Menghargai Sumber Daya Alam dan Melindungi Cinta Kasih
Pada hari Sabtu lalu, orang-orang di seluruh dunia memadamkan lampu selama 1 jam pada malam hari. Ini untuk mengingatkan orang-orang agar menghemat energi dan mengurangi emisi karbon. Ini membutuhkan tindakan nyata setiap orang. Kita bisa memulainya dari hal-hal kecil, seperti memadamkan lampu yang tidak digunakan, menghargai setiap tetes air, dan lain-lain. Ini semua harus kita perhatikan agar sumber daya alam tidak terbuang sia-sia dan unsur alam bisa selaras.
Di Myanmar, kita bisa melihat cinta kasih warga setempat untuk melindungi bumi dan menjaga kelestarian lingkungan. Seorang relawan setempat dan ibunya sangat setuju dengan konsep pelestarian lingkungan Tzu Chi. Dia menjadikan pekarangan rumahnya sebagai tempat untuk melakukan daur ulang. Ibunya juga turut melakukan daur ulang. Selain itu, para warga desa juga memiliki kesatuan tekad untuk melakukan daur ulang. Setiap orang mendedikasikan diri dalam kegiatan daur ulang.
Meski jarak antara Myanmar dan Taiwan sangat jauh, tetapi mereka juga bisa mengemban misi Tzu Chi. Kita juga bisa melihat seorang relawan di Taiwan yang tidak menunda-nunda untuk berbakti dan berbuat baik. Pada 9 tahun yang lalu, Relawan Zhang Qing-sen di Fengyuan menyediakan sebidang lahan untuk Tzu Chi guna membuka posko daur ulang. Ibunya juga bergabung dalam kegiatan daur ulang. Namun, seiring bertambahnya usia ibunya, dia mengkhawatirkan keselamatan ibunya saat keluar rumah. Dia sangat berbakti. Dia pergi ke posko daur ulang dan membawa barang daur ulang yang bisa dipilah oleh ibunya ke rumah.
Dengan demikian, ibunya bisa memilah barang daur ulang di rumah seperti yang selalu dilakukannya di posko daur ulang. Lihatlah kasih sayang antara ibu dan anak ini. Dia menuruti keinginan ibunya. Selain menyediakan sebidang lahan, dia juga bergabung dalam kegiatan daur ulang dan berusaha memenuhi keinginan ibunya. Ini merupakan kasih sayang antarmanusia yang penuh kehangatan.
Semua makhluk memiliki kasih sayang seperti manusia. Kita bisa melihat di India, seekor anak gajah terjatuh ke dalam sebuah lubang. Induk gajah terus berusaha untuk menolongnya. Namun, semakin berusaha, semakin banyak tanah yang terdorong ke dalam lubang. Selama 11 jam penuh, induk gajah terus meraung-raung dan menangis. Ia terus berusaha menyelamatkan anaknya sambil menangis. Lihatlah, kasih sayang antara anggota keluarga bukan hanya dimiliki oleh manusia. Hewan juga memiliki kasih sayang yang sama.
Karena mendengar raungannya, warga desa pun berdatangan. Mereka lalu membantu menyelamatkan anak gajah dengan membersihkan tanah di sekeliling lubang itu sehingga induk gajah bisa menggunakan belalainya untuk menarik anak gajah keluar dari lubang. Inilah kasih sayang semua makhluk. Hewan juga memiliki kasih sayang seperti ini. Kasih sayang terhadap keluarga sulit dilepaskan. Bukankah dunia ini adalah dunia yang penuh kasih sayang?
Semua makhluk memiliki hakikat kebuddhaan. Setiap orang memiliki kesadaran dan kebijaksanaan hakiki. Jadi, orang yang mendalami ajaran Buddha dan menapaki Jalan Bodhisatwa disebut sebagai orang yang memiliki cinta kasih berkesadaran. Setelah memahami prinsip kebenaran di dunia ini, mereka membangkitkan kasih sayang untuk mengasihi semua makhluk. Mereka bisa berempati terhadap semua makhluk, merasakan kepedihan dan penderitaan sesama, dan tidak tega melihat semua makhluk menderita.
Kasih sayang ini membuat orang sangat tersentuh. Jadi, kita harus menghargai kasih sayang antarsesama seperti kita menghargai sumber daya alam. Kita juga harus mengasihi bumi. Kita harus menghargai segala sesuatu dengan penuh rasa syukur, termasuk hubungan antarmanusia. Kita bisa melihat di Kota Quezon, Filipina, banyak anak dari keluarga kurang mampu yang kini sudah duduk di kelas 6 SD. Insan Tzu Chi berharap sekelompok anak ini bisa melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah. Jadi, demi menyemangati mereka, kita memberikan kamus kepada mereka agar keyakinan mereka untuk terus bersekolah semakin teguh. Ini merupakan doa yang tulus dari insan Tzu Chi.
Selain itu, insan Tzu Chi juga mengajari mereka bagaimana berterima kasih kepada guru mereka. Kita mengadakan sebuah kegiatan agar anak-anak dapat mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih kepada guru mereka. Seperti inilah insan Tzu Chi mendampingi dan membimbing mereka. Cinta kasih berkesadaran sungguh penuh kehangatan. Selain itu, kita juga melihat dokter Tzu Chi. dr. Chang pernah bertugas di RS Tzu Chi Hualien selama enam tahun. Lalu, dia pergi ke Yilan dan membuka klinik sendiri. Pascagempa di Taiwan pada tahun 1999, dia tiba-tiba menyadari bahwa hidup ini tidak kekal. Dia merasa bahwa dia seharusnya menuju wilayah terpencil dan wilayah yang membutuhkan pelayanan medis untuk bersumbangsih.
Dahulu, di RS Tzu Chi Guanshan tidak ada poli kebidanan dan kandungan. Jika ada orang yang ingin bersalin atau memeriksa kesehatan kandungannya, mereka harus pergi ke Taitung, Hualien, atau Yuli. Mereka harus pergi ke tempat yang sangat jauh. Karena itu, dr. Chang menutup kliniknya dan membawa perlengkapan medisnya ke RS Tzu Chi Guanshan untuk melindungi para ibu hamil dan membantu persalinan agar bayi dapat lahir dengan selamat dan sehat. Ini juga sangat menyentuh. Sungguh, rumah sakit dan para dokter merupakan berkah bagi para pasien. Kita juga bisa melihat Nona Peng yang menderita osteosarkoma rahang bawah. Dengan penuh cinta kasih, tim medis RS Tzu Chi Dalin mengerahkan segenap hati dan tenaga untuk mengobati gadis ini.
Dengan penuh cinta kasih, tim medis bekerja sama untuk mengangkat tumornya dan membuat wajahnya kembali terlihat normal. Nona Peng tidak bisa melupakan cinta kasih tim medis RS Tzu Chi Dalin. Karena itu, dia sering berkunjung dan menjadi relawan di sana. Ini merupakan lingkaran cinta kasih. Lihatlah kehidupan ini. Lingkaran kebajikan dan kekuatan cinta kasih membuat dunia ini penuh kehangatan. Kini Nona Peng sudah memiliki seorang anak. Lihatlah, relawan lansia ini bagaikan nenek yang sedang bermain dengan cucunya. Hubungan pasien dan insan Tzu Chi bagaikan anak dan ibu. Ini semua merupakan wujud kasih sayang. Singkat kata, cinta kasih selalu ada di dunia ini asalkan kita bersungguh hati dan mau berusaha.
Menghemat energy dan menghargai sumber daya alam
Berbakti kepada orang tua, berbuat baik, dan melakukan daur ulang
Induk gajah menyelamatkan anaknya karena memiliki kasih sayang
Dengan penuh cinta kasih, dokter humanis melindungi para warga di wilayah terpencil
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 30 Maret 2015