Menggenggam Niat Baik dan Mempertahankannya hingga Selamanya

Bodhisatwa sekalian, melihat kalian giat melatih diri, saya merasa sangat tenang. Selama beberapa puluh tahun ini, saya merasa sangat beruntung. Di tengah keberuntungan ini, saya juga merasakan sebuah kekuatan yang terus mendorong saya dari belakang untuk melangkah maju ke depan. Sejujurnya, bukan saya yang berani, tetapi kekuatan yang tak terlihat inilah yang mendorong saya. Kekuatan besar ini berasal dari tekad setiap relawan. Kalian memiliki tekad dan ikrar yang membawa berkah dan kekuatan. Berkah dan kekuatan dari tekad dan ikrar kalianlah yang mendorong saya untuk melangkah maju. Saya hanya melangkah maju tetapi kekuatan yang sesungguhnya berasal dari setiap orang yang berdedikasi dengan sepenuh hati. Jadi, saya merasa sangat bersyukur.

Semua ini tak lepas dari jalinan jodoh. Ketika jalinan jodoh matang, kita harus menggenggamnya dengan baik. Niat baik yang timbul seketika dapat menentukan arah hidup kita seumur hidup. Setiap detik dalam hidup tak akan kembali. Dalam hidup ini, jika kita dapat menggenggam niat baik yang timbul pada setiap detik, maka semua itu akan bertahan seumur hidup. Kalian semua tahu pesan “demi ajaran Buddha, demi semua makhluk”.  Pesan ini hanya terdiri atas enam kata dan diucapkan hanya dalam beberapa detik. Namun, pada saat itu, saya menggenggamnya dan mempertahankannya hingga sekarang.

Kini, juga ada sebuah kekuatan tak terbatas yang terus mendorong saya dari belakang. Semua ini dimulai dari sebersit niat yang timbul dalam pikiran saya dan terus saya pertahankan. Jadi, seumur hidup ini, semua yang saya lakukan tidak terlepas dari enam kata itu. Begitu pula dengan kalian. Dedikasi kalian juga tidak terlepas dari enam kata itu. Inilah yang disebut dengan  mewariskan silsilah Dharma. Saya mewariskan ajaran dari guru saya, dan kalian mewariskan ajaran dari saya. Kita semua menerima ajaran dari guru kita. Inilah yang disebut silsilah Dharma.

Sebersit niat menentukan arah hidup saya seumur hidup. Kalian memilih untuk mengikuti saya, maka harus mengemban misi saya seumur hidup. Semua yang kita lakukan sekarang dapat membawa pengaruh hingga berabad-abad. Jalinan jodoh sungguh luar biasa. Kini, di seluruh dunia, banyak orang yang berjodoh dengan Tzu Chi. Semua ini berawal dari sebersit niat. Kita harus menjaga niat yang timbul dengan baik dan mempertahankannya hingga berabad-abad lamanya. Bodhisatwa sekalian, kalian ada di sini untuk memahami ajaran Jing Si dan berdedikasi demi ajaran Buddha. Untuk itu, kalian harus memahami ajaran Buddha.

Buddha datang ke dunia ini demi satu tujuan utama. Buddha bukan hanya ingin membimbing manusia melakukan kebajikan, tetapi juga ingin membimbing manusia untuk memahami segala kebenaran. Ajaran Buddha tidak terlepas dari segala hal di dunia, alam semesta, dan kehidupan manusia. Namun, mendengar saja tidaklah cukup. Bukan hanya sampai di sana. Kita juga dapat mencapai pencerahan seperti Buddha. Di alam manusia ini, ada penderitaan, ada kebahagiaan; ada kebaikan, ada kejahatan. Karena itu, Buddha datang ke dunia untuk membimbing manusia. Hanya di alam manusialah kita dapat melatih diri dan mencapai kebuddhaan.

Ada orang bertanya, “Untuk apa mencapai kebuddhaan?” Ketika mencapai kebuddhaan, kita akan memperoleh kebijaksanaan yang dapat membuat fisik dan batin kita merasa tenang, damai, hening, dan murni bagaikan kristal. Namun, jika kita tidak membuang tabiat buruk, kita akan tetap diliputi oleh noda batin dan memiliki ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, keraguan, dan lain-lain. Jika kekotoran batin ini tidak dilenyapkan, kita tidak akan bisa mencapai kebuddhaan. Alangkah baiknya jika kita bisa mengubah pola pikir dan menjadi Bodhisatwa dunia. Semua orang memiliki potensi ini, hanya saja ia belum dibangkitkan. Setiap orang memiliki potensi ini di dalam diri.

Setiap orang memang memiliki benih karma, kondisi, dan jalinan jodoh yang berbeda-beda, tetapi tetap memiliki potensi yang sama. Itulah sebabnya, di berbagai negara ada insan Tzu Chi yang bersumbangsih. Hal ini sungguh luar biasa. Jadi, kita harus mempraktikkan ajaran Jing Si dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus menjadikan Dharma ini bagaikan hujan dan embun yang membasahi setiap butir benih kebajikan.

Mazhab Tzu Chi bagaikan sebidang tanah yang dapat digunakan untuk menanam benih kebajikan. Mazhab Tzu Chi adalah lahan bagi kita untuk menabur benih kebajikan, sedangkan ajaran Jing Si bagaikan hujan dan embun yang dapat membasahi benih-benih kebajikan Jadi, benih melambangkan setiap orang yang memiliki jalinan jodoh berbeda-beda. Namun, kita membutuhkan satu lahan yang sama, yakni mazhab Tzu Chi. Dengan penuh cinta kasih, kita harus memperluas mazhab Tzu Chi hingga ke seluruh dunia. Tentu, untuk melakukannya diperlukan Dharma.

Dalam menjalankan mazhab Tzu Chi di tengah masyarakat, kita harus mempraktikkan “Empat Pikiran Tanpa Batas”, yakni cinta kasih agung tanpa penyesalan, welas asih agung tanpa keluh kesah, sukacita agung tanpa kerisauan, dan keseimbangan batin agung tanpa pamrih. Kita harus berdedikasi dengan tanpa penyesalan, tanpa keluh kesah, tanpa kerisauan, dan tanpa pamrih. Inilah “Empat Pikiran Tanpa Batas”.

Kita juga harus membangkitkan “Empat Ikrar Agung Bodhisatwa”. Dengan “Empat Ikrar Agung Bodhisatwa”, kita memantapkan pikiran kita dan melangkah maju dengan lurus. Kita harus berikrar untuk menyelamatkan semua makhluk yang tak terbatas, melenyapkan kekotoran batin yang tiada akhir, mempelajari semua pintu Dharma yang tak terhingga, dan mencapai kebuddhaan yang tertinggi. Kalian semua menghafalnya dengan baik. Saya berharap kalian sungguh-sungguh bisa mengingatnya di dalam hati dan mempraktikkannya dalam setiap langkah. Jalan Bodhisatwa yang lapang dan lurus dibentangkan sedikit demi sedikit dengan cinta kasih.

Saya berharap dalam hubungan antarsesama, semua orang dapat menggunakan “Empat Ramuan Berkhasiat Tzu Chi”. Tahu berpuas diri adalah kekayaan terbesar, tahu bersyukur adalah kemuliaan tertinggi, penuh pengertian adalah kebijaksanaan tertinggi, berlapang dada adalah kesadaran tertinggi. Benar. Saya berharap setiap orang bisa mempraktikkan ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari dan menyerap Dharma ke dalam hati. Kebijaksanaan kita berada dalam silsilah Dharma yang sama. Saya berterima kasih kepada kalian atas kesungguhan hati dan  cinta kasih kalian dalam berdedikasi. Terima kasih.

 

Memahami segala kebenaran adalah misi “demi ajaran Buddha”

Menapaki Jalan Bodhisatwa adalah misi “demi semua makhluk”

Melenyapkan tabiat buruk agar memperoleh hati yang hening dan tenang

Giat berdedikasi dengan berlandaskan Empat Ikrar Agung Bodhisatwa

 

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Rita

Ditayangkan tanggal 17 Juli 2014.

Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -