Menulis Naskah Kehidupan dengan Sepenuh Hati
Bodhisatwa sekalian, sangat sulit bagi kita untuk memiliki jalinan jodoh ini. Dengan jalinan jodoh ini, kita sama-sama bertekad untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Namun, kita tetap harus menjaga pikiran kita dengan baik. Adakalanya saya berpikir bagaimana menyucikan hati manusia, bagaimana mengubah manusia awam menjadi orang suci, dan bagaimana menebarkan butir demi butir benih kebajikan ke dalam ladang batin setiap orang adalah hal yang sangat sulit. Ini karena “rumput liar” di dalam hati setiap orang masih belum dicabut.
Sebagian besar orang hanya tertarik untuk berbuat baik, tetapi mereka tak sungguh-sungguh menyerap Dharma ke dalam hati. Menciptakan berkah memang sangat baik, tetapi kita masih kekurangan kebijaksanaan. Bukankah saya sering berkata bahwa kita harus menyempurnakan berkah dan kebijaksanaan? Kita harus membina berkah dan kebijaksanaan. Dalam mempelajari ajaran Buddha, kita jangan hanya menciptakan berkah. Sungguh, untuk menjadi Bodhisatwa dunia, kita harus menghimpun banyak benih baik dan banyak menjalin jodoh baik. Selain menghimpun benih baik dan jalinan jodoh baik, kita juga tak boleh kekurangan kebijaksanaan. Jadi, kita harus membina berkah dan kebijaksanaan secara bersamaan.
Setelah memahami kebenaran, kita harus terjun ke tengah umat manusia untuk membuktikan ajaran Buddha lewat segala hal yang kita temui. Ini adalah Jalan Bodhisatwa yang sangat komplet bagi kita. Setiap pagi, di Griya Jing Si, kita bisa mendengar suara genta. Dentangan genta mengingatkan kita untuk mengikis noda batin, mengembangkan kebijaksanaan, dan membangkitkan kesadaran. Setiap pagi, niat pertama yang harus kita bangkitkan saat mendengar suara genta adalah harus mengikis noda batin. “Mulai hari ini, mulai saat ini, saya tidak akan membiarkan noda batin kembali menutupi hati saya.” Jadi, suara dentangan genta mengingatkan kita untuk mengikis noda batin.
Setelah mengikis noda batin, kebijaksanaan kita akan berkembang dan kesadaran kita akan terbangkitkan. Jika hati bebas dari noda batin, secara alami kebijaksanaan kita akan berkembang dan kesadaran kita akan semakin tajam. Karena itu, saat mendengar suara genta, ingatlah untuk mengikis noda batin, mengembangkan kebijaksanaan, dan membangkitkan kesadaran.
Setelah itu, kita akan masuk ke ruang utama untuk melakukan kebaktian dengan hati yang sangat tulus. Usai kebaktian, kita bisa mendengar ceramah pagi. Kita hendaknya menyerap semua ajaran pada hari itu ke dalam hati. Setelah mendengar ceramah, kita harus menyerapnya ke dalam hati dan membentangkan jalan bagi diri sendiri. Kita harus membentangkan jalan yang rata di dunia dan menjadi orang yang baik. Saat berbicara, kita harus bertutur kata yang baik. Setiap langkah kita harus menuju arah yang benar. Sepasang tangan kita harus melakukan hal yang baik dan bermanfaat bagi sesama. Ini berarti kita tengah membentangkan jalan di dunia, menjalin jodoh baik dengan sesama, dan menciptakan berkah bagi dunia.
Setelah semua jalan itu kita bentangkan dengan baik, secara alami jalan ini akan tersambung dengan Jalan Bodhi. Jalan Bodhi adalah Jalan Bodhisatwa. Jadi, dengan menjadi orang baik, berarti kita sudah menjadi Bodhisatwa. Seorang Bodhisatwa tidak akan menciptakan noda batin karena sebagai Bodhisatwa, kita harus memiliki tekad pelatihan yang kokoh.
Dengan terjun ke tengah masyarakat, kita bisa merasakan dan membuktikan sendiri kebenaran tentang penderitaan yang Buddha ajarkan kepada kita. Kita bisa melihat berbagai macam penderitaan. Ada orang yang menderita karena anak, menderita karena suami, menderita karena orang tua, dan lain-lain. Sekarang kita bisa bertemu dengan keluarga dan teman, itu karena jalinan jodoh. Ada penderitaan yang timbul karena harus berkumpul dengan keluarga dan teman yang dibenci. Rasa cinta, dendam, dan benci di kehidupan lampau terus mengikat kita sehingga pada kehidupan ini mereka menjadi anggota keluarga atau teman kita. Akibatnya, pada kehidupan ini, kita merasa tersiksa dan menderita karena mereka.
Berhubung sudah terlahir sebagai manusia dan berkesempatan untuk mendengar Dharma, kita harus berpikiran sangat jernih bagaimana berdisiplin diri, memperlakukan orang, bertutur kata, dan melakukan sesuatu. Apa yang timbul di dalam pikiran kita hari ini? Jika yang timbul adalah niat baik, maka kita harus mengingatkan diri untuk bertutur kata baik kepada orang lain. Kata-kata baik yang kita ucapkan akan tersimpan di dalam kesadaran kita.
Kata-kata baik yang kita ucapkan bisa memengaruhi orang lain. Jika kata-kata itu sangat bermakna, mereka akan segera mencatatnya. Jika kata-kata itu sangat bermanfaat, mereka akan segera mempraktikkannya dalam keseharian. Kata-kata baik kalian merupakan sebutir benih baik yang menghasilkan buah baik di dalam hati orang dan hati kita sendiri. Ini karena kata-kata baik kalian telah diterima oleh orang. Jadi, benih baik itu tercipta karena kalian mengucapkan kata-kata baik. Saat kondisi batin orang yang mendengarnya berubah, itu adalah buah yang baik. Benih baik dari kita telah menghasilkan buah yang baik di hati mereka. Ini berarti kita telah menciptakan karma baik dan menjalin jodoh baik dengan mereka.
Ini bisa kita lakukan dalam keseharian. Janganlah kita kembali menjalin hubungan penuh dendam dan benci dengan orang lain. Pada kehidupan kali ini, kita harus menjaga kemurnian hati kita. Lalu, kita bisa terjun ke tengah umat manusia untuk merasakan segala yang berkondisi lewat setiap orang, hal, dan segala sesuatu. Lewat segala sesuatu yang berkondisi itu, kita bisa merasakan Dharma yang tak berkondisi. Dharma yang tidak berkondisi adalah kebenaran. Meski tak bisa melihatnya, tetapi kita bisa merasakannya.
Jadi, Bodhisatwa sekalian, kita sungguh harus menjaga kemurnian hati. Ajaran Jing Si bagaikan air yang jernih. Bagaimana cara kita menumbuhkan jiwa kebijaksanaan dan menebarkan benih kebajikan? Ini adalah misi kita sebagai murid Jing Si. Ajaran Jing Si bagaikan air jernih yang bisa membasahi benih kebajikan dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan setiap orang. Mazhab Tzu Chi bagaikan lahan yang luas. Mazhab Tzu Chi kita bagaikan sebidang lahan yang luas. Selain membutuhkan benih, kita juga membutuhkan lahan. Semoga kalian semua bisa menghargai ajaran Jing Si dan bertekad untuk mengemban tanggung jawab.
Kita juga harus lebih melindungi mazhab Tzu Chi kita karena ia bagaikan sebidang lahan yang di dalamnya terkandung banyak permata. Kita harus terjun ke tengah umat manusia untuk mencari permata ini. Apakah kalian paham? (Paham) Jika begitu, saya mendoakan kalian. Semoga setiap orang dari kalian bisa menumbuhkan jiwa kebijaksanaan setiap hari dan terus melangkah di Jalan Bodhisatwa tanpa berhenti. Saya mendoakan kalian semua. Terima kasih.
Menulis naskah kehidupan dengan bersungguh hati
Semua anggota keluarga dan teman memiliki jalinan jodoh dengan kita di kehidupan lampau
Ajaran Jing Si bagaikan air jernih
Menumbuhkan berkah dan kebijaksanaan dengan mempraktikkan ajaran Buddha
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Rita
Ditayangkan tanggal 14 Juli 2014.