Menghargai Air, Membina Kebajikan, dan Menanamkan Akar Kebijaksanaan

Tanda-tanda kekeringan tahun ini membuat setiap orang sangat cemas. Namun, ada orang yang tetap bersikap konsumtif. Mereka hanya berkata bahwa mereka bisa membeli lebih banyak ember untuk menampung air. Mereka tidak berpikir bahwa volume air di waduk terus menurun. Air tampungan di setiap rumah bisa bertahan berapa lama? Sungguh, setiap orang harus memandang pentingnya hal ini dari sudut pandang yang sama. Kita harus senantiasa mengingatkan diri dan belajar bagaimana berhemat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, saat ada orang membutuhkan, kita memiliki kelimpahan untuk melakukan lebih banyak kebaikan.

Seperti yang saya katakan dalam ceramah pagi bahwa akar keyakinan kita harus dalam dan kokoh. Dengan akar yang dalam dan kokoh, baru sebatang pohon bisa bertumbuh tinggi dan lebat. Dengan demikian, saat turun hujan, akar pohon bisa menyerap air hujan dan menyimpannya di dalam tanah. Begitu pula dengan rumput dan bunga kecil. Pada pagi hari, kita sering melihat di ujung daun terdapat setetes embun. Meski tidak turun hujan, tetapi embun terbentuk sendiri pada malam hari. Embun itu bisa membasahi tanaman dan seluruh tanah. Kita sering berkata, “Keluarga yang menghimpun kebajikan pasti memiliki berkah berlimpah.” Kita harus membangkitkan cinta kasih setiap orang.

Untuk mewujudkan masyarakat yang aman dan tenteram, hati manusia harus harmonis. Jika pikiran manusia dipenuhi cinta kasih dan kebajikan, maka masyarakat ini akan sangat harmonis dan  tenteram. Begitu pula saat pikiran manusia tidak selaras, maka akan menciptakan banyak kekacauan dan pergolakan bagi masyarakat. Ini sungguh bukan hal yang baik. Kita harus lebih banyak memuji orang baik. Saya sering berkata bahwa saya sangat berterima kasih kepada relawan Tzu Chi. Masyarakat kita bagaikan sebuah pulau kecil di lautan. Ia bagaikan sehelai daun di lautan yang tidak kuat menahan angin kencang dan ombak. Saat terjadi angin kencang dan ombak, sehelai daun itu akan ikut terombang-ambing. Karena itu, kita harus memiliki keyakinan yang dalam, mawas diri, dan berhati tulus. Saya berharap kita bisa menghimpun tetes demi tetes  kekuatan cinta kasih dan bekerja sama untuk bersumbangsih serta membawa penghiburan bagi orang lain. Dengan begitu, baru keharmonisan masyarakat bisa tercipta.

Kita bisa melihat sebuah insiden kebakaran di Banqiao. Insiden itu terjadi  pada saat Tahun Baru Imlek. Insan Tzu Chi tetap bergerak  untuk mencurahkan perhatian. Tzu Chi juga bekerja sama dengan organisasi amal lainnya untuk memberikan bantuan. Inilah kekuatan cinta kasih di masyarakat. Singkat kata, kekuatan cinta kasih tidak boleh berhenti. Kita juga melihat banyak bencana yang terjadi di dunia. Pada tahun 2000 lalu, Topan Xangsane memorak-porandakan Taiwan.

Di hari yang sama, tanggal 31 Oktober 2000, sebuah pesawat Singapore Airlines juga mengalami kecelakaan. Di tengah terjangan angin topan, kita bisa melihat tanpa gentar oleh terpaan angin dan hujan, insan Tzu Chi segera bergerak untuk membantu upaya penyelamatan. Di tengah terpaan angin dan hujan, banyak petugas pemadam kebakaran, polisi, dan regu penyelamat yang segera bergerak untuk membantu. Selain membantu di lokasi jatuhnya pesawat, para relawan Tzu Chi lainnya juga segera bergerak untuk mengumpulkan jahe dari setiap rumah untuk memasak sup jahe. Melihat regu penyelamat bekerja di tengah terpaan angin dan hujan, relawan kita khawatir mereka akan kelaparan. Karena itu, mereka menyiapkan camilan, makanan hangat, dan sarapan untuk regu penyelamat.

Jika dikenang kembali, itu sudah terjadi 15 tahun lalu. 15 tahun lalu, selain terjadi Topan Xangsane yang membawa kerusakan besar, juga terjadi insiden jatuhnya pesawat. Tanpa memedulikan hal lain, insan Tzu Chi tetap bergerak untuk bersumbangsih di tengah terpaan angin dan hujan. Selama beberapa hari berturut-turut, banyak orang  yang aliran air dan listrik di rumahnya terputus serta dilanda banjir sehingga tidak bisa memasak di rumah. Insan Tzu Chi mendirikan sebuah dapur umum di Kantor Tzu Chi Neihu untuk menyiapkan nasi kotak yang hangat kepada para warga. Mereka berkunjung dari rumah ke rumah untuk mengantarkan nasi kotak di tengah genangan air.

Inilah yang pernah terjadi. Itu semua bisa terwujud karena dalam keseharian, kita selalu membangkitkan cinta kasih setiap orang. Dengan membina dan memperkokoh cinta kasih dalam keseharian, maka begitu terjadi bencana, orang-orang akan turut mengerahkan kekuatan. Pada saat bersumbangsih, mereka akan melakukannya dengan tanpa keluh kesah dan penyesalan, dan sangat sukarela. Inilah daya hidup penuh cinta kasih yang harus kita lindungi dalam keseharian.

Kita yang berada di Taiwan juga harus melindungi daya hidup yang penuh kebajikan dan cinta kasih. Itulah alasan mengapa selalu ada begitu banyak insan Tzu Chi yang bersumbangsih di setiap sudut masyarakat. Lewat sumbangsih, mereka melindungi daya hidup penuh cinta kasih. Kita harus selalu  mengakumulasi kekuatan cinta kasih agar masyarakat kita memiliki harapan dan kehangatan.

Kita harus tahu bahwa bumi ini membutuhkan suhu panas. Meski memiliki air dan tanah, tetapi tanpa sinar matahari dan suhu panas, tanaman pangan tetap tidak bisa bertumbuh. Sama halnya dengan saat memasak, kita juga membutuhkan api untuk memasak makanan yang lezat. Jadi, kita tidak bisa hidup tanpa suhu panas. Kita harus memiliki kehangatan untuk mewujudkan segala sesuatu dan menumbuhkan akar kebajikan. Ini sangatlah penting. Singkat kata, kita harus memiliki kekuatan cinta kasih yang kokoh. kita harus memiliki kekuatan cinta kasih yang kokoh. Dengan akar yang dalam dan kokoh, baru kita bisa membina kebijaksanaan.

 

Tanda-tanda kekeringan mengingatkan kita untuk menghargai sumber daya alam

Keluarga yang menghimpun kebajikan pasti memiliki berkah berlimpah

Menyalurkan bantuan darurat untuk memulihkan lingkungan hidup

Menjaga daya hidup yang penuh cinta kasih dan menumbuhkan akar kebijaksanaan

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 06 Maret 2015

Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -