Mengubah Pola Pikir Setelah Mengalami Penderitaan
“Pada bulan Agustus 2011, putra sulung saya meninggal secara tiba-tiba. Saya menangis setiap hari. Setiap kali melihat barang-barang yang pernah dia gunakan, saya terus menangis,” ucap Lan Cai-xiang, Relawan Tzu Chi.
”Pada tanggal 31 Oktober 2012, suami juga saya meninggal. Pada momen itu, saya sungguh tidak ingin hidup lagi. Namun, saat itu banyak kakak-kakak Tzu Chi yang menyemangati saya. Saya lalu berpikir saya tidak boleh menangis lagi. Saya harus keluar dari kesedihan ini. Tidak ada gunanya saya terus menangis. Suami dan anak saya tidak akan kembali lagi. Saya lalu menyemangati diri sendiri untuk keluar dari kesedihan ini” Sambung Lan Cai-xiang, Relawan Tzu Chi.
Kondisi batin seperti itu sungguh menderita.Kehidupan manusia sungguh penuh dengan penderitaan. Karena itu, Buddha membabarkan ajaran tentang Empat Kebenaran Mulia.
Ajaran pertama yang Buddha babarkan adalah kebenaran tentang penderitaan. Beliau menganalisis banyak hal agar kita dapat memahami ajaran-Nya. Penderitaan-penderitaan ini dapat kita rasakan dan kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Beliau menggunakan penderitaan yang dialami oleh manusia untuk mengajarkan kebenaran kepada kita.
Lewat hal-hal yang ditemui oleh manusia, Buddha menunjukkan kebenaran tentang penderitaan agar kita dapat memahaminya. Segala sesuatu di dunia ini sulit diprediksi. Usia kehidupan kita semakin berkurang seiring berjalannya waktu. Usia kehidupan di dunia ini sungguh singkat. Selama puluhan tahun yang singkat ini, apa yang bisa kita lakukan untuk bumi ini? Apa tujuan kita hidup di dunia ini? Ini perlu kita pikirkan baik-baik.
Jika seseorang berkata bahwa dia hanya ingin menikmati hidup saja, maka kehidupannya sungguh tidak bermakna. Meski kehidupan ini penuh dengan penderitaan, tetapi kita bisa mempelajari kebenaran yang tersirat di dalamnya. Saat mengalami satu penderitaan, berarti karma buruk kita juga terkikis satu. Kita harus mengubah penderitaan menjadi sukacita
Di tengah penderitaan ini, banyak orang yang setelah mengenal Tzu Chi dan bergabung dalam kegiatan Tzu Chi mulai mengubah kehidupan mereka. Dahulu, mungkin mereka merupakan penerima bantuan. Setelah mengubah kehidupan, Meneruskan estafet cinta kasih untuk saling membantu merupakan Dharma yang sesungguhnya. Kita harus mempraktikkan ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari.
Sesungguhnya,di dalam hati setiap orang terdapat ladang pelatihan batin yang agung. Ladang pelatihan batin ini harus dibangun oleh kita sendiri. Kita harus membangun ladang pelatihan batin yang agung. Buddha dan Bodhisatwa ada di dalam hati kita (bukan berada di kuil untuk disembah oleh kita).
Sesungguhnya,saat ada orang dilanda penderitaan, kita hendaknya segera bergerak untuk menjadi sang penyelamat. Inilah tujuan hidup kita. Tujuan hidup kita adalah menjadi penyelamat bagi sesama. Contohnya Saya menjadi penyelamat bagi kalian. Kalian juga menjadi penyelamat bagi saya. Berkat adanya kalian, barulah kami bisa menyebarkan ajaran Buddha di dunia ini. Tanpa kalian, mungkin tidak ada orang yang mendengar ucapan saya.
Demi menyucikan pikiran manusia di dunia ini, kita harus menyebarluaskan ajaran Buddha. Demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk, kita harus menyebarluaskan ajaran Buddha. Berhubung ada begitu banyak orang yang bersedia menerima ajaran saya, saya menjadi tidak berani bermalas-malasan. Jadi, kalian juga merupakan penyelamat bagi saya.
Jika ucapan saya dapat menginspirasi dan mengubah kehidupan kalian, maka saya juga merupakan penyelamat bagi kalian. Kita telah saling menjadi penyelamat bagi sesama. Terhadap antarsesama manusia, kita hendaknya saling bersyukur. Setiap orang yang duduk di sebelah kiri, kanan, depan, dan belakang kita, semuanya adalah penyelamat kita.
Karena itu, kita harus selalu memiliki hati penuh rasa syukur. Ajaran Buddha harus ada di dalam kehidupan sehari-hari kita serta ada di dalam tubuh, ucapan, dan pikiran kita. Dharma harus ada di dalam tindakan kita.
Setelah menyerap Dharma ke dalam hati, kita harus mewujudkannya lewat tindakan nyata. Setelah mendengar Dharma, kita juga harus menjadi pembabar Dharma. Karena itu, kita harus selalu bertutur kata baik. Untuk merekrut Bodhisatwa dunia, kita harus memahami ajaran Buddha, memahami Tzu Chi, dan memahami ajaran Jing Si.
Setelah itu, kita harus segera berbagi dengan orang lain. Setelah memahami Dharma, kita harus mewariskannya. Untuk melakukan ini semua, dibutuhkan ketulusan hati. Kalian datang ke Tzu Chi bukan untuk bermain-main. Kalian telah menghabiskan waktu selama 2 tahun untuk mengikuti pelatihan relawan. Sebelum mengikuti pelatihan, selama bertahun-tahun. Kalian bersumbangsih begitu lama di Tzu Chi.
Hari ini, setelah datang ke sini, kalian harus membangun tekad dan ikrar luhur untuk menerapkan ajaran Buddha di dalam kehidupan sehari-hari serta di dalam tubuh, ucapan, dan pikiran kalian. Karena itu, setiap orang harus lebih bersungguh hati.Sebagai Bodhisatwa dunia, kita harus saling menjadi penyelamat. Kita harus sangat menghargai tempat pelatihan Bodhisatwa ini. Kita harus melindunginya dengan baik karena kita telah memilih untuk mempraktikkan Dharma yang sesungguhnya di dunia ini. Kita hendaknya bersungguh hati menghirup keharuman Dharma.
Setiap hari, setelah mendengar Dharma, kita dapat menjelaskan segala sesuatu dengan menggunakan Dharma. Kita juga dapat menggunakan hal-hal yang terjadi di dunia untuk berbagi ajaran Buddha. Ini semua merupakan Dharma yang sesungguhnya. Jadi, untuk terus menapaki Jalan Bodhisatwa, kita harus belajar bagaimana membabarkan Dharma dan merekrut Bodhisatwa dunia di tengah masyarakat. Kita harus lebih banyak menciptakan berkah, menjalin jodoh baik, dan membangkitkan kebijaksanaan di tengah umat manusia. Semua itu merupakan Dharma yang sesungguhnya. Kita harus menghargainya dengan baik.
Bodhisatwa sekalian, cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin merupakan semangat mazhab Tzu Chi dan ajaran Jing Si. “Cinta kasih” berarti terjun ke masyarakat untuk bersumbangsih. “Welas asih” adalah menapaki Jalan Bodhisatwa dengan penuh welas asih. “Sukacita” adalah saat mendalami Dharma, hati kita akan dipenuhi oleh rasa sukacita. “Keseimbangan batin” berarti rela melepas dan memiliki batin yang hening.
Kita harus melepaskan ketamakan untuk tidur, melepaskan nafsu keinginan, melenyapkan kegelapan batin, dan lain-lain. Kita harus menghilangan keinginan untuk bersenang-senang. Kita harus memanfaatkan waktu untuk menyerap Dharma ke dalam hati. Dengan mendalami ajaran Jing Si, kita dapat menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.
Mazhab Tzu Chi adalah jalan untuk menciptakan berkah bagi dunia. Bodhisattva sekalian, apakah kalian bisa melakukannya? “Bisa”, jawab para relawan. Jika begitu, kalian harus menjalankannya dengan baik dan jangan goyah. Karena sudah membangun ikrar, kita jangan mudah berubah pikiran. Contohnya, saat ingin memasak nasi atau mi, kita juga harus tahu caranya. garam, cuka, dan bumbu lainnya. Begitu pula ajaran Buddha, dapat diterapkan pada berbagai kondisi dalam kehidupan. Jadi, setiap orang harus lebih bersungguh hati.
Buddha menggunakan hal-hal yang terjadi di dunia untuk mengajarkan Empat Kebenaran Mulia
Mengubah pola pikir setelah mengalami penderitaan
Ajaran Jing Si dapat menumbuhkan jiwa kebijaksanaan
Menerapkan ajaran Buddha dan bersiteguh untuk melatih diri
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 2 Desember 2014