Menyelaraskan Pikiran dan Menggalang Cinta Kasih
Banyak bencana yang terjadi di dunia. Saat tengah mengalami kekeringan, kebakaran hutan sulit dipadamkan. Bukankah batin manusia juga demikian? Jika batin manusia kering, berarti kekurangan basuhan aliran Dharma sehingga prinsip kebenaran dan moralitas hilang dari hati manusia. Batin manusia yang kering sangat mudah menimbulkan bencana.
Gempa yang melanda California Utara dua hari yang lalu, selain mengakibatkan banyak bangunan runtuh, juga menyebabkan pipa gas di dalam tanah bocor, dan saluran air putus. Di saat membutuhkan air untuk memadamkan api, mereka kekurangan air. Saat unsur api tidak selaras, akibat yang ditimbulkan sungguh sulit diatasi. Bencana terjadi dalam sekejap. Jadi, apa lagi yang perlu dijadikan sumber pertentangan? Sesungguhnya, kita tidak perlu mempertentangkan apa pun. Yang terpenting adalah menjaga batin sendiri dengan baik untuk mengikuti prinsip kebenaran dan moralitas.
Kita sungguh harus mengikuti prinsip kebenaran. Dengan demikian, kita baru bisa hidup aman dan tenteram. Jika kita tidak mengikuti prinsip kebenaran, maka akan mendatangkan kegelapan dan noda batin yang akan merusak pikiran dan lingkungan tempat tinggal kita. Penderitaan seperti itu sungguh tidak terkira. Semua ini bergantung pada pikiran.
Pada ulang tahun ke-7 DAAI TV Indonesia, para staf bukan merayakannya dengan acara yang mewah, melainkan dengan kontribusi cinta kasih. Mereka melakukan pelayanan di komunitas dengan cara membersihkan jalan dan selokan. Ini adalah sebuah teladan yang baik. Tidak ada gunanya boros untuk acara perayaan. Insan misi budaya humanis harus memiliki aliran jernih di dalam hati dan berusaha menjaga kebersihan lingkungan sekitar yang mencerminkan kesucian hati. Ini adalah wujud pendidikan bagi orang lain.
Kini, kita selalu mendorong masyarakat untuk memiliki keyakinan benar dan tidak percaya takhayul. Keyakinan benar sangatlah penting. Kuil Xing Tian di Taipei sudah mulai meniadakan tempat dupa dan meja persembahan. Mereka mengajak setiap orang untuk berdoa dengan hati yang tulus tanpa harus membakar dupa dan kertas sembahyang. Setiap orang cukup bersikap anjali untuk menunjukkan ketulusan mereka. Saya sungguh terharu melihatnya. Sesungguhnya, kualitas pelatihan diri dan ketulusan yang kita pancarkan merupakan dupa persembahan yang terbaik. Jadi, usaha kuil itu dalam menggalakkan keyakinan benar sungguh patut dipuji. Saya sangat gembira melihatnya.
Semua ini bertujuan untuk mengajak setiap orang untuk berkeyakinan benar, menjauhi segala kejahatan, dan melakukan segala kebaikan. Karena itu, insan Tzu Chi harus mematuhi Sepuluh Sila Tzu Chi. Kita tidak boleh membunuh dan menciptakan karma buruk, harus berbakti dan melakukan kebaikan. Sila-sila yang lain juga harus kita jalankan. Kita harus mematuhi semua sila ini. Jika tidak, kita akan menerima akibatnya.
Ada orang yang menerima langsung buah karma dengan cepat pada kehidupan ini, ada pula yang baru menerimanya pada kehidupan selanjutnya. Mungkin dalam kehidupan ini, kita tidak melihatnya menerima akibat perbuatannya karena berkah yang dimilikinya masih belum habis. Dia akan menerima buah karmanya pada kehidupan mendatang. Restoran yang kita lihat ini khusus menjual daging ular. Ular yang dijual berasal dari jenis ular beracun.
Sang juru masak memotong kepala seekor ular dan membuangnya ke dalam tong sampah. Ketika kepalanya dipotong, racun yang dikeluarkan sang ular akibat dendam akan lebih berbahaya dari biasanya. Lalu, ketika juru masak tersebut mengulurkan tangan ke dalam tong sampah untuk membuang kepala ular itu, kepala ular itu menggigit tangannya. Ketika ditemukan orang, dia sudah meninggal karena racun. Jadi, kita harus percaya hukum karma, jangan melakukan hal yang melanggar hati nurani kita. Niat buruk yang timbul dalam batin kita sungguh sangat menakutkan. Jika melakukan kesalahan, kita harus segera bertobat.
Kita juga bisa melihat orang yang mempunyai niat untuk berbuat kebaikan tidak akan gentar oleh kesulitan. Lihatlah Siew Mooi, relawan kita di Kuala Lumpur, Malaysia. Setelah mendengar perkataan saya bahwa saya berharap setiap orang bisa mengenal Tzu Chi dan melakukan kebaikan, dia mulai memasuki pasar untuk menggalang donatur. Wu Siew Mooi mengatakan, “Target donatur yang saya cari adalah yang menyembelih hewan-hewan, seperti penjual daging babi, bebek, ayam, ikan, kodok, dan lain-lain. Merekalah target saya.”
Dia pernah ditolak seorang penjual daging babi hingga sekitar 20 kali, tetapi dia tetap pergi ke sana setiap hari. Penjual daging itu, Yao Jin bao bercerita, “Saya sudah bekerja di bidang ini sejak umur 13 atau 14 tahun. Saya sudah melakukannya selama 40 tahun. Saya tidak tahu bagaimana beralih ke bidang lain.” Siew Mooi pun menyambung, “Saya terus memberi tahunya tentang Enam Alam Kehidupan, perbuatannya akan menciptakan karma buruk.” Jin Bao membenarkan, “Dia terus menasihati saya untuk beralih ke bidang lain secara perlahan. Kini saya membuka sebuah kedai kopi. Saya akan beralih secara perlahan.”
Ada juga penjual sayuran yang juga terus menolaknya. Dengan hati Bodhisatwa, dia berusaha membimbing orang lain secara terus-menerus. Siew Mooi menceritakan, “Adiknya berkata kepada saya, ‘Shijie, ayo galang hati kakak saya.’ Ketika saya pergi ke sana, kakaknya berkata pada adiknya, ‘Kamu menyuruhnya ke sini untuk membicarakan Tzu Chi? Tidak perlu, suruh dia pergi saja.’ Saat saya datang untuk kedua kalinya, dia berkata, ‘Kamu datang untuk menggalang dana lagi?’ Saya jawab, ‘Ya.’ Saat itu, nada bicaranya sudah tidak semarah sebelumnya. Lalu, dia menyerahkan 10 ringgit kepada saya. Saya bertanya, ‘Untuk apa 10 ringgit ini?’ Jawabnya, ‘Untuk disumbangkan.’ Saya jawab, ‘Saya ingin kamu menjadi donatur tetap, bukan hanya menyumbang sekali-kali.’ Setelah beberapa hari, saya kembali bertanya, ‘Bagaimana keputusanmu?’ Dia bertanya, ‘Harus menyumbang berapa jika menjadi donatur?’ Saya menjawab, ‘Terserah. Berapa pun kami terima. Di Tzu Chi tidak ada ketentuan harus menyumbang berapa, yang terpenting adalah niat baik kita.’ Itulah yang saya katakan kepadanya. Lalu, dia menyerahkan 5 ringgit kepada saya. Saya segera menerimanya.”
Berkat kerja kerasnya selama ini, banyak yang telah menjadi donaturnya. Penjual daging babi juga mulai beralih profesi secara perlahan. Penjual sayuran juga bersumbangsih. Jika sayur dagangannya tidak habis terjual, dia akan menyumbangkannya ke posko daur ulang. Kekuatan cinta kasih membuat kita tidak tega melihat orang lain menciptakan karma buruk, maka kita ingin membimbing mereka dengan mengajak mereka menapaki Jalan Bodhisatwa.
Jadi, kita semua hendaknya berusaha sepenuh hati dan dengan penuh cinta kasih untuk menyelaraskan pikiran manusia dan mendorong semua orang untuk hidup sesuai prinsip kebenaran dan moralitas. Jika umat manusia bisa bersatu hati, barulah unsur alam bisa selaras. Untuk mewujudkannya, tentu harus dimulai dari kehidupan manusia sehari-hari. Karena itu, kita harus selalu bersungguh hati.
Menyelaraskan pikiran manusia dan berdoa semoga terhindar dari bencana
Membersihkan lingkungan di komunitas sebagai pengganti perayaan
Digigit ular akibat karma buruk dari membunuh
Menggalang hati di pasar untuk mengajak orang menciptakan berkah
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 28 Agustus 2014.