Mengembangkan Kesadaran untuk Melakukan Kebaikan
Kita telah melihat perayaan Hari Nasional Taiwan kemarin. Tentu saja, di depan istana presiden terlihat pertunjukan yang indah dan tertib. Seharusnya perayaan seperti itu sudah cukup. Namun, Taiwan tetap menyalakan kembang api. Kita harus tahu bahwa pengeluaran biaya untuk kembang api tersebut sungguh suatu pemborosan. Keindahan kembang api yang dinyalakan hanya bisa kita nikmati selama beberapa detik. Namun, dalam setiap pertunjukan kembang api, pemborosan yang ditimbulkan sangatlah besar. Selain itu, juga menimbulkan polusi udara. Kembang api yang dinyalakan sungguh telah menimbulkan polusi yang sangat besar. Selain itu, proses pembuatan kembang api juga sangat mencemari lingkungan.
Pada saat libur panjang seperti ini, banyak orang yang memanfaatkan kesempatan ini untuk berwisata. Sebagian orang berkata bahwa mereka keluar hanya berdesak-desakan dengan orang lain saja. Yang terlihat hanyalah orang. Ya, yang terlihat memang hanya orang dan kendaraan, apa lagi yang bisa dilihat? Lihatlah, lalu lintas begitu padat. Karbon dioksida yang dihasilkan kendaraan ini sudah menimbulkan polusi yang parah. Semakin banyak liburan, maka semakin banyak karbon dioksida yang dihasilkan. Semakin banyak manusia bergaya hidup konsumtif, sampah yang diciptakan juga semakin banyak. Inilah konsekuensi yang tercipta akibat libur panjang.
Kita juga melihat sekelompok orang yang harus mengarungi bahaya untuk membersihkan sampah yang dibuang sembarangan oleh orang lain. Saya sungguh tidak sampai hati melihatnya. Demi mengejar kesenangan sesaat, manusia berwisata ke tempat yang begitu jauh dan meninggalkan sampah di sana. Akibatnya, para petugas kebersihan harus mengarungi bahaya dan bekerja keras untuk melindungi lingkungan. Mengapa? Saya sering berpikir mengapa mereka berbuat demikian. Semua ini menimbulkan penderitaan yang tak terkira. Bukankah lebih baik kita memanfaatkan waktu untuk melindungi lingkungan?
Di Wuhan, Hubei, insan Tzu Chi menyosialisasikan daur ulang. Mereka mengajak sekelompok anak muda untuk melakukan sosialisasi di sepanjang jalan. “Setiap hari Sabtu, kami akan melakukan daur ulang di lapangan,” ucap relawan. Mereka berkunjung ke setiap toko untuk mengajak setiap pemilik toko agar menjaga kebersihan barang daur ulang. Mereka berharap para pemilik toko dapat mengumpulkan barang yang masih bersih untuk didaur ulang. Mereka juga berharap para pemilik toko dapat mengurangi penggunaan barang plastik dan lain-lain yang dapat mencemari lingkungan. Mereka juga melakukan sosialisasi di lapangan. Mereka sungguh anak muda yang baik.
“Kami mengajak teman-teman sekolah kami untuk turut memperhatikan pelestarian lingkungan. Kami memulainya dari lingkungan di sekitar kami dengan melakukan hal-hal yang bisa kami lakukan. Ini juga sejenis kegiatan amal,” ucap mereka. Lihatlah, sama-sama melewati liburan, tetapi mereka tidak perlu berdesak-desakan dengan orang ramai dan menciptakan polusi. Mereka memilih untuk mendengarkan bagaimana cara melakukan daur ulang, manfaat daur ulang bagi bumi, dampak yang ditimbulkan sampah bagi bumi, dan bagaimana mendaur ulang agar bisa menghemat energy dan mengurangi emisi karbon. Mereka yang telah menerima pendidikan tinggi pun dapat menerima konsep ini dan mulai melakukan praktik nyata.
Lihatlah, inilah interaksi antarsesama manusia yang membawa pengaruh baik. Ini merupakan hal yang baik. Kita juga melihat sebuah desa kurang mampu di Indonesia. Karena akhir-akhir ini mengalami kekeringan, mereka tidak bisa bercocok tanam. Kehidupan warga pun semakin sulit. Insan Tzu Chi pun pergi ke desa terpencil ini untuk membagikan beras. Inilah kekuatan cinta kasih. Cinta kasih insan Tzu Chi telah tersebar ke seluruh dunia.
Kemarin sore, kapal riset kelautan Taiwan tenggelam di lepas pantai Lungmen, Penghu. Begitu petugas penjaga pantai memberi tahu insiden ini kepada insan Tzu Chi, mereka segera bergerak untuk membantu dengan menyediakan teh jahe. Selain itu, berhubung tubuh para korban basah karena terjatuh ke dalam air, maka kita menyediakan pakaian bagi mereka. Kita menyediakan pakaian dalam dan luar bagi mereka agar begitu diselamatkan, mereka dapat menghangatkan tubuh mereka dengan pakaian yang kering. Kita juga menyediakan makanan hangat untuk mereka. Insan Tzu Chi juga memberikan perhatian kepada korban luka yang dilarikan ke RS sebelum keluarga korban tiba.
Kontribusi para insan Tzu Chi sungguh membuat orang tersentuh. Ini merupakan jaringan cinta kasih. Kita sering melihat jaringan cinta kasih yang menghubungkan setiap orang. Ketidakselarasan empat unsur alam di dunia ini sungguh membawa penderitaan. Ketidakkekalan bencana alam menimbulkan penderitaan. Penindasan terhadap umat manusia dan tindakan manusia yang saling melukai juga mendatangkan penderitaan. Ketidakkekalan terjadi dalam sekejap. Baik yang terbang di udara maupun yang berlayar di atas lautan, semuanya dapat tenggelam atau jatuh dalam sekejap. Ketidakkekalan ini telah menimbulkan banyak kerusakan dan penderitaan bagi manusia. Karena itu, kita hendaknya menjalankan kewajiban sendiri dan menenangkan hati.
Sama-sama melewati liburan, sebagian orang memanfaatkan waktu untuk mendengar Dharma, ada orang yang memanfaatkan waktu untuk memperhatikan orang yang membutuhkan, ada pula orang yang melakukan daur ulang. Inilah kehidupan yang bermanfaat bagi dunia. Namun, ada juga sebagian orang yang tidak melakukan apa-apa. Mereka memilih berdesak-desakan dengan orang, dan menciptakan karbon dioksida yang dapat mencemari udara dan membuang sampah sembarangan. Mereka juga membuang sampah di sembarangan tempat. Sama-sama hidup di dunia ini, mengapa pandangan dan tindakan setiap orang bisa berbeda begitu jauh? Kita harus memberikan bimbingan kepada mereka. Dalam ceramah pagi, bukankah Buddha juga terus mengajari kita dengan berbagai perumpamaan?
Singkat kata, kita sebagai manusia harus sadar, jangan tersesat dalam pikiran yang menyimpang. Setiap orang memiliki kesadaran dan kebijaksanaan seluas samudra. Sesungguhnya, setiap orang memiliki kebijaksanaan yang sangat berlimpah. Setiap orang merupakan orang kaya di dalam Dharma. Namun, jika kita enggan menerima Dharma. dan tidak menyimpannya di dalam hati, maka kita akan menjadi orang yang miskin secara spiritual. Kita menjadi orang yang sangat miskin batinnya. Jadi, kekayaan setiap orang ada pada batinnya. Inilah kebenaran dan kekayaan Dharma yang harus kita kejar. Kebijaksanaan yang sesungguhnya hanya bisa diperoleh dari ajaran Buddha.
Kembang api yang hanya bertahan beberapa saat menimbulkan polusi yang parah
Memanfaatkan liburan dengan baik dan tidak membiarkannya berlalu sia-sia
Insan Tzu Chi segera memperhatikan korban kapal yang tenggelam
Mengembangkan kesadaran untuk menghimpun kekayaan Dharma
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina