orang untuk menghargai sumber daya air karena air merupakan sumber kehidupan di bumi. Kini, perlahan-lahan timbul bencana yang berhubungan dengan air, seperti banjir dan kekeringan. Di daerah yang mengalami kekeringan, kita melihat sebidang ladang luas yang berwarna kuning karena tanaman yang layusebelum bisa dipanen. Semua ini bisa menyebabkan kelaparan. Ini sungguh membuat orang khawatir. 


Karena itu, kita hendaknya hidup lebih hemat. Baik air maupun makanan, janganlah kita boroskan. Kita hendaknya makan cukup 80% kenyang dan menyisihkan 20 persennya untuk membantu sesama. Jika bisa melakukannya, kita akan dapat mengumpulkan cukup makanan untuk menolong lebih banyak orang. Kita hendaknya makan dan minum secukupnya saja. Dengan demikian, baru kita bisa menciptakan lingkungan yang bersih dan tenteram. Jadi, janganlah boros. Kita harus hemat dalam segala hal. Barang yang kita gunakan juga harus dihargai. Kita harus menghargai sumber daya alam. 

Semakin kita bersikap konsumtif, semakin banyak plastik dan sumber daya lain yang terbuang. Plastik-plastik ini kini dikubur di dalam tanah dan tidak akan terurai selama ribuan tahun. Bagaimana keadaan bumi pada masa mendatang? Jadi, kita harus mengajak orang-orang melakukan daur ulang. Barang-barang daur ulang dapat dijadikan barang lain yang berguna. Kita juga harus sangat teliti, jangan mengotori barang yang bisa didaur ulang. Ini juga demi menghemat air. Jadi, penghematan sumber daya alam dan air Semua ini harus dimulai dari setiap keluarga harus dimulai dari setiap keluarga dengan menjaga kebersihan barang daur ulang. 

Kita hendaknya memilah barang daur ulang supaya kebersihannya terjaga, baru diserahkan ke posko daur ulang. Saat insan Tzu Chi melakukan daur ulang, mereka selalu memilah barang daur ulang dengan saksama hingga bagian-bagian yang terkecil. Cetakan berwarna pada kantong plastik juga digunting dan dipisahkan. Plastik yang bersih dapat didaur ulang menjadi barang berkualitas seperti kain atau produk berteknologi tinggi. Jadi, kita harus selalu menghargai sumber daya alam. Barang daur ulang hendaknya kita pilah supaya kebersihannya terjaga sehingga ketika akan didaur ulang, kita tidak perlu menghabiskan banyak air. Semua ini saling berhubungan. Inilah yang terus kita galakkan di masyarakat. 


Seorang relawan kita yang merupakan pengusaha besar memulainya dari perusahaan sendiri. “Pada awalnya, saya memungut kertas yang dibuang karyawan saya ke dalam tong sampah. Saya melakukannya pada jam kerja karena jika dilakukan setelah jam kerja, mereka tidak bisa melihatnya. Setelah beberapa hari, mereka pun merasa tidak enak hati. Jadi, mereka juga mendaur ulang kertas mereka. Lalu, saya memotong  pipa saluran air di bawah wastafel agar air bekas mencuci tangan bisa ditampung,” ucapnya.

Daur ulang harus dipraktikkan dalam kehidupan. Ini juga merupakan daur ulang batin. Dengan demikian, nafsu keinginan di dalam hati kita sungguh akan semakin berkurang. Dia bukan tidak mampu. Bisnisnya sangat besar, tetapi dia bisa melakukan praktik nyata. Jika setiap orang bisa berbuat seperti dia, kita pasti dapat menghemat banyak air. Dia tidak hanya mengajak karyawan perusahaannya melakukan daur ulang, tetapi juga selalu pergi ke berbagai tempat untuk mengajari relawan daur ulang kita cara memilah. Dia juga mengajari kliennya cara melakukan daur ulang dan memilah. Semua ini adalah kekuatan cinta kasih. 


Kita semua hendaknya ikut memikul tanggung jawab ini. Kita bisa melihat, selain bencana alam, virus Ebola yang mewabah juga semakin parah. Pasien yang terjangkit virus Ebola melarikan diri dari pusat karantina karena kelaparan. Walaupun dia akhirnya berhasil melarikan diri, tetapi orang-orang tahu bahwa dia adalah penderita Ebola. Semua orang merasa sangat takut. Lihatlah ketakutan orang-orang begitu mendengar kata Ebola. Inilah wabah penyakit yang terjadi di Afrika. Kemarin, saya melihat berita tentang penyakit demam berdarah di Jepang. Ini sudah 70 tahun tidak terjadi. Dari orang-orang yang berkunjung ke sebuah taman di Tokyo, ada lebih dari 30 orang yang digigit nyamuk di sana  dan terkena demam berdarah. Insan Tzu Chi berkunjung dua kali sebulan ke taman ini untuk mengantarkan makanan bagi para tunawisma. Jadi, setiap orang harus waspada. Saya rasa para relawan di Jepang juga sudah tahu akan hal ini. 

Singkat kata, kita hendaknya selalu berdoa bagi seluruh makhluk hidup dengan hati yang tulus dan mawas diri. Dalam kehidupan sehari-hari, kita hendaknya menghargai sumber daya alam dan menghemat air. Yang terpenting adalah menyelaraskan batin kita dan hidup damai antarsesama manusia. Kita telah melihat berbagai demonstrasi terjadi baik karena pemerintah yang korup sehingga masyarakat diliputi kemiskinan maupun karena kekurangan air. Sesungguhnya, kekurangan air bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi merupakan tanggung jawab setiap orang. Jadi, kita harus berhemat dan menyelaraskan batin kita dengan tulus. Baiklah, janganlah kita membuang-buang waktu, Kita jangan memboros waktu, Baiklah, janganlah kita membuang-buang waktu, jangan pula kita menyia-nyiakan sumber daya alam. Kita hendaknya selalu bersungguh hati.

 

Sulit bertahan hidup dalam kekeringan yang berkepanjangan

Penyakit kembali menyebar dan mengganggu kehidupan masyarakat

Menghargai air sebagai sumber kehidupan

Melakukan daur ulang dengan tekun

 

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 5 September 2014.

Lebih mudah sadar dari kesalahan yang besar; sangat sulit menghilangkan kebiasaan kecil yang buruk.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -