Menyalurkan Bantuan untuk Menenangkan Hati Setiap Orang

Kehidupan ini sungguh tidak kekal. Dengan penuh sukacita, orang-orang menumpang pesawat dari Indonesia ke Singapura. Setiap orang memiliki tujuan yang berbeda-beda, tetapi malah mengalami insiden yang sama. Lebih dari 160 orang yang berada di dalam pesawat hingga kini masih belum diketahui keberadaannya. Waktu untuk menunggu kabar seperti ini terasa sangat sulit dilewati. Perasaan saat menunggu kabar membuat para keluarga penumpang sangat menderita. Satu detik terasa bagai satu tahun bagi mereka. Pada saat seperti ini, mereka sangat membutuhkan orang untuk segera menghibur dan mendampingi mereka.

Bodhisatwa dunia harus memanfaatkan jalinan jodoh ini untuk menjangkau orang-orang yang menderita. Saat ada kesempatan, kita harus menggenggam jalinan jodoh untuk bersumbangsih. Kita harus menggenggam jalinan jodoh untuk bersumbangsih tanpa pamrih. Ajaran Buddha tidak berbentuk dan tidak berwujud, tetapi ia dapat membangkitkan niat baik kita. Pada saat seperti ini, kita harus mengembangkan kekuatan seperti apa? Dengan menghimpun kekuatan dari banyak orang, baru kita bisa memperagung Tanah Buddha (dunia ini). Saat melantunkan Sutra Makna Tanpa Batas, selalu ada kalimat berbunyi, selalu ada kalimat berbunyi, “Menyucikan Tanah Buddha.” Bagaimana cara menyucikan Tanah Buddha?

Apakah kalian masih ingat bencana Topan Haiyan pada tahun lalu? Pascabencana itu, jika bukan ada begitu banyak orang yang memiliki hati Bodhisattva dan cinta kasih berkesadaran, bagaimana kita bisa memulihkan kota Tacloban? Saat itu, Tacloban dan Ormoc mengalami kerusakan parah. Jika tidak ada sekelompok Bodhisattva dunia yang segera bersumbangsih, dapat kita bayangkan bagaimana pemandangan di Tacloban saat ini. Namun, kini, saat kembali berkunjung ke sana, kita bisa melihat sendi kehidupan setempat telah pulih hanya dalam waktu setahun lebih. Kita juga bisa melihat misa yang khidmat di sebuah gereja Katolik. Kita bisa melihat ketenangan hati warga setempat dan pulihnya kondisi ekonomi setempat. Himpunan kekuatan cinta kasih dari banyak orang telah berhasil memulihkan kondisi ekonomi setempat. Jadi, Tanah Buddha bisa tersucikan jika setiap orang dapat bersumbangsih dengan hati Buddha untuk membebaskan warga setempat dari penderitaan.

Ini semua bisa tercapai asalkan kita menggenggam jalinan jodoh untuk bersumbangsih dengan segenap tenaga. Setelah turut bersumbangsih, saat berbagi dengan orang lain, para relawan selalu berkata,  “Saya sangat bersyukur. Karena turut bersumbangsih, saya bisa merasakan ketidakkekalan hidup “Karena turut bersumbangsih, saya bisa merasakan ketidakkekalan hidup dan merasakan besarnya kekuatan alam.” Setiap orang bersumbangsih tanpa pamrih dan merasa bersyukur. Inilah jalan Tzu Chi. Dengan menapaki jalan Tzu Chi, kita dapat merasakan bahwa kebenaran yang sesungguhnya adalah bersumbangsih tanpa pamrih.

Karma buruk kolektif dari semua makhluk telah menimbulkan penderitaan. Kita harus menyerap Dharma ke dalam hati, baru bisa merasakan hal ini.  Kali ini, wilayah di Malaysia yang terkena bencana sangat luas, bahkan lebih luas dari Tacloban. Wilayahnya sungguh sangat luas. Air banjir terus menggenang dari wilayah utara hingga wilayah tengah Malaysia. Ada delapan negara bagian Malaysia yang terkena dampaknya. Pada saat yang sama, Thailand Selatan, Indonesia, dan Sri Lanka juga dilanda banjir. Bencana banjir kali ini telah berdampak pada empat negara. Di wilayah yang ada insan Tzu Chi, kita bisa segera menyalurkan bantuan bencana. Namun, di tempat yang tidak ada insan Tzu Chi, kita sungguh tidak berdaya untuk membantu.

Contohnya Thailand. Dari wilayah Thailand Utara hingga Bangkok, Dari wilayah Thailand Utara hingga Bangkok, kita memiliki insan Tzu Chi. Namun, dari Bangkok ke wilayah selatan, kita tidak memiliki insan Tzu Chi. Wilayah Thailand sangatlah luas. Thailand Selatan merujuk pada seluruh wilayah di sebelah selatan Bangkok. Wilayahnya sangatlah luas dan jauh. Karena itu, sulit bagi kita untuk menyalurkan bantuan darurat ke sana. Di Sri Lanka, kita hanya bisa menyalurkan bantuan di Hambantota dan Kolombo. Kita tidak dapat menjangkau wilayah lain. Jika terjadi tanah longsor dan sebagainya di tempat yang terpencil, kita tidak dapat menjangkau lokasi bencana. Kita tak memiliki cara. Ini karena semangat Bodhisattva dunia belum tersebar ke wilayah tersebut. Karena itu, terhadap bencana di Sri Lanka dan di Thailand Selatan kali ini, kita sungguh tidak berdaya.

Sementara itu, terhadap tanah longsor yang terjadi di Indonesia, insan Tzu Chi Indonesia telah bergerak untuk menyalurkan bantuan bencana. Dalam bencana banjir di Malaysia kali ini, insan Tzu Chi setempat juga telah menyebarkan cinta kasih ke seluruh Malaysia. Cinta kasih telah mengumpulkan seluruh insan Tzu Chi dari wilayah tengah, selatan, dan utara Malaysia untuk bergerak menyalurkan bantuan bencana. Mereka berharap dapat membantu membersihkan sampah yang tertinggal setelah air banjir surut. Karena itu, insan Tzu Chi juga mengajak para warga yang tidak terkena dampak bencana atau yang sedikit terkena dampak bencana untuk turut membantu proses penyaluran bantuan. Namun, kita lebih berharap orang-orang yang mengalami kesulitan juga dapat bergabung dalam program bantuan lewat pemberian upah kita. Dengan begitu, baru kondisi ekonomi setempat bisa cepat pulih.

Kita juga bisa melihat banyak orang yang segera membeli barang dan makanan. Karena itu, ada banyak barang yang berada di tempat yang aman. Mengetahui hal itu, Ji Hang yang berada di Penang berusaha untuk mengumpulkan barang bantuan. berusaha untuk mengumpulkan barang bantuan. Tentu saja, ada sebagian warga setempat juga bersedia menyumbangkan barang mereka kepada Tzu Chi. Orang yang memiliki cinta kasih tidaklah sedikit. Saat terjadi bencana, kita bisa melihat kasih sayang yang tulus di dunia ini. Orang yang memiliki kasih sayang yang tulus tidaklah sedikit. Orang yang bersedia menyumbangkan uang dan tenaga juga tidak sedikit.

Kita juga mendengar bahwa selama dua hingga tiga hari ini, insan Tzu Chi di Selangor dan Kuala Lumpur terus bergerak untuk menyurvei lokasi bencana dan menyalurkan bantuan bencana. Sementara itu, insan Tzu Chi Penang mencarter sebuah pesawat untuk pergi ke Kelantan. Seluruh insan Tzu Chi Malaysia telah bergerak. Bahkan insan Tzu Chi Singapura juga menelepon saya. Mereka berharap dapat turut membantu. Mereka bertanya,  “Bolehkah kami menggalang dana?” Saya menjawab, “Tentu saja boleh.” Menggalang dana merupakan salah satu cara untuk membangkitkan cinta kasih. Jadi, saya menjawab mereka, “Kalian boleh menggalang cinta kasih dan dana di negara kalian.” Jika mereka dapat membantu di Malaysia, itu juga sangat baik.

Singkat kata, jika Bodhisattva dunia dapat semakin tersebar luas, maka kekuatan kita untuk memperagung Tanah Buddha akan semakin besar. Kita harus membangkitkan hati Buddha dan cinta kasih agar wilayah yang dilanda bencana dapat segera pulih, dapat segera pulih, kehidupan warga bisa kembali normal, dan perekonomian bisa kembali pulih. Inilah tujuan sesungguhnya dari penyaluran bantuan bencana. Entah kapan baru air banjir di Malaysia bisa surut. bisa surut. Wilayah yang terkena banjir sangat luas, yakni di delapan negara bagian. Berapa negara bagian yang bisa kita bantu? Berapa banyak yang bisa kita lakukan? Saya berharap lebih banyak orang bisa turut mengerahkan kekuatan.

Segala sesuatu tidak kekal mengikuti jalinan jodoh

Insan Tzu Chi segera menghibur dan menenangkan hati keluarga penumpang pesawat

Wilayah yang tergenang banjir sangat membutuhkan bantuan

Bersatu hati dan bekerja sama untuk memulihkan sendi kehidupan para warga

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Cara untuk mengarahkan orang lain bukanlah dengan memberi perintah, namun bimbinglah dengan memberi teladan melalui perbuatan nyata.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -