Mengobati Pasien dengan Cinta Kasih dan Menyambut Masa Depan yang Cerah

Sejak insiden ledakan di taman rekreasi air terjadi hingga kini, para tenaga medis di berbagai rumah sakit mengerahkan segenap hati dan tenaga untuk mengobati para korban luka-luka. Namun, tidak semua hal bisa berjalan sesuai keinginan kita. Pada saat seperti ini, setiap orang harus menggunakan hati yang tulus untuk berdoa bagi para korban ledakan. Saya sungguh tersentuh melihat beberapa rumah sakit di wilayah utara dan tengah Taiwan turut mengadakan acara doa bersama.

Kita bisa melihatdi Rumah Sakit Shin Kong Wu Ho-Su Memorial, Rumah Sakit Umum Cheng Hsin, dan rumah sakit Tzu Chi di wilayah utara dan tengah Taiwan, orang-orang berdoa dengan tulus. Di RS Tzu Chi Taipei, sejak hari kedua terjadinya ledakan, kita berdoa dengan tulus bagi para korban luka bakar setiap hari. Kita berharap bisa menenangkan hati setiap orang dan meringankan penderitaan anak-anak muda itu. Relawan kita bersungguh hati mengajak masyarakat untuk berdoa bersama. Dua hari yang lalu, kita mengadakan 12 acara doa bersamadi wilayah utara dan tengah Taiwan, termasuk di Changhua. Sebanyak 4.700 orang menghadiri acara doa bersama dengan hati yang tulus.

Kemarin, selain di Taman 228 Peace Memorial, kita juga mengadakan acara doa bersama di Kompleks Tzu Chi Sanchong. Tadi malam, acara doa bersama yang digelar di seberang Universitas Nasional Taiwan, tepatnya di Taman 228 Peace Memorial juga terhubung dengan Griya Jing Si lewat konferensi video sehingga saya dapat ikut berdoa bersama mereka. Acara doa bersama di Taman 228 Peace Memorial juga dihadiri oleh dua bhiksu. Kita bisa melihat para keluarga, orang tua, kerabat, dan teman korban luka-luka, semuanya hadir untuk berdoa bersama. Pemandangan seperti itu sungguh menyentuh. Saya sangat tersentuh.

Selain di Taiwan, relawan lokal di Nepal juga demikian. Lewat program Lentera Kehidupan, mereka tahu bahwa di Taiwan terjadi insiden ledakan yang sangat parah. Di Nepal, para relawan lokal yang terdiri atas anak-anak muda berkumpul bersama untuk berdoa bagi para korban luka-luka. Selain itu, juga ada bhiksuni dan Rinpoche setempat yang mengadakan kebaktian untuk melantunkan Sutra dan berdoa dengan tulus bagi anak-anak muda yang menderita luka-luka. Mereka mengadakan kebaktian secara resmi di vihara mereka.

Lihatlah, puluhan ribu orang di dalam dan luar negeri bersatu hati. Bagaimana bisa saya tidak terharu? Saya sungguh terharu. Inilah lingkaran cinta kasih. Pascagempa di Nepal, sumbangsih dan pendampingan relawan Tzu Chi telah menginspirasi warga setempat untuk memperpanjang tali cinta kasih dan memperluas cinta kasih. Kita mendampingi warga setempat dengan kasih sayang yang tulus. Warga setempat telah dapat merasakannya. Kita juga bisa merasakan doa mereka dari tempat yang jauh.

Namun, pagi ini saya menerima panggilan telepon dari Kepala Rumah Sakit Chao. Dia menyampaikan bahwa Xiao-xuan telah meninggal dunia. Dari semua korban yang dilarikan ke Rumah Sakit Tzu Chi Taipei, luka Xiao-xuanlah yang terparah. Setelah tiba di rumah sakit, dia segera dipasangi alat intubasi. Ibunya berasal dari Tiongkok. Dia juga memahami kondisi putrinya. Pada hari kedua, dia berkata bahwa dia harus kembali bekerja. Demi memenuhi kebutuhan hidup, dia harus pergi ke Taoyuan untuk bekerja. Jika putrinya meninggal dunia, dia berharap staf medis atau relawan kita dapat menyediakan pakaian yang cantik untuk putrinya karena putrinya selalu ingin terlihat cantik. Dia hanya meminta kita untuk memberi putrinya pakaian yang cantik. Saat pekerja sosial kita mendengar hal ini, mereka langsung pergi membelinya pada malam itu juga.

Hingga kemarin, sekitar pukul 7 pagi, anak ini mengembuskan napas terakhir. Setelah lebih dari setengah bulan, dia akhirnya terbebas dari penderitaan. Namun, Kepala Rumah Sakit Chao merasa sangat kehilangan. Saat mengungkit tentang anak ini, dia merasa sangat sedih. Saat membahas tentang pasien yang lain, dia kembali bergembira. Seorang pasien lain adalah gadis yang berusia 18 tahun. Kulitnya dari bagian paha sampai jari kaki sangat pucat. Dia sangat kesakitan. Karena tidak tega melihat kondisinya, tim medis kita segera melakukan pemeriksaan untuk mencari penyebabnya.

Ternyata pembuluh darahnya tersumbat. Lalu, dr. Huang segera menjalankan operasi untuk melancarkan peredaran darah anak ini. Operasi ini sungguh membutuhkan kerja keras. Akhirnya, penyumbatan pembuluh darahnya berhasil ditangani. Para tenaga medis merasa sangat lega. Berita baik ini pun segera disebarkan. Hanya karena penyumbatan pembuluh darah di kaki anak itu berhasil ditangani, setiap orang sudah merasa sangat gembira. Untuk mengamputasi satu jari kaki anak itu saja, tim medis kita sudah merasa tidak tega, apalagi jika seluruh kakinya harus diamputasi. Setelah penyumbatan pembuluh darahnya berhasil ditangani, kaki anak itu dapat terselamatkan. Setiap orang merasa sangat gembira.

Keesokan paginya, kepala rumah sakit menjenguknya dan bertanya padanya, “Bagaimana kondisimu?” Dia berkata, “Saya belum pernah tidur senyenyak dan senyaman ini.” Dia bisa tidur nyenyak karena sudah tidak merasakan rasa sakit lagi. Para dokter menggunakan keterampilan dan cinta kasih untuk menyelamatkan anak ini. Kita bisa melihat senyuman anak ini. Senyuman pasien adalah senyuman yang terindah. Di dunia ini, tidak ada senyuman yang lebih indah dari senyuman pasien.

Singkat kata, senyuman anak ini telah membuat para tenaga medis merasa gembira. Sungguh, saat tidak bisa menyelamatkan nyawa pasien, kita merasa sangat sedih. Namun, saat berhasil menyelamatkan pasien, kita juga turut merasa gembira. Intinya, kita selalu berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan nyawa pasien. Kita yang tidak bisa memberi pengobatan kepada pasien hendaknya menggunakan hati yang tulus untuk berterima kasih kepada para tenaga medis. Doa kita yang tulus akan dapat menjangkau para Makhluk Pelindung Dharma. Semoga anak-anak itu dapat selamat dan penderitaan mereka dapat teringankan.

 

Puluhan ribu orang berdoa bersama dengan kesatuan hati

Melihat lingkaran cinta kasih dari warga Nepal yang berdoa demi para korban ledakan di Taiwan

Para tenaga medis bersukacita karena berhasil menyelamatkan kaki pasien dari amputasi

Mengobati pasien dengan cinta kasih dan menyambut masa depan yang cerah

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 13 Juli 2015

 

 

Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -