Menghargai Air dan Menyadari Berkah

Saya terus mengingatkan setiap orang bahwa segala sesuatu di dunia ini, baik tanaman, binatang, maupun manusia, semuanya tidak bisa hidup tanpa air. Di saat masih memiliki air, kita hendaknya tahu pentingnya menghargai air. Dalam keseharian, kita harus membangkitkan hati penuh syukur untuk menghargai air. Jangan menunggu hingga kehabisan air, baru kita terus memohon hujan. Saat masih memiliki air, kita harus menghargainya dan bersyukur.

Begitu pula dalam hubungan antarsesama. Untuk mewujudkan masyarakat yang harmonis, antarmanusia hendaknya saling berinteraksi dengan kasih sayang yang tulus. Kebenaran, kebajikan, dan keindahan di dalam masyarakat bisa mendatangkan kebahagiaan bagi dunia. Untuk itu, setiap orang harus saling bersyukur. Janganlah menunggu noda dan kegelapan batin sudah menciptakan ketidakharmonisan bagi masyarakat, baru kita berusaha menyelaraskannya kembali karena itu sangatlah sulit.

Sama halnya, setiap hari kita harus menghargai keharmonisan yang sudah ada. Empat unsur alam yang selaras merupakan berkah bagi dunia kita. Saat empat unsur alam tidak selaras, maka dunia akan dipenuhi penderitaan. Sesungguhnya, penderitaan di dunia bersumber dari akumulasi kegelapan batin dan pikiran tidak murni.

Kesalahpahaman dan pertikaian antarsesama bisa mendorong kita menciptakan karma buruk. Pikiran tidak baik yang timbul bisa menciptakan ketidakharmonisan antarmanusia yang menyebabkan manusia saling bertikai, saling berperang, dan lain-lain. Ini semua terjadi akibat akumulasi kegelapan dan noda batin.

Kita hendaknya menenangkan hati dan bersungguh hati mendengar Dharma. Kita hendaknya merenung secara mendalam tentang kehidupan ini. Setelah memahami dan menerima Dharma, kita harus berusaha untuk menghentikan pertikaian antarmanusia agar bisa mengubah jalinan jodoh buruk menjadi baik. Setelah mengubah niat buruk menjadi niat baik, kita harus mulai melangkah di jalan yang benar. 

Setelah memahami ini semua, kita harus mulai melangkah di jalan kebenaran yang luas dan lapang. Janganlah kita merintangi diri sendiri. Kita harus sungguh-sungguh agar jalan kehidupan kita bisa semakin lancar. Berjalan selangkah demi selangkah dengan mantap agar jalan kehidupan kita bisa semakin lancar.

Untuk mencapai semua itu, kita harus membuka belenggu noda batin dan menenangkan hati untuk berpikir dengan sungguh-sungguh. Kehidupan manusia tidak kekal dan segala sesuatu terus mengalami perubahan. Bukankah manusia juga demikian? Tanpa disadari, kita mengalami fase tua, sakit, hingga akhirnya mati.

Berapa banyak materi di dunia yang tertinggal pada akhirnya? Benda materi juga mengalami fase pembentukan, keberlangsungan, kehancuran, dan kerusakan. Hingga akhirnya, tiada satu pun yang tersisa di dunia ini. Kita hendaknya merenung secara mendalam untuk menyadari ketidakkekalan hidup.

Kehidupan manusia hanya puluhan tahun lamanya. Setelah mendengar ajaran Buddha, kita hendaknya menyerapnya ke dalam hati dan memahami prinsip kebenaran, lalu mempraktikkannya untuk memberi manfaat bagi orang lain. Selama masih mampu, kita harus berusaha untuk memberi manfaat bagi diri sendiri dan orang lain tanpa memiliki pamrih. Dengan begitu, kita akan merasakan kedamaian dan sukacita dalam Dharma. Inilah Bodhisatwa. Buddha berharap semua murid-Nya bisa membimbing diri sendiri sekaligus membimbing orang lain dan bukan hanya mengutamakan pencapaian pribadi.

Kita bisa melihat kegiatan Tzu Chi di Gongliao. Belasan tahun lalu, seorang pengurus komunitas di sana sangat mendukung Tzu Chi dan sangat aktif dalam kegiatan daur ulang. Selama belasan tahun ini, ada pula warga setempat yang telah dilantik menjadi anggota komite Tzu Chi.

Saat terjadi sesuatu di komunitas, mereka segera bergerak untuk membantu dan lain-lain. Inilah kekuatan cinta kasih. Kita juga melihat di Kuala Lumpur, Malaysia, ada seorang orang tua tunggal keturunan India yang tinggal di rumah tidak layak selama bertahun-tahun. Setelah menerima informasi ini, insan Tzu Chi segera bergerak untuk menyurvei rumahnya dan membantunya merenovasi rumah agar ibu tersebut memiliki tempat tinggal yang aman dan nyaman.

“Kalau malam ini turun hujan, saya tidak perlu khawatir lagi. Saya bisa tidur dengan nyenyak. Saya sangat gembira. Terima kasih banyak, Yayasan Tzu Chi. Lain kali saya akan mengajak lebih banyak orang untuk menjadi donatur Tzu Chi agar kita bersama-sama melakukan kebaikan,” ucap Rajaletchumy, Penerima bantuan Tzu Chi.

Kini relawan Tzu Chi Malaysia sungguh mengaplikasikan semangat Tzu Chi untuk membentangkan Jalan Bodhisatwa yang lapang dan panjang di dunia. Melihat para relawan Tzu Chi Malaysia berjalan dengan langkah yang mantap, saya merasa sangat terhibur dan gembira. Selain itu, tahun ini, saat delapan negara bagian di Malaysia dilanda banjir, relawan Tzu Chi di seluruh Malaysia bersatu hati untuk melakukan survei bencana, menjalankan program bantuan Tzu Chi, dan membagikan barang bantuan.

Tenaga manusia yang dikerahkan sangat besar. Mereka semua bersatu hati untuk membantu. Hingga kini, upaya penyaluran bantuan mereka masih belum berakhir. Untuk memberikan bantuan jangka panjang, mereka membangun rumah rakitan sementara bagi para korban bencana banjir. Mereka bahkan kembali ke Taiwan untuk belajar bagaimana merakit rumah rakitan sementara. Setelah itu, mereka pulang dengan membawa ilmu.

Anggota Tzu Cheng kita di Taiwan, seperti Relawan Zhang bahkan secara khusus pergi ke Malaysia untuk memberikan pengarahan serta memastikan bahwa relawan di Malaysia mampu untuk mengemban tanggung jawab ini. Jadi, relawan Tzu Chi Taiwan memberikan semua cetak biru kepada relawan Tzu Chi Malaysia. Lalu, pabrik besi lokal setempat membuat material rumah sementara sesuai dengan ukuran dari denah kita. Mereka memberdayakan sumber daya setempat dan menggalang dana secara mandiri.

Beberapa pengusaha besar bahkan ikut serta untuk melakukan pekerjaan kasar. Setelah satu per satu rumah rakitan sementara dibangun, para warga pun berangsur-angsur menempatinya. Hingga kini proyek perakitan masih terus berlangsung. Pemandangan yang terlihat sungguh menghangatkan hati. Inilah kasih sayang yang tulus di antara manusia. Melihat mereka, saya merasa sangat terhibur dan gembira. Kita harus lebih bersungguh hati agar keharmonisan di dunia bisa terwujud.

 Menghargai air, menyadari berkah, dan menyelaraskan pikiran

 Memahami jalan kebenaran dan membimbing semua orang di dunia

Memperpanjang tali cinta kasih untuk menyalurkan bantuan bencana

Relawan Tzu Chi Malaysia bersatu hati dan membangkitkan cinta kasih penuh kesadaran

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 25 Maret 2015

Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -