Menstabilkan Negara dan Mengalirkan Aliran Jernih
Waktu berlalu dengan sangat cepat. Ada banyak sejarah pada hari ini. Lihatlah di Filipina, kita memperingati dua sejarah pada hari ini. sejarah pada 20 tahun yang lalu. Pada 20 tahun lalu, insan Tzu Chi Filipina seperti Ibu Chua dan yang lainnya yang merupakan donatur, kembali ke Griya Jing Si untuk memahami seluruh kegiatan Tzu Chi. Mereka yang datang bersama-sama merasa sangat tersentuh. Hati mereka tergerakkan dan berkata kepada saya bahwa mereka juga ingin membawa benih cinta kasih dari Taiwan ke Filipina.
Sungguh, asalkan ada tekad dan niat, maka akan ada kekuatan untuk menciptakan berkah bagi masyarakat. Setelah kembali ke Filipina, mereka tidak pernah melupakan tekad awal yang mereka ucapkan di hadapan saya. Dengan memegang teguh tekad ini, mereka kembali ke Filipina. Mereka berbagi tentang Tzu Chi dengan setiap orang yang mereka temui. Mereka terus melakukan sosialisasi tentang kekuatan cinta kasih Tzu Chi di tengah kalangan warga Tionghoa hingga akhirnya berhasil menginspirasi warga setempat untuk membangkitkan cinta kasih.
Setiap orang mulai membangkitkan cinta kasih. Ibu Chua juga mengajak orang-orang untuk kembali ke Taiwan. Setelah kembali ke Filipina, mereka menginspirasi semakin banyak orang. Cinta kasih mereka yang tak terbatas terhadap sesama semakin meluas hingga akhirnya mereka mulai mengemban misi amal Tzu Chi. Karena itu, mereka bisa melihat kemiskinan akibat penyakit dan sebaliknya. Kebetulan, kita memiliki seorang relawan lansia yang anaknya merupakan seorang dokter, yakni dr. Qua yang sangat berbakti. Relawan lansia itu berkata kepada anaknya bahwa di Filipina ada banyak orang yang menderita. Dia berharap anaknya dapat mengajak beberapa dokter untuk membantu mengadakan baksos kesehatan di wilayah terpencil.
Saat dr. Qua membicarakan hal ini dengan Wakil Kepala RS Leh, dr. Leh berkata, “Baiklah, mari kita semua bersama-sama melakukan kebaikan.” Karena itu, mereka pun mulai merencanakan baksos kesehatan di pulau terpencil. Banyak pulau terpencil di Filipina yang mayoritas warganya hidup kekurangan. Mereka tidak dapat keluar untuk berobat, tetapi juga tidak ada fasilitas kesehatan di sana. Pada awalnya, dr. Qua, dr. Sy, dr. Say, dan sekelompok dokter lainnya terkadang meminjam sekolah yang sudah bobrok terkadang meminjam sekolah yang sudah bobrok atau kantor kelurahan untuk mengadakan baksos dan operasi.
Setelah baksos berakhir, mereka akan menelepon untuk melaporkan berapa banyak pasien mereka operasi hari itu, berapa banyak gigi yang telah mereka cabut, berapa banyak pasien katarak dan pasien gondok yang telah dioperasi. Setelah mendengarnya, saya sangat khawatir karena saat itu para dokter hanya bisa menggunakan fasilitas yang sangat sederhana untuk menjalankan operasi di sana. Meski demikian, saya sangat bersyukur karena mereka telah menolong banyak orang dan semua operasi juga sangat berhasil. Mereka sangat bersungguh hati untuk merawat banyak orang. Mereka telah bersumbangsih selama 20 tahun.
Pada tahun pertama memahami Tzu Chi, mereka mulai merekrut donatur. Pada tahun kedua, mereka mulai mengadakan baksos kesehatan. Jadi, mereka telah mengadakan baksos kesehatan selama 19 tahun dan memulai kegiatan Tzu Chi selama 20 tahun. Kini, pengobatan gigi dan mata di klinik kita telah jauh lebih baik. Kita juga membuat gigi palsu. Standar pelayanan kesehatan yang kita berikan juga telah meningkat. Ia sudah berbeda jauh dengan dahulu.
Sejarah perjalanan insan Tzu Chi di Filipina selama 20 tahun ini sangat panjang. Selain itu, ada pula sejarah yang lainnya, yakni bencana Topan Haiyan pada tahun lalu. Topan berkekuatan dahsyat yang menerjang Provinsi Leyte di Filipina ini hampir menghancurkan seluruh wilayah di kota Tacloban, Ormoc, dan lain-lain. Insan Tzu Chi segera pergi ke sana untuk menjalankan program bantuan lewat pemberian upah karena kita tidak berharap para warga hanya termenung tanpa melakukan apa-apa.
Warga yang berada dapat meninggalkan lokasi bencana, sedangkan warga kurang mampu hanya bisa tetap berada di sana dan merasa tak berdaya. Karena itu, kita membantu mereka dengan program bantuan lewat pemberian upah agar sendi kehidupan di sana dapat pulih. Sejak saat itu, insan Tzu Chi terus berada di sana untuk membantu para warga. Saya sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi dari 40 negara lebih. Saat Tzu Chi mengimbau orang-orang untuk membangkitkan cinta kasih, insan Tzu Chi dari 40 negara lebih segera bergerak untuk menggalang dana demi membantu para korban di Filipina. Kini, lokasi bencana di Filipina sudah pulih kembali. Baik di Ormoc, Palo, maupun kota lainnya, perakitan rumah sementara juga sudah rampung satu demi satu. Warga setempat mendirikannya sendiri.
Ada sekelompok wanita yang turut berpartisipasi. Meski tidak ada laki-laki dalam keluarga mereka, tetapi mereka ingin membangun rumah sendiri. Lewat program bantuan Tzu Chi, selain memperoleh upah, mereka juga dapat membangun rumah dengan tangan sendiri. Mereka harus naik turun tangga. Kita bisa melihat kekuatan seorang ibu, bahkan yang sudah nenek-nenek pun masih sangat kuat. Ini semua berkat kekuatan cinta kasih. Mereka melakukannya dengan penuh tekad. Cinta kasih insan Tzu Chi sungguh membuat orang tersentuh. Bagi anak yang kurang mampu, insan Tzu Chi memberikan bahan bacaan tambahan berupa buku Kata Renungan Jing Si dalam bahasa Inggris dan bahasa Mandarin. Anak-anak merasa sangat gembira. Singkat kata, empat misi Tzu Chi, yakni misi amal, kesehatan, pendidikan dan budaya humanis, semuanya telah dijalankan di Filipina.
Setiap insan Tzu Chi menerapkan semangat budaya humanis dengan sepenuh hati. Mereka selalu penuh cinta kasih untuk bersumbangsih bagi orang lain. Hari ini, pada 20 tahun yang lalu, mereka mendirikan Kantor Tzu Chi di Filipina. Hingga kini, mereka telah menolong banyak orang dan keluarga yang menderita. Ini semua adalah sejarah Tzu Chi. Banyak orang baik yang telah bersumbangsih bagi masyarakat yang dilanda penderitaan seperti para dokter, perawat, dan lain-lain.
Bodhisatwa dunia sangatlah banyak. Ini membuat saya merasa bahwa dunia ini juga sangat mengagumkan. Dunia ini merupakan gabungan dari kebaikan dan kejahatan. Inilah kehidupan yang penuh kebaikan. Terhadap kehidupan yang penuh kejahatan, kita harus bermawas diri dan tulus. Di dunia yang dipenuhi oleh berbagai bencana akibat karma buruk kolektif ini, kita harus lebih tulus untuk membangkitkan kebajikan di dalam diri kita, berinteraksi secara harmonis dengan antarsesama, dan saling membantu.
Kita bisa melihat lokasi bencana Topan Haiyan kini perlahan-lahan mulai pulih dan kehidupan di kota juga semakin makmur. Meski belum pulih seperti sediakala, tetapi pemulihan kota pascabencana telah membangkitkan cinta kasih banyak orang Setiap orang membangkitkan hati Bodhisatwa untuk hidup harmonis dan saling mengasihi. Semoga Tanah Suci di dalam hati manusia dapat menciptakan keharmonisan masyarakat. Saya turut bergembira untuk mereka dan mendoakan mereka.
Negara yang aman tercipta dari masyarakat yang harmonis
Mengenang sejarah Tzu Chi Filipina selama 20 tahun
Mengerahkan seluruh tenaga untuk mengadakan baksos kesehatan
Membangkitkan kebajikan untuk menciptakan keharmonisan
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 8 November 2014