Menjaga Pikiran dengan Baik dan Menolong Orang yang Membutuhkan

Tanggal 7 April adalah hari peringatan internasional bagi korban genosida di Rwanda. Orang-orang hendaknya berintrospeksi atas peristiwa yang terjadi di masa lalu dan hubungan antarsuku di dunia. Genosida Rwanda kembali terbayang dalam benak saya. Pada lebih dari 20 tahun yang lalu, terjadi pembantaian di Rwanda yang mengincar suku tertentu. Pada saat itu, lebih dari 800.000 orang meninggal dunia akibat pertikaian antarsuku.

 Setelah itu, muncul wabah penyakit di sana. Saat itu, dr. Wang Ying-wei  dan Relawan Xu Xiang-ming juga masuk ke Rwanda dan bekerja sama dengan tim medis dari Perancis. Di tempat pengungsian, bendera Tzu Chi berkibar di tengah tenda yang didirikan oleh organisasi nonpemerintah di sana. Sebagian orang berkata, “Kami belum pernah melihat bendera seperti ini. Dari negara mana bendera ini berasal? Seperti apa organisasi ini?” Tidak ada yang tahu dari negara mana bendera ini berasal. Lalu, organisasi yang bekerja sama dengan kita membantu kita menjelaskan bahwa Tzu Chi berasal dari Taiwan dan merupakan sebuah organisasi yang menyalurkan bantuan berskala internasional.

 Saat itu, kita benar-benar menjalankan misi amal dan kesehatan di Rwanda.  Genosida Rwanda sungguh merupakan sejarah yang sangat menyedihkan dan menakutkan bagi dunia.  Karena itu, kita harus sungguh-sungguh menenangkan hati manusia. Tentu saja, masyarakat masa kini  sudah jauh berbeda dengan 20 tahun yang lalu. Semoga kecanggihan teknologi masa kini dapat digunakan dengan bijaksana untuk memperluas wawasan kita terhadap hal-hal yang terjadi di seluruh dunia dan menyerap pengetahuan yang dapat membawa manfaat bagi dunia.

 Kita harus mengasihi satu sama lain dan melindungi bumi agar masyarakat kita aman, tenteram, dan harmonis. Saya berharap semua orang dapat menjalani hidup dengan lebih aman, tenteram, dan bahagia. Lewat berita Da Ai TV, kita bisa melihat insan Tzu Chi di Afrika. Warga di enam negara di Afrika telah membuka pintu hati dan membangkitkan kekayaan batin mereka. Seorang relawan dari Lesotho, Mei-juan, bergabung dengan relawan dari Afrika Selatan Seorang relawan dari Lesotho, Mei-juan, bergabung dengan relawan dari Afrika Selatan  untuk berkunjung ke Botswana.

Di sana juga ada pengusaha dari Taiwan. Mereka melihat bahwa Mei-juan yang juga merupakan pengusaha Taiwan bisa bersumbangsih di negara yang berbeda-beda di Afrika. Berada di negara mana pun, Mei-juan selalu membalas budi warga setempat atas sumber daya yang dia dapatkan di sana. Mereka berpikir, “Jika orang lain bisa, bagaimana mungkin kami tidak bisa?” Jadi, keluarga ini menjadikan pabrik mereka sebagai tempat penginapan insan Tzu Chi. Mereka juga berharap insan Tzu Chi di Afrika Selatan dan Lesotho dapat menyebarkan kekuatan dan semangat cinta kasih ke Botswana.

Kita bisa melihat ketekunan dan semangat para relawan kita setelah tiba di sana.  para relawan kita setelah tiba di sana. Setiap hari, mereka merekam program Lentera Kehidupan dan berbagi dengan warga setempat. Setiap pagi, mereka mendengar ceramah pagi seperti yang dilakukan insan Tzu Chi Taiwan. Mereka mendengar ceramah pagi dengan sangat tertib. Sungguh, kita bisa melihat ketekunan mereka. Di mana pun mereka berada, baik di kamar, restoran, maupun di lapangan rumput, mereka selalu tekun dan bersemangat. Ini sungguh membuat orang tersentuh.

 Segala sesuatu bergantung pada sebersit niat. Jika hati penuh cinta kasih, pergi ke mana pun, kita pasti merasakan keharmonisan. Kita juga bisa melihat kehangatan dari kekuatan cinta kasih. Kemarin, bayi kembar siam dari Filipina telah keluar dari rumah sakit dan pulang ke Filipina. “Saya berterima kasih kepada para tenaga medis yang telah menganggap kami bagaikan keluarga dan saudara mereka sendiri,” ucap Ludy de Guzman, Ibu bayi kembar dari Filipina.

 Kemarin, seorang pastor mewakili gereja Katolik dan pemerintah Filipina mengucapkan terima kasih kepada Tzu Chi. Setelah itu, beliau berkunjung ke Griya Jing Si. Saya lalu bertanya kepada beliau, “Bayi kembar itu menggemaskan tidak?” Beliau dengan gembira berkata, “Mereka sangat aktif dan menggemaskan.” Saya lalu bertanya lagi, “Apakah Anda menggandeng mereka berjalan?” Dia berkata, “Ya, mereka sudah bisa berjalan.” Tubuh bayi kembar siam ini sudah saling menempel selama setahun lebih. Mereka baru menjalani operasi pemisahan kurang lebih satu bulan. Mereka berjalan dengan stabil dan kondisi kesehatan mereka juga sangat baik.

Pastor berkata kepada saya, “Mereka terlihat lebih gemuk.” Sungguh, setelah datang ke sini, mereka menjadi lebih gemuk. Cinta kasih yang tulus dari seluruh tim telah membuat bayi kembar yang sebelumnya saling menempel ini memperoleh kebebasan. Kini mereka telah pulang ke Filipina dengan tubuh yang sehat. Singkat kata, hal yang harus kita syukuri sangatlah banyak. Asalkan kehidupan kita penuh cinta kasih, saat mengenang masa lalu, hati kita akan dipenuhi rasa syukur. Saya ingin berterima kasih kepada tim medis dan para relawan kita. Para Bodhisatwa di Filipina dan Taiwan bekerja sama untuk memberikan kebebasan bagi sepasang bayi kembar siam ini.

 Saat teringat kasus-kasus yang pernah Tzu Chi tangani, saya selalu merasa bersyukur. Jalan yang sudah kita lalui begitu indah dan penuh kehangatan. Jika teringat peristiwa di Rwanda, saya selalu merasa tidak tega. Saat itu, kondisi di sana sungguh menyedihkan. Penderitaan timbul di negara itu Penderitaan di negara itu timbul akibat pikiran manusia yang menyimpang. Hati yang penuh cinta kasih dan lingkaran kebajikan dapat menciptakan kehangatan dan kebahagiaan yang tak terbatas dalam hidup kita. Namun, jika pikiran kita menyimpang dan membangkitkan niat jahat, maka akan timbul pergolakan di masyarakat yang membuat orang-orang menjadi gelisah. Ini dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak tertangani. Intinya, setiap orang harus menjaga pikiran dengan baik.

Merenungkan perang antarsuku di masa lalu

Melapangkan hati untuk memperhatikan dunia

Memisahkan sepasang bayi kembar siam dengan penuh cinta kasih

Sepasang bayi kembar siam dapat bergerak bebas setelah menjalani operasi pemisahan

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 9 April 2015

Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -