Menciptakan Masyarakat yang Penuh Kebajikan dan Cinta Kasih

Antarmanusia saling membantu, itu sungguh hal yang baik. Kita bisa melihat program beasiswa Tzu Chi. Anak-anak yang keluarganya berada dalam kondisi yang sulit membutuhkan cinta kasih dari masyarakat. Setiap orang di tengah masyarakat hendaknya membangkitkan cinta kasih. Meski kini anak-anak hidup kekurangan, tetapi asalkan ada penyelamat yang mengulurkan bantuan kepada mereka, mereka tetap akan berusaha keras untuk menyelesaikan pendidikan mereka. Kelak, mereka juga bisa bergabung dalam lingkaran kebajikan di masyarakat.

Saat ada keluarga yang hidup kekurangan, insan Tzu Chi akan memberikan pendampingan. Kita memperhatikan keluarga serta mendampingi dan membantu anak-anak mereka menyelesaikan pendidikan. Kita juga membimbing anak-anak untuk berbakti kepada orang tua dan bisa menjadi orang yang bertekad dan bermoral di masyarakat. Inilah sumbangsih insan Tzu Chi yang penuh cinta kasih. Insan Tzu Chi memberikan pendampingan jangka panjang dengan penuh cinta kasih. Bukan hanya anak-anak ini yang harus kita kasihi. Kita juga sering melihat kekuatan cinta kasih para Bodhisatwa dunia.

Di wilayah yang jauh dari perkotaan, para lansia dan orang yang menderita penyakit tidak bisa keluar untuk berobat. Karena itu, kita membutuhkan para dokter yang memiliki semangat misi untuk mengobati penyakit. Mereka keluar rumah sakit dan menuju wilayah yang miskin dan terpencil untuk mengembangkan cinta kasih. Mereka tidak hanya membawa kotak peralatan medis, tetapi juga membawa hati penuh cinta kasih.  Meski berbeda agama, tetapi para dokter memiliki kesatuan tekad.

“Sesungguhnya, inti ajaran Kristen adalah mengasihi sesama seperti diri sendiri. Jadi, saya merasa bahwa mengadakan baksos kesehatan di sini juga termasuk mempraktikkan ajaran Kristen. Jadi, meski ajaran Master dan ajaran Kristen berlandaskan pada agama yang berbeda, tetapi saya merasa semangatnya adalah sama,” ucap dokter TIMA, You Dong-ling.

Dia membawa kekuatan cinta kasih ini untuk menjangkau orang-orang yang menderita. Dia juga menjangkau para lansia dengan penuh cinta kasih agar para lansia itu dapat merasakan kehangatan di dunia ini. Mereka bukan hanya memperoleh pengobatan fisik, tetapi juga mendapat penghiburan batin. Bukankah dunia seperti ini terlihat sangat nyaman? Inilah yang harus kita bina untuk mewujudkan dunia yang penuh kebajikan dan cinta kasih.

Kita juga bisa melihat sepasang suami istri yang berusia 80 tahun lebih. Melihat bahwa di rumah mereka, melihat lingkungan hidup mereka yang tidak leluasa dan sudah terjatuh beberapa kali karenanya, lurah pun merujuk kasus ini kepada Tzu Chi. Insan Tzu Chi segera memasang fasilitas keamanan di rumahnya agar mereka dapat naik turun tangga dengan aman. Kita juga menaruh keset di lantai agar mereka tidak tergelincir. Bukankah insan Tzu Chi selalu menggunakan kasih sayang yang paling tulus untuk melindungi semua makhluk yang menderita?

Kita juga bisa melihat sekelompok relawan lansia. Mereka merupakan Bodhisatwa dunia yang telah membangun tekad dan ikrar. Selain mengasihi dan melindungi sesama, mereka juga melindungi bumi dan melakukan daur ulang. Mereka tidak takut terpaan angin di musim dingin dan tidak takut terik matahari di musim panas. Hati mereka penuh dengan cinta kasih tanpa pamrih yang murni. Mereka melakukan daur ulang di tengah tumpukan barang daur ulang tanpa memedulikan aroma yang tidak sedap.

Pada musim panas, meski bermandi peluh, mereka tetap memilah barang daur ulang. Pada musim dingin, meski menggigil kedinginan, mereka tetap duduk di sana untuk melakukan pemilahan dengan sepenuh hati. Mendaur ulang kertas bukan berarti hanya mengumpulkan kertas-kertas. Bukan begitu. Para relawan lansia kita juga harus menggunakan gunting. Meski hanya sepotong kecil kertas putih, mereka pun akan mengguntingnya bagaikan sedang mengukir. Mereka mengumpulkan sedikit demi sedikit kertas putih agar bisa didaur ulang kembali menjadi kertas yang berkualitas yang baik. Inilah yang disebut mendaur ulang sumber daya alam untuk digunakan kembali.

Terhadap sekelompok besar relawan lansia ini, saya sungguh sangat berterima kasih. Meski selama beberapa waktu ini beredar banyak isu, tetapi sekelompok relawan daur ulang ini tetap bersumbangsih demi masyarakat tanpa tergoyahkan. Dengan tekad pelatihan yang teguh, mereka terus melangkah maju di Jalan Bodhisatwa dan bersumbangsih dengan penuh cinta kasih demi semua makhluk di seluruh dunia. Tujuan hidup mereka adalah bersumbangsih dan mendedikasikan hidup mereka bagi semua makhluk di dunia. Kehidupan seperti ini sungguh bermakna. Mereka tetap dapat berfokus tanpa terpengaruh oleh orang lain.

Belakangan ini, saya sering berkata bahwa kita harus tenang dan teguh, jangan biarkan hati kacau karena orang lain. Saya berharap insan Tzu Chi dapat melapangkan hati. Tidak ada salahnya jika kita menenangkan pikiran kita sebentar. Dengan hati yang tenang dan teguh, kita bisa sungguh-sungguh menyelami Dharma. Semoga hati setiap orang di dunia ini dapat teguh dan tenang agar masyarakat kita benar-benar aman dan tenteram. Kita harus mawas diri dan berdoa dengan tulus demi semua makhluk di dunia ini. Kita harus menenangkan dan meneguhkan pikiran agar hati kita bisa semakin tulus.

Saya sangat tidak sampai hati melihat para insan Tzu Chi yang telah bersumbangsih tanpa pamrih selama puluhan tahun tanpa berubah, kini malah harus menghadapi isu-isu di masyarakat. Meski demikian, tekad pelatihan kita tidak boleh mundur. Tidaklah mudah untuk membina kebajikan dan membangkitkan kekuatan cinta kasih untuk menolong orang-orang yang membutuhkan bantuan. Jangan sampai tekad yang sudah kita bangkitkan mundur begitu saja.

Jadi, saya berharap setiap orang dapat memperteguh tekad pelatihan. Tidak mudah untuk membina semangat sumbangsih tanpa pamrih dan cinta kasih universal. Jangan karena isu-isu yang beredar saat ini, kita lantas meninggalkan sekelompok besar orang yang membutuhkan bantuan. Inilah harapan saya terhadap semua murid saya.

Baiklah, singkat kata, hidup di Dunia Saha ini, kita harus memiliki kesabaran. Kita harus sanggup bersabar, baru bisa bertahan hidup. Inilah yang diajarkan Buddha kepada kita. Dunia yang membutuhkan kesabaran ini disebut Dunia Saha. Kata “Saha” berarti menahan. Kita harus bisa bersabar, baru bisa bertahan hidup. Tekad pelatihan kita harus teguh, baru bisa terbebas dari bencana.

Tzu Chi memberikan bantuan dana pendidikan kepada anak-anak kurang mampu

Tenaga medis mencurahkan perhatian dan memberikan pendampingan

Relawan daur ulang melakukan daur ulang dengan kesatuan tekad

Untuk menyucikan batin manusia, butuh keyakinan dan pemahaman yang mendalam

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 19 Maret 2015

Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -