Menyelamatkan Semua Makhluk dengan Cinta Kasih dan Kebijaksanaan

“Warga Haiti dan warga Taiwan bagai saudara. Kami bersyukur kepada Tuhan. Semoga Tuhan melindungi keluarga kami di Taiwan yang telah membantu kami. Saya sungguh merasa terhormat, terima kasih. Di sini tidak ada apa-apa. Tidak ada prasarana kesehatan dasar, tidak ada fasilitas medis, hanya ada beberapa sekolah. Bagi kami, beras ini sangat berarti. Kehidupan di sini sungguh sulit. Sangat sulit bagi kami untuk memperoleh makanan. Terima kasih, semoga Tuhan memberkati kalian.”

Harapan dunia ini bergantung pada hati dan pikiran setiap orang. Jika hati dan pikiran kita menuju ke arah yang baik, maka masyarakat di lingkungan kita akan harmonis dan tenteram. Yang terpenting, kita harus selalu tulus. Dalam interaksi antarsesama manusia, kita harus memiliki hati yang tulus serta mengembangkan perhatian yang penuh cinta kasih bagi dunia ini.

Gempa yang mengguncang Haiti pada tahun 2010 sungguh membawa dampak bencana yang besar.  Setiap hari, kita mendengar laporan tentang penderitaan yang ada di sana. Banyak organisasi non-pemerintah internasional yang turut meyalurkan bantuan. Tzu Chi adalah salah satunya, dengan bantuan yang paling menyeluruh.

Selain pengobatan Barat, para dokter TIMA juga menggunakan metode pengobatan Tiongkok, seperti akupunktur dan lain-lain. Insan Tzu Chi harus menghadapi lingkungan  yang penuh sesak, cuaca yang sangat panas, puing bangunan di mana-mana, bau jenazah yang membusuk, dan lain-lain. Di tempat seperti inilah insan Tzu Chi menyalurkan bantuan. tetapi insan Tzu Chi tetap berada di sana. Saya mengadakan konferensi video dengan mereka setiap hari.

Pada suatu hari, saya bertanya, “Mengapa saya tidak mendengar kabar tentang biarawati Katolik di sana?” Lalu, saya meminta mereka untuk mencari tahu kondisi para biarawati Katolik di sana. Setelah insan Tzu Chi menemukannya, kita bisa melihat rumah para biarawati yang runtuh dan gereja mereka yang mengalami kerusakan. Selain itu, tiga sekolah mereka juga runtuh. Setelah melihat dan memahami kondisi mereka, kita mengantarkan makanan untuk mereka setiap hari. Selain itu, berhubung tempat tinggal mereka mengalami kerusakan, maka kita segera mengundang seorang insinyur untuk merenovasi bangunan itu agar para biarawati dapat tinggal dengan tenang. Lalu, kita juga memikirkan anak-anak di sana.

Tahun demi tahun berlalu dengan cepat. Bagi Haiti, harapan untuk membangun kembali gedung sekolah mereka sangatlah kecil. Karena itu, kita segera menyampaikan kepada para biarawati bahwa kita akan membantu mereka  membangun kembali gedung sekolah di sana. dan tidak berani menyetujuinya. Lalu, mereka mengatakan bahwa harus ada persetujuan dari kantor pusat.

Kita menunggu selama hampir sebulan. Setelah berkomunikasi lebih lanjut, mereka berkata bahwa mereka juga telah mencari tahu tentang Tzu Chi di internet. Melihat bahwa Tzu Chi selalu bersumbangsih tanpa memandang agama, mereka pun merasa tenang dan menerima bantuan kita. Kita pun segera menyurvei lahan dan membuat desain baru sesuai harapan para biarawati. Lalu, kita pun memulai pembangunan. Pembangunan tiga gedung sekolah dengan struktur rangka baja yang sangat kokoh pun telah rampung.

Upacara peresmian sekolah berlangsung dengan meriah. Insan Tzu Chi yang menghadiri upacara tersebut juga merasa sangat puas. Mereka sangat menikmatinya. Mereka berkata bahwa bangunan yang dahulu dengan yang sekarang sungguh jauh berbeda. Ini sungguh mengagumkan. Ini memang mengagumkan. Dua organisasi dengan agama yang berbeda bekerja sama untuk membangun gedung sekolah yang indah ini.

Warga setempat tidak pernah membayangkan bahwa akan ada sekolah seperti ini di Haiti. Pembangunan tiga gedung sekolah yang terdiri atas sekolah dasar, sekolah menengah, dan sekolah sekretaris telah rampung. Tahun ini murid sekolah sekretaris telah lulus. Melihat mereka begitu khidmat, saya merasa sangat gembira. Saya merasa gembira dari lubuk hati. Ini terwujud berkat cinta kasih dari setiap orang yang dihimpun sedikit demi sedikit. Di mana pun bencana terjadi, insan Tzu Chi akan pergi ke sana untuk menyalurkan bantuan. Jika ada yang membutuhkan sekolah, maka insan Tzu Chi akan segera pergi ke sana maka insan Tzu Chi akan segera pergi ke sana untuk membangun gedung sekolah yang indah.

Tentu saja, kisah yang menyentuh di Haiti sangatlah banyak. Berhubung beberapa tahun ini kita terus mendampingi mereka, maka kita menemukan banyak kisah di sana. Akhir-akhir ini, kita menyalurkan bantuan di Filipina. Tahun lalu, Topan Haiyan yang menerjang Filipina telah membuat Tacloban, Ormoc, dan beberapa kota lainnya di Provinsi Leyte mengalami kerusakan yang sangat parah.Insan Tzu Chi segera pergi ke sana untuk menyalurkan bantuan.

Selain jenazah para korban, yang terlihat di sana adalah para warga yang hanya duduk termenung.

Saya meminta insan Tzu Chi untuk membangkitkan semangat mereka dengan program bantuan lewat pemberian upah seperti yang kita lakukan di Marikina. Kita menolong para korban dengan mengajak mereka membersihkan lingkungan. Dengan demikian, mereka dapat termotivasi dan kembali bersemangat untuk membersihkan lingkungan mereka sendiri. Tujuan kita menjalankan program bantuan ini adalah membantu perekonomian mereka. Selain memberikan upah 500 peso Filipina kepada mereka setiap hari, kita juga menyediakan  makanan bagi yang turut berpartisipasi. Mereka juga boleh membawa makanan pulang ke rumah untuk keluarga.

Program bantuan ini dijalankan selama lebih dari 20 hari. Ada warga yang menggunakan uang tersebut untuk merenovasi rumah mereka secara sederhana, ada pula yang menggunakannya untuk memulai usaha kecil. Wilayah ini pun perlahan-lahan pulih kembali. Warga setempat sangat berterima kasih atas semua ini. Kita juga mendirikan satu per satu ruang kelas sementara bagi murid SD dan sekolah menengah di sana. Saya juga sangat berterima kasih kepada para anggota Tzu Cheng dan komite dari wilayah utara dan tengah  Taiwan yang terus membuat kerangka ruang kelas sementara dan telah berulang kali mengirimkannya ke Filipina sehingga pembangunan ruang kelas dapat diselesaikan satu per satu.

Kita juga melihat sekelompok murid yang sangat aktif. Mereka mulai belajar di dalam ruang kelas sementara. Kita juga bisa melihat suasana yang ceria di sana. Singkat kata, semua ini berkat kekuatan cinta kasih dan sumbangsih tanpa pamrih. Sendi kehidupan para warga di Haiti telah pulih, para murid kembali bersekolah dan memperoleh semangat mereka kembali.

Murid-murid di Haiti juga ada yang telah lulus. Kini di sana telah berdiri gedung sekolah yang indah. Singkat kata, kita sungguh harus bersyukur atas jalinan jodoh 50 sen pada masa awal berdirinya Tzu Chi sekitar 50 tahun yang lalu. Setiap orang mengembangkan cinta kasih

dan terus mempertahankannya hingga kini. Negara mana pun yang membutuhkan bantuan,

insan Tzu Chi setempat akan segera bersumbangsih di sana.

Pembangunan kembali pascagempa memberi harapan

Gembira atas berdirinya gedung sekolah yang indah

Menyelamatkan makhluk hidup yang tak terhingga dengan cinta kasih dan kebijaksanaan

Saling membantu dengan penuh ketulusan dan kasih sayang tanpa membedakan agama

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -