Menghormati Bumi dan Berbakti kepada Orang Tua
Gunung Ontake di Jepang yang meletus beberapa hari yang lalu telah mengakibatkan banyak orang meninggal. Gunung ini juga merupakan sebuah objek wisata. Berhubung pernah dikembangkan menjadi tempat wisata, jalan dan struktur gunung itu terus dirusak. Demikianlah bumi ini terus mengalami kerusakan. Saya sungguh tidak sampai hati melihatnya. Kita sungguh harus melindungi dan mengasihi bumi ini.
Di dalam bumi ini terkandung banyak pusaka. Semua barang yang kita gunakan dalam keseharian, meliputi barang berteknologi tinggi dan lain lain, semuanya tercipta dari sumber daya alam yang tersimpan di dalam bumi ini. Banyak orang yang terlalu “pintar”. Mereka terus menggali gunung, membuka jalan, bahkan menyedot minyak bumi dari dasar laut. Mereka tidak sadar bahwa perbuatan mereka telah merusak bumi ini.
Bumi telah menopang kehidupan kita, tetapi manusia malah terus merusaknya tanpa disadari. Karena itu, dunia ini dipenuhi oleh bencana. Bagaimana cara kita mengubah dunia ini? Setiap orang harus menghormati langit dan mengasihi bumi. Hanya saja, sebersit pikiran yang menyimpang telah membuat manusia jauh tersesat. Karena itulah, manusia terus merusak bumi dan menciptakan pencemaran. Jika setiap orang dapat memahami kebenaran ini, maka mereka akan memiliki kesempatan untuk berintrospeksi.
Banyak orang yang setelah berinteraksi dengan kita baru tahu bahwa ternyata perbuatan mereka telah merusak bumi dan menciptakan pencemaran udara. Namun, mereka sendiri tak menyadarinya. Semua itu mereka lakukan saat mereka belum menyadari konsekuensinya. Kini, setelah memahami kebenaran, mereka akan berubah perlahan-lahan dan mulai mengembangkan niat untuk membawa manfaat bagi masyarakat.
Kita bisa melihat kondisi masyarakat kita mulai berubah baik. Perubahan ini bisa terlihat dengan jelas. Contohnya Jiangsu. Hari ini adalah tanggal 9 bulan 9 penanggalan lunar, yaitu Hari Chongyang. Kita selalu menyebutnya dengan Hari Lansia. Sungguh, setiap orang harus menghormati dan mengasihi lansia. Agar para lansia dapat hidup dengan sehat dan sungguh-sungguh merasakan kegembiraan batin, insan Tzu Chi mempersiapkan makanan vegetaris, mempersembahkan teh untuk mereka, dan lain-lain. Kita bukan hanya memerhatikan kesehatan mereka, tetapi juga menunjukkan ketulusan kepada mereka.
Baik di Tiongkok maupun Taiwan, kita bisa melihat para insan Tzu Chi yang memanfaatkan perayaan pada Hari Chongyang untuk mengadakan acara guna mengungkapkan rasa hormat mereka kepada para lansia. Kita juga melihat seorang lansia yang sangat sehat. Dia kelihatan seperti baru berusia sekitar 70 tahun. Sesungguhnya, dia telah berusia 90 tahun. Lihatlah, anggota geraknya begitu gesit. Dia dapat mengangkat begitu banyak kardus dengan gampang. Putranya mengajaknya untuk tinggal bersama, tetapi dia menolak. Dia berkata, “Saya ingin tinggal di sini karena di sini ada ruang bawah tanah yang dapat saya gunakan untuk melakukan daur ulang.”
Dia berkata bahwa selama hidupnya, Yang pertama adalah menciptakan pahala bagi anaknya. Saya tidak meninggalkan harta untuk anak saya. Orang zaman dahulu berkata, kita harus menciptakan kebajikan dan pahala bagi anak cucu kita. Saya hanya bisa menciptakan dua hal itu bagi anak cucu saya. Yang kedua adalah membantu saya lebih lama lagi. Saya berdoa kepada Buddha semoga memberi saya hidup 3 atau 4 tahun lagi agar saya bisa lebih banyak membantu Master. Ikrar saya belum tercapai. Setelah ikrar saya terpenuhi, saya bisa meninggal dengan damai.
Lihatlah, dia begitu penuh cinta kasih. Dia sangat menghormati langit, mengasihi bumi, dan selalu menjalin jodoh baik. Dia telah menjalin jodoh baik dengan banyak orang. Saat melihatnya, orang-orang sudah tahu bahwa nenek datang untuk mengumpulkan barang daur ulang.Karena itu, mereka akan merapikan barang daur ulang tersebut sebelum menyerahkannya kepada sang nenek. Inilah jalinan jodoh yang baik. Baik dengan anak cucu sendiri, maupun dengan tetangganya, dia selalu menjalin jodoh baik dengan setiap orang.
Kita juga melihat seorang lansia berusia 71 tahun yang dipenuhi penderitaan. Dia adalah orang Indonesia yang menikah dengan orang Taiwan. Suaminya adalah seorang tentara. Namun, suaminya meninggal beberapa tahun yang lalu. Kesehatan lansia ini tidak begitu baik. Dia menderita beberapa penyakit dan pernah terjatuh beberapa kali. Tulang lututnya juga pernah retak karena terjatuh. Dia hidup sebatang kara.
Sofa di rumahnya juga ditinggikan dengan berlapis-lapis tumpukan kardus. Saat ditanya mengapa sofanya ditinggikan, dia berkata bahwa jika tidak ditinggikan, dia tidak bisa duduk karena kakinya tidak bisa ditekuk. Karena itu, sofanya harus ditinggikan. Melihat kondisinya, insan Tzu Chi merasa tidak sampai hati. Mereka lalu meminta anggota Tzu Cheng untuk berkunjung dan mengukur ruangannya. Mereka membuat sebuah ranjang yang sesuai dengan tinggi yang dia butuhkan. Setelah mengantar ranjang ini ke rumahnya, relawan kita memolesi sudut-sudutnya dengan teliti agar lansia itu tidak tergoresdan terluka. Selain itu, berhubung dia sering terjatuh di kamar mandi, kamar kecil, dan ruangan lainnya, relawan kita membuat pegangan tangan untuknya agar dia bisa berjalan dengan aman.
Insan Tzu Chi adalah Bodhisatwa dunia yang rela bersumbangsih bagi semua makhluk. Saya juga sangat bersyukur karena anggota Tzu Cheng kita berasal dari berbagai profesi yang berbeda-beda. Mereka semua sangat profesional. Begitu tiba di lokasi, mereka segera mengambil meteran untuk mengukur, segera merancang, dan menggambar desain. Mereka ingin memberi ruang yang aman bagi lansia tersebut.
Lihatlah, mereka seperti sedang berbakti kepada orang tua sendiri. Saat menyadari ada luka pada kuku kaki lansia itu dan mengetahui bahwa dia mengidap penyakit diabetes sehingga lukanya tidak mudah sembuh, mereka segera pergi membeli obat. Mereka membersihkan luka lansia itu dan membantunya memakai obat. Mereka membersihkan luka lansia itu dan membantunya memakai obat. Lihatlah, cinta kasih seperti ini sungguh membuat orang merasa tersentuh. Lihatlah, inilah kehidupan.
Singkat kata, segala sesuatu di dunia ini, dari kehidupan kita sehari-hari hingga perindustrian yang kita jalankan, semuanya akan membawa pengaruh bagi bumi. Bumi pertiwi telah terluka parah. Karena itu, kita harus bekerja sama untuk mengasihi sesama, melindungi dan menghormati bumi ini.
Seluruh bumi mengalami kerusakan
Melakukan perubahan dengan menghormati langit dan mengasihi bumi
Seorang lansia mempertahankan tekad untuk melakukan daur ulang
Menghormati lansia dan mengimbau orang untuk berbakti
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 4 Oktober 2014.