Menyadari Lima Kekeruhan di Dunia dan Memahami Hukum Sebab Akibat
Kita sungguh harus selalu mawas diri dan berhati tulus. Setiap hari, saya berbagi tentang segala hal yang terjadi di dunia dengan tujuan setiap orang bisa selalu ingat tentang ketidakselarasan empat unsur. Bencana bukan hanya terjadi pada hari ini saja. Dari tahun ke tahun, kita merasa bahwa bencana semakin sering terjadi dan kondisi iklim semakin ekstrem.
Saya harap semua orang bisa lebih bersungguh hati, meningkatkan kesadaran, dan memetik hikmah dari bencana yang terjadi di dunia. Contohnya di Mongolia Dalam. Mongolia Dalam dilanda kekeringan parah karena hujan tidak turun sejak musim panas lalu. Kekeringan mengakibatkan rumput menjadi kering dan tanah menjadi retak. Di tempat yang tidak turun hujan, terjadi kekeringan yang begitu parah, sementara di tempat yang turun hujan, malah terjadi banjir. Di Provinsi Guizhou, Tiongkok, hujan deras mengakibatkan bendungan air runtuh sehingga terjadi banjir di berbagai tempat. Berbagai bencana yang terus terjadi di dunia sungguh membuat orang merasa cemas. Sungguh, bencana alam yang terjadi sangat banyak.
Di samping itu, bencana akibat ulah manusia juga membawa penderitaan dan tragedi bagi banyak orang. Lihatlah, para pengungsi dari Suriah sudah lebih dari tiga tahun ini setiap hari hidup di tengah suara tembakan. Di tengah konflik yang terjadi ini, mereka mengalami kekurangan bahan pangan. Kini, ada pengungsi yang mengonsumsi daun yang tumbuh di tanah pemakaman untuk bertahan hidup. Melihat kehidupan mereka, saya menjadi bertanya-tanya entah kapan mereka baru bisa hidup dengan damai dan sendi kehidupan mereka bisa normal kembali. Kapan cuaca baru bisa bersahabat dan pikiran manusia bisa damai? Penduduk yang tinggal di negara seperti itu sungguh mengalami banyak penderitaan.
Kita juga telah melihat sebuah berita yang sangat menyedihkan. Pada tanggal 23 Mei lalu, di daerah dekat sebuah kampus di California Selatan, AS, terjadi sebuah penembakan brutal. Ada seorang anak muda yang terlebih dahulu membunuh tiga orang teman serumahnya, lalu berlari ke jalan raya untuk melakukan penembakan brutal. Setelah itu, dia bunuh diri.
Ibu dari Chen Qiao-qi, salah seorang korban tewas dalam insiden penembakan brutal ini adalah warga keturunan Tionghoa dan dia adalah relawan Tzu Chi setempat. Sang ibu tinggal di California Utara, sedangkan anaknya berkuliah di California Selatan. Saat masih berada di California Utara, anak tersebut pernah mengikuti kegiatan Tzu Chi. Kemudian, dia pindah ke California Selatan.
Kini terjadi tragedi seperti ini, bagaimana mungkin orang tua tidak merasa sedih? Kesedihan ini tidak bisa dihindari, tetapi jika ditambah dengan rasa benci dan dendam, maka mereka akan merasa lebih menderita. Oleh karena itu, sang ibu memilih untuk melepaskan rasa dendamnya. Dia berharap anaknya dapat segera terlahir kembali ke alam manusia. Dia tahu bahwa ini semua adalah jalinan jodoh. Dia telah menyerap ajaran Buddha ke dalam hati dan memahami hukum sebab akibat. Dia bisa menerima insiden ini. Karena itu, dia melepaskan rasa dendam dan berdoa dengan hati yang penuh cinta kasih dan tulus.
”Kita harus membuat semua anak muda tahu bahwa kebencian dan pembunuhan bukanlah hal yang menyenangkan dan bukan sesuatu yang keren. Kita harus membuat semua anak muda tahu bahwa cinta kasih dan perhatian barulah hal yang menyenangkan,” kata Ibu Wang Yao, ibunda dari Chen Qiao-qi ini dalam acara doa bersama untuk anaknya. Xie Ming-jin, Ketua Pelaksana Tzu Chi California Utara juga hadir dan mengatakan, “Makna kehidupan yang sesungguhnya bukan terletak pada berapa lama kehidupan kita, tetapi terletak pada seberapa dalam dan luas kehidupan kita. Kita sungguh tak punya hak milik sepenuhnya atas tubuh kita ini, tetapi kita memiliki hak guna atas kehidupan kita.” Semoga hati setiap orang bisa damai. Semoga para generasi muda tak lagi berbuat keliru akibat pikiran yang tidak selaras. Semoga dunia ini bisa bebas dari bencana.
Teman-teman anaknya juga merasa sangat kehilangan. Mereka juga mengadakan upacara untuk mendoakan para korban yang meninggal. Inilah ketidakkekalan hidup manusia. Mengapa bisa tiba-tiba terjadi tragedi seperti ini? Orang tua korban merasa sangat sedih. Orang tua pelaku juga merasa sangat sedih dan bersalah. Bagaimana mereka menghadapi publik? Bagaimana mereka menghadapi keluarga korban? Orang tua pelaku juga merasa sangat menderita.
Ini sama halnya seperti insiden penusukan brutal yang terjadi di kereta bawah tanah Taipei. Orang tua si pelaku juga merasa sangat sedih. Mereka juga meminta maaf kepada publik. Penderitaan mereka sungguh tak terkira. Karena itu, saat timbul sebersit niat buruk, kita tidak hanya dapat membahayakan nyawa orang, tetapi juga mengganggu kedamaian masyarakat dan membuat orang tua sedih. Baik orang tua korban maupun orang tua pelaku, hati mereka akan merasa sedih dan hancur.
Oleh karena itu, kita harus menjaga pikiran kita dengan baik. Jangan membiarkan keburukan di masyarakat mencemari pikiran kita. Jika pikiran tercemar, maka hati nurani kita akan terbenam. Ajaran Buddha dan ajaran agama lainnya, semuanya bertujuan untuk membimbing orang-orang agar berpikiran benar. Inilah tujuan agama di dunia. Kita harus menghormati setiap agama.
Setiap agama berisi ajaran untuk kebaikan umat manusia. Jika kita menemukan penyimpangan ajaran, itu karena ulah oknum manusia, bukan dari agama itu sendiri. Akibat pikiran yang menyimpang, manusia menjadi salah menafsirkan ajaran. Yang paling penting adalah setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Di dunia ini, janganlah kita berbuat salah. Seiring dengan berlalunya waktu, ia akan menjadi karma buruk kolektif yang terakumulasi dari kehidupan ke kehidupan. Sungguh, kita telah melihat bencana alam terus terjadi setiap hari. Saya harap semua orang harus sadar dan memetik hikmah dari bencana. Untuk itu, kita harus selalu bersungguh hati.
Menyadari bahwa dunia sudah dipenuhi Lima Kekeruhan
Peperangan dan kerusuhan mendatangkan penderitaan yang mendalam
Penembakan brutal di Amerika Serikat membawa penyesalan
Memahami hukum sebab akibat dan melakukan tindakan yang benar
Link video (teks Mandarin dan Inggris): Ceramah Master Cheng Yen tanggal 4 Juni 2014
Sumber: DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Rita, Yuni