Menerapkan Ajaran Buddha dalam Keseharian
Dalam kehidupan sehari-hari, tata krama dalam berjalan, berdiri, duduk, dan berbaring haruslah dibina. Di dalam kelas pelatihan dan kegiatan Tzu Chi, kita selalu mengajarkan tentang tata krama ini. Semua orang sudah mempelajarinya. Mengajar berarti mewariskan, belajar berarti berlatih. Saat Dharma diajarkan, kita harus menerimanya. Setelah menerimanya, kita harus menerapkannya dalam keseharian. Inilah yang disebut menyerap Dharma ke dalam hati dan bertindak sesuai Dharma. Inilah yang sering saya sebut “mempraktikkan ajaran Buddha dalam keseharian dan bersumbangsih sebagai Bodhisatwa”.
Jadi, dalam mempelajari ajaran Buddha, kita harus meneladani Bodhisatwa. Bodhisatwa bukan hanya menolong orang lain, melainkan juga harus menolong diri sendiri. Menolong diri sendiri berarti harus menjalani hidup sesuai ajaran Buddha dan norma. Ajaran ini bukan hanya diterapkan bagi diri sendiri, melainkan juga bagi keluarga kita. Contohnya dalam berpakaian,kita jangan hanya rapi di dalam organisasi, melainkan juga harus menjadi teladan bagi keluarga kita agar generasi penerus kita juga dapat berpenampilan baik.
Jika anak-anak dapat melakukan ini, ini menunjukkan mereka dapat mengendalikan pikiran dan mengasihi diri sendiri. Dengan begitu, mereka akan sopan terhadap orang lain dan akan berpakaian sebagaimana mestinya. Sembrono dalam berpakaian berarti tidak menghormati diri sendiri, juga tidak sopan terhadap orang lain. Jadi, kesopanan harus dibina dalam keseharian dan dimulai dari diri sendiri. Karena itu, Tzu Chi menekankan kerapian.
Keluarga juga harus seperti itu. Tzu Chi menerapkan pendidikan seperti ini. Keluarga juga hendaknya demikian. Saya juga melihat kalian belajar tata krama di meja makan. Tata cara memegang mangkuk dan sumpit juga penting. Kebiasaan untuk menggunakan sendok khusus untuk mengambil sayur juga harus diterapkan di rumah agar orang-orang di rumah juga bisa menggunakan mangkuk dan sumpit dengan benar. Dengan begitu, kesehatan lebih terjaga. Ini baik untuk pelatihan batin dan kesehatan fisik kita.
Saya berharap dalam kehidupan sehari-hari, kalian dapat menerapkan ajaran Buddha. Cara hidup yang benar harus kita pelajari. Saya juga melihat kalian belajar melipat alat tidur. Terhadap orang lain, kita harus bertata krama. Dalam hal-hal pribadi, contohnya kamar tidur, kita juga harus menjaga kerapian. Ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan kita, pikiran dan penampilan kita adalah sejalan. Orang berbudi harus mawas diri bahkan saat sendirian. Jadi, setelah bangun tidur, kita harus merapikan tempat tidur. Ini yang disebut melatih diri ke dalam dan ke luar. Ini juga merupakan cara melatih batin.
Saat bepergian di luar, baik berjalan kaki, mengemudi mobil, maupun mengendarai sepeda, kita harus mematuhi peraturan lalu lintas. Inilah cara menerapkan ajaran Buddha dalam keseharian dan menjadi Bodhisatwa dunia. Daripada memohon perlindungan dari Bodhisatwa, lebih baik kita sendiri menjadi Bodhisatwa dengan membangkitkan semangat Bodhisatwa di dalam hati. Daripada memohon kepada kekuatan di luar, lebih baik menggali kekuatan di dalam diri.
Jadi, saya berharap semua orang tahu bahwa Bodhisatwa tidak berada jauh dari kita. Kita harus membangkitkan hakikat kebuddhaan di dalam diri sendiri. Untuk kembali pada hakikat kebuddhaan, kita harus melewati Jalan Bodhisatwa. Sebelum melangkah di Jalan Bodhisatwa, kita harus menjadi manusia yang baik. Karena itu, belakangan ini saya terus berpesan agar semua orang menyerap Dharma ke dalam hati. Kualitas sebagai manusia harus disempurnakan. Jika kualitas sebagai manusia tercapai, maka kualitas sebagai Buddha baru akan tercapai. Jadi, kita harus menjadi orang baik terlebih dahulu dan menata jalan hidup kita. Jika sudah memiliki jalan hidup yang benar dan mencapai kualitas manusia yang baik, dengan sendirinya kita akan tiba pada Jalan Bodhisatwa.
Jalan hidup yang baik di dalam Tzu Chi terhubung dengan Jalan Bodhisatwa. Ini yang dirasakan saat kita melangkah di Jalan Bodhisatwa. Mengenai sumbangsih di Jalan Bodhisatwa, sebagian orang mungkin berpikir, “Bukankah Master berkata tiada waktu lagi? Mengapa tidak segera melatih diri, malah mengurusi masalah-masalah di dunia?” Biar saya beri tahu kalian. Terjun mengatasi masalah di masyarakat adalah misi kita. Terjun ke masyarakat membuat kita mampu mengatasi masalah dengan sempurna dan menjadi manusia yang sempurna. Jika kalian tidak terjun ke masyarakat, bagaimana kalian tahu pelatihan kalian sudah sempurna atau belum? Kita harus terjun ke tengah masyarakat dan melihat apakah kita dapat memperoleh pengakuan dan kepercayaan dari orang lain, apakah sumbangsih kita dapat membantu orang lain. Kita harus menempa diri di tengah masyarakat.
Jika kalian memahami cara hidup di Griya Jing Si, kalian akan tahu bagaimana kami berjuang 365 hari setahun. Griya Jing Si adalah rumah semua insan Tzu Chi. Kalian bisa melihat bagaimana para bhiksuni melatih diri di sini. Demi menyokong keluarga besar Tzu Chi, mereka harus bekerja sangat keras dan bersumbangsih. Mereka harus membantu saya memikul tanggung jawab atas keluarga besar Tzu Chi. Kecuali untuk kebaktian pagi dan mendengar Dharma, kalian bisa melihat waktu mereka dihabiskan untuk bekerja. Mereka bekerja dari pagi hingga malam. Setelah beristirahat pada malam hari, keesokan harinya mereka masih harus bekerja hingga malam. Rutinitas ini tidak pernah berhenti. Mereka harus melewati hari-hari seperti ini. Ini demi memikul tanggung jawab atas dunia. Begitulah kehidupan di Griya Jing Si.
Saya harap para bhiksuni dalam keluarga besar ini menjaga keluarga ini dengan baik, sedangkan kalian sebagai insan Tzu Chi harus terjun ke masyarakat dan menjadi pelindung ajaran Jing Si. Untuk itu, kalian harus menyerap Dharma ke dalam hati. Ini adalah cara untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Setelah menumbuhkan jiwa kebijaksanaan, kita harus mulai mengembangkan mazhab Tzu Chi dengan terjun ke masyarakat untuk melihat penderitaan agar menyadari berkah, lalu menerapkan kebenaran ajaran Buddha dalam segala hal. Dengan begitu, kita bisa memutar roda Dharma. Segala ajaran kebenaran yang kita lihat dan dengar di masyarakat dapat kita bagikan kepada orang lain. Kita berbagi kepada orang lain tentang apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan sendiri. Berbagi Dharma di tengah masyarakat, inilah yang disebut merekrut Bodhisatwa dunia.
Saudara sekalian, kita harus merekrut Bodhisatwa dunia. Kita harus menyucikan hati manusia. Dengan bertambahnya satu orang yang mengenal Tzu Chi, berarti bertambah pula satu orang yang terbimbing untuk berjalan di jalan kebajikan, membuang tabiat buruk,dan mengembangkan kebiasaan baik. Satu orang yang terinspirasi dapat membawa pengaruh positif bagi banyak orang. Karena itu, kita harus merekrut lebih banyak Bodhisatwa dunia.
Bertata krama dalam berjalan, berdiri, duduk, dan berbaring
Hidup sederhana dengan perilaku lurus
Orang berbudi harus mawas diri meski saat sendirian
Mengubah tabiat buruk dan bertindak sesuai Dharma
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Rita
Ditayangkan tanggal 21 Juli 2014.