Menjalani Pelatihan dan Melindungi Dunia
Waktu berlalu dengan cepat. Selama hampir sebulan, saya melakukan perjalanan berkeliling Taiwan. Setiap waktu saya terisi dengan jadwal yang padat. Kali ini, saya melakukan perjalanan karena insan Tzu Chi dari 32 negara di seluruh dunia kembali untuk mengikuti pelatihan. Para fungsionaris Tzu Chi dari seluruh dunia kembali untuk mengikuti pelatihan. Mereka semua berjumlah hampir 2.000 orang. Berhubung tempat kita tidak cukup, maka pelatihan diadakan di dua tempat di Taipei dan yang satunya lagi diadakan di Taichung. Jadi, kita mengadakan pelatihan di tiga tempat yang berbeda.
Saat mereka tengah menjalani pelatihan di Taipei, saya tiba di Kompleks Tzu Chi Guandu pada siang hari. Jadwal saya pada siang hari itu juga penuh kehangatan. Saya mendengar relawan berbagi kesan mereka setelah menghirup keharuman Dharma. “Teman-teman sekolah menertawai saya pendek. Tadinya saya ingin marah, tetapi saya belajar untuk sabar. Saya tidak marah dan tidak perhitungan dengan mereka,” ucap Zeng Yu-zhen, Relawan cilik Jing Si Books & Café.
Dia bahkan membagikan celengan bambu kepada teman sekolahnya. “Hari ini saya kembali berhasil mengajak seorang teman sekolah. Saya sangat gembira. Bisa mengajaknya membangkitkan niat baik setiap hari dan menanam benih baik di dalam hati, saya merasa sangat gembira,” ucapnya. Kemarin, dia berkata kepada saya, “Saya telah memberikan sebuah celengan bambu kepada teman sekolah saya. Teman sekolah saya juga mengajak beberapa teman sekolah yang lain. Sekarang bertambah lagi dua atau tiga orang.”
Lihatlah, anak-anak sepertinya terus bertambah dari hari ke hari. Setiap hari, kelompok demi kelompok Bodhisatwa cilik datang untuk bertemu saya. Ada beberapa anak masih belum benar-benar bangun. Mata mereka masih setengah tertutup. Ketika anak lain bernyanyi, mereka ikut memperagakan bahasa isyarat tangan. Mereka sungguh menggemaskan. Di Guandu, setiap pagi, saya bisa melihat para Bodhisatwa cilik yang menggemaskan dan polos. Anak yang dahulu selalu ikut neneknya mempelajari bahasa isyarat tangan kini sudah duduk di bangku kelas 4 atau 5 SD. Saya bertanya padanya, “Mengapa beberapa hari ini Kakek Guru tidak melihatmu? Dia menjawab, “Saya pergi ke Griya Jing Si untuk mengikuti kamp musim panas.”
Waktu terus berlalu. Ini sungguh membuat orang merasa sedih, tetapi juga membuat orang merasa penuh harapan. Contohnya, saat ke RS Tzu Chi Taipei, saya melihat para dokter dan perawat yang sangat bersemangat. Insan Tzu Chi juga secara bergilir menjadi relawan di RS Tzu Chi Taipei. Pasien yang duduk di kursi roda juga keluar untuk bertemu dengan saya. Dari tayangan ini, kita bisa melihat seorang pasien yang pernah dilaporkan oleh Da Ai TV sekitar satu atau dua bulan lalu.
Bapak Huang ini menderita ankilosing spodilitis. Dia hanya bisa terbaring kaku di ranjang. Berhubung rumahnya di lantai tiga, dia mengalami kesulitan untuk pergi berobat. Kemudian, dia menulis surat kepada pemerintah untuk meminta bantuan. Pemerintah pun menyerahkan suratnya kepada RS Tzu Chi Taipei. Pihak RS pun meminta insan Tzu Chi untuk melakukan kunjungan ke rumahnya. Dia sungguh membutuhkan bantuan. Insan Tzu Chi pun segera memikirkan cara untuk membawanya keluar dari rumah. Insan Tzu Chi sangat bijaksana. Mereka menggunakan alat berat untuk menurunkannya dari lantai tiga.
Sejak itu, dia mulai menjalani pengobatan. Hari itu, saat saya pergi ke RS Tzu Chi Taipei, dia sudah bisa duduk kembali. Dia sangat berterima kasih kepada Tzu Chi yang telah membantunya kembali menjalani kehidupan normal. Tentu saja, kita juga harus berterima kasih kepada dokter yang telah mengobatinya dengan sepenuh hati.
Hari itu, saya juga mendengar laporan dari para dokter di setiap departemen. Sungguh, berkat kemajuan teknologi, peralatan medis pun bisa mengembangkan kemampuan yang sangat besar. Banyak kasus penyakit langka, pasien yang menderita luka serius, dan lain-lain, semua mereka laporkan satu per satu. Demi menolong ibunya, kaki wanita muda ini terluka dalam sebuah kecelakaan mobil. Kakinya harus diamputasi. Dokter kita berusaha keras untuk menyembuhkannya agar dia bisa kembali berjalan. Setelah mengamputasi sebagian kecil kakinya dan melakukan pemasangan prostesis, dia bisa kembali berjalan. Kedua orang tuanya merasa sangat tidak tega. Namun, di RS kita, baik tim medis maupun relawan, semua orang berusaha dengan sepenuh hati untuk memulihkan kondisi fisik dan batinnya. Kini dia sangat optimis. Sungguh ada banyak hal yang patut saya syukuri.
Selama beberapa hari di Taipei, saya melihat banyak hal yang menyentuh hati dan membuat saya dipenuhi rasa syukur. Salah satu hari di antaranya saya berkunjung ke kantor Tzu Chi di Sanxia. Insan Tzu Chi di Sanxia tengah mempersiapkan rumah rakitan bagi korban bencana di Filipina agar mereka memiliki tempat untuk menenangkan raga. Rumah rakitan itu bisa dihuni selama lebih dari 10 tahun karena kerangkanya dibangun dengan sangat kokoh. Insan Tzu Chi dari Filipina juga pergi bersama saya. Mereka terus mengungkapkan rasa terima kasih karena rumah rakitan seperti ini sudah sangat mewah bagi mereka. Rumah rakitan seluas 26 meter persegi itu juga tidak termasuk kecil. Saya juga meninjau rumah contoh untuk memahami bagaimana mereka menyekat ruangan agar bisa tinggal dengan nyaman. Saya sungguh berterima kasih.
Saya juga melihat beberapa relawan berusia 80-an tahun di sana. Contohnya Relawan Gao Ai. Saya bertanya padanya, “Apa yang kamu kerjakan di sini?” Dia menjawab, “Master, saya masih bisa membantu melakukan banyak hal. Master lihat, saya bisa membantu mengelap tempat ini. Saya juga bisa membantu mengangkat barang.” Seorang anggota komite kita berkata, “Bibi sangat luar biasa. Beliau bisa membantu mengangkat batang besi.” Meski telah berusia hampir 90 tahun, dia masih bisa bekerja. Saya sangat gembira melihat interaksi di antara mereka.
Selama perjalanan ini, saya melihat banyak hal yang menyentuh hati. Insan Tzu Chi di seluruh Taiwan memiliki sebuah tujuan yang sama, yakni menjalin jodoh baik dengan semua makhluk. Mereka juga selalu mempraktikkan ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan hati. Mereka memperlakukan setiap orang dengan tulus. Mereka juga memperpanjang tali cinta kasih hingga ke seluruh dunia. Tali cinta kasih universal ini terjalin karena adanya semangat ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan hati setiap orang. Semua yang terlihat dan terdengar sungguh membuat saya tergugah. Saya sangat berterima kasih atas semua yang saya rasakan.
Para fungsionaris dari seluruh dunia giat mengikuti pelatihan
Mendengar Dharma dan mengubah pikiran buruk menjadi rasa syukur
Melindungi pasien dan memberikan harapan
Memperpanjang tali cinta kasih hingga ke seluruh dunia
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Rita
Ditayangkan tanggal 9 Juli 2014.