Menyalurkan Bantuan Bencana, Mewariskan Semangat Misi Kesehatan Tzu Chi

Ketidakselarasan empat unsur alam telah membuat kita merasa sangat khawatir. Kini, ditambah pula dengan ketidakselarasan pikiran manusia. Karena itu, saya sering berkata bahwa bencana alam hanya bersifat sementara, ia pasti akan berlalu. Yang paling menakutkan adalah bencana di dalam batin manusia. Bencana di dalam batin manusia dan ketidakselarasan pikiran manusia adalah penyebab sesungguhnya dari bencana yang terjadi di dunia.

Banyak agama yang mengajarkan tentang kebenaran demi membimbing manusia agar berpikiran ke arah yang benar. Inilah fungsi agama di dunia ini. Baik kasih dalam agama Katolik dan agama Kristen Protestan, kemurahan hati dalam agama Islam, maupun cinta kasih dan welas asih agung dalam agama Buddha, semuanya bertujuan untuk membimbing orang-orang ke arah yang benar dan memiliki pola pikir yang benar. Oleh karena itu, manusia tidak boleh tidak mempunyai agama. Namun, kita harus memiliki keyakinan yang benar.

Beberapa hari lalu, bus pariwisata dari Taiwan tergelincir dan jatuh ke Sungai Jiulong, Tiongkok. Pascakecelakaan itu, insan Tzu Chi dari Xiamen dan Zhangzhou segera bergerak ke RS untuk menghibur korban kecelakaan. Pemerintah setempat juga segera melakukan penanganan darurat dan sangat memperhatikan korban kecelakaan. Insan Tzu Chi juga mendampingi para korban kecelakaan. Saat para korban kecelakaan melihat relawan berseragam biru putih, hati mereka pun merasa tenang. Salah seorang korban kecelakaan mengungkapkan rasa haru di hatinya. Dia berkata bahwa saat terjadi gempa pada tanggal 21 September 1999, dalam waktu yang sangat singkat, dia melihat sekelompok relawan berseragam biru putih segera tiba di lokasi bencana untuk menghibur batin semua korban bencana. Dalam kecelakaan kali ini, dengan sangat tanggap, insan Tzu Chi berseragam biru putih juga segera muncul di hadapan mereka. Karena itu, dia merasa sangat tersentuh.

Sungguh, saat terjadi bencana, asalkan di tempat yang ada insan Tzu Chi, tidak peduli kapan pun dan di mana pun, insan Tzu Chi selalu segera bergerak untuk memberikan bantuan. Asalkan ada insan Tzu Chi di sana, mereka akan segera muncul untuk membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan dan menghibur batin mereka. Ini sungguh menyentuh hati orang. Saya juga sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi di Zhangzhou, Fujian. Setiap kali turun bertugas, mereka sangat menjaga kedisiplinan dan ketertiban. Selain itu, mereka juga menunjukkan ketulusan mereka.

Kita juga bisa melihat kebakaran yang terjadi di sebuah pasar terapung di Thailand. Begitu menerima kabar ini, insan Tzu Chi segera pergi menghibur para korban bencana dan menyalurkan bantuan darurat dengan harapan hati setiap orang bisa merasa tenang. Sungguh, menjaga ketenangan hati sangatlah penting.

Dua hari yang lalu, mahasiswa kedokteran angkatan ke-15 mulai menjadi dokter magang di rumah sakit. Kemarin, mereka pulang untuk menghadiri upacara sumpah dokter. Lebih dari 120 orang tua murid datang menghadiri upacara itu. Kita bisa melihat mahasiswa kedokteran angkatan pertama juga datang memberikan dukungan. Selain itu, ada banyak dokter teladan, yakni dr. Gao dari RS Tzu Chi Hualien, para dokter senior, kepala departemen, serta profesor klinis yang datang berbagi tentang bagaimana menjadi dokter teladan dan bagaimana perasaan seorang dokter pada saat menghadapi pasien.Kita juga bisa melihat kontribusi kita di dunia medis selama ini. Kini kita bisa melihat hasil yang memuaskan. Apakah kalian masih ingat pada tahun 1994, saat Fakultas Kedokteran Tzu Chi angkatan pertama dibuka? Hingga pada tahun 2000, mahasiswa kedokteran angkatan pertama mulai melakukan kerja magang di RS. Saat itu, Kepala RS Tzu Chi Hualien, Chen Ying-he, memimpin semua mahasiswa untuk melakukan upacara pengangkatan sumpah dokter. Sebelum lulus, semua mahasiswa kedokteran harus melakukan kerja magang di rumah sakit. Karena itu, mereka harus terlebih dahulu menghadiri upacara sumpah dokter.

Yang Jiu-teng, Kepala UGD RS Tzu Chi Taipei berkata, “Saya ingin berbagi bahwa memberi lebih beruntung daripada menerima. Kita harus memanfaatkan setiap kesempatan untuk berbuat baik. Begitu kesempatan berlalu, maka semuanya sudah terlambat. Karena itu, saat kita bertugas di UGD atau lembur demi memberikan pelayanan medis, kita harus bisa memanfaatkan saat itu juga. Saat pasien membutuhkan bantuan medis, kita harus membantu mereka. Selain keluarga pasien merasa senang, hati kita juga akan merasa sangat gembira.” Sementara Ye Yang-ting, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Tzu Chi juga naik ke podium, “Kelak hubungan antara pasien dan dokter mungkin akan semakin tegang. Namun, saya merasa kita tetap harus memiliki tekad untuk melayani orang-orang, membantu orang-orang, dan membantu mengatasi kesulitan mereka. Saya berharap pasien yang datang dengan ekspresi kesakitan bisa berjalan keluar dengan ekspresi tersenyum. Dengan demikian, saya sudah merasa puas.”

Demikianlah mereka saling berbagi dari lubuk hati misi seorang dokter dan bagaimana menjadi dokter teladan yang memiliki semangat budaya humanis. Sungguh ada banyak kisah yang menyentuh hati. Saya juga berterima kasih kepada ibu asuh dan ayah asuh Tzu Chi yang terus mendampingi mahasiswa kita sejak mereka mulai berkuliah hingga saat upacara pengangkatan sumpah kemarin. Mereka adalah saudara se-Dharma bagi para mahasiswa. Mereka terus mendampingi semua mahasiswa kedokteran untuk belajar menjadi seorang dokter sesuai dengan ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi. Meski tidak memiliki hubungan darah, tetapi di dalam hati mereka telah terjalin ikatan batin. Karena itu, mereka terus mendampingi para mahasiswa. Dalam upacara itu, selain orang tua murid, para kakek dan nenek para mahasiswa juga hadir.

Kami bersumpah

ketika mulai berdedikasi di dunia medis,

saya bersumpah dengan tulus

untuk berdedikasi bagi umat manusia.

Saya akan memprioritaskan kesehatan pasien.

Saya akan berusaha semampu mungkin

untuk menjaga kehormatan

dan nama baik dunia medis.

Begitulah setiap mahasiswa mengambil sumpah untuk melayani pasien dengan baik. Upacara kemarin merupakan hal yang menggembirakan bagi keluarga Tzu Chi. Semua benih ini telah tumbuh besar dan berbuah. Maka, mahasiswa kedokteran angkatan pertama yang masuk pada tahun 1994 kini telah menjadi dokter senior. Beberapa dari mereka sudah menjadi profesor dan dosen. Ada pula yang mengemban tanggung jawab menjadi kepala departemen. Semua pendidikan yang mereka terima di lingkungan Tzu Chi telah melatih mereka untuk menjadi dokter baik. Berkat dukungan dari banyak orang dalam pendidikan dan program pelatihan klinis kita, langkah kita bisa semakin mantap dalam membina lebih banyak benih untuk menjadi dokter teladan.


Insan Tzu Chi mendampingi korban kecelakaan bus pariwisata di Tiongkok

Memberikan bantuan dan menghibur batin korban bencana kebakaran

Mewariskan semangat misi kesehatan Tzu Chi

Mahasiswa kedokteran Tzu Chi mulai berdedikasi di dunia medis


Link video (teks Mandarin dan Inggris): Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Mei 2014 

Sumber: DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Rita, Yuni

 


Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -