Mewariskan Keterampilan kepada Korban Bencana
”Rumah yang kami rakit ini memiliki luas sekitar 26,4 meter persegi. Kita berharap dapat membuat standarisasi perakitan dengan harapan kita dapat selesai merakitnya dalam waktu setengah hari. Kami akan segera pergi ke Filipina untuk membantu perakitan. Jadi, ini merupakan latihan perakitan sesuai dengan SOP yang telah ditentukan untuk mengetahui waktu yang diperlukan,” ucap relawan.
Pascatopan Haiyan bulan November tahun lalu hingga bulan September ini, insan Tzu Chi di Taiwan tidak hanya bergerak untuk memberi bantuan darurat, tetapi juga terus berusaha untuk menenangkan raga, hati, dan kehidupan para korban bencana. Material rumah rakitan sementara telah disiapkan di Taiwandan telah mulai perlahan-lahan dikirim ke Filipina. Setelah material rumah rakitan dikirim, relawan kita juga harus ikut pergi ke sana. Selama beberapa waktu ini, para relawan di sana terus mempersiapkan lahan.
Pada saat mempersiapkan lahan, di sana sering turun hujan. Kita sering melihat terbentuknya topan di permukaan laut yang akhirnya mengarah ke Filipina. Awan tebal yang terbentuk sering kali membawa curah hujan tinggi bagi Filipina. Karena itu, kali ini mereka sangat bersusah payah mempersiapkan lahan di sana. Akhirnya, persiapan lahan di sana rampung. Kini kita akan mulai membantu warga setempat merakit rumah rakitan sementara. Pada hari ini dan besok, sekelompok relawan Tzu Chi yang berjumlah lebih dari 20 orang akan berangkat ke Ormoc, Filipina.
Mereka adalah benih yang pergi ke sana untuk mewariskan keterampilan mereka. Kemarin, saat datang menemui saya, saya berkata kepada mereka, “Sungguh, saya sangat bersyukur karena ada kalian. Kalian harus ingat untuk sungguh-sungguh mewariskan keterampilan kalian kepada warga setempat. Tidak mungkin kita mengandalkan relawan dari Taiwan untuk membangun lebih dari 3.000 unit rumah rakitan di sana. Dengan mewariskan keterampilan kepada mereka, kita bisa menjalankan program bantuan dan warga setempat dapat memperoleh biaya hidup. Selain itu, mereka juga bisa membangun rumah sendiri.”
Kita bisa melihat warga setempat sangat bersungguh hati mencetak batako. Saya berharap yang kita berikan kepada mereka bukan hanya sebuah tempat tinggal, tetapi juga mewariskan keterampilan merakit rumah rakitan agar kelak mereka dapat mencari nafkah dengan keterampilan ini. Kita juga membimbing mereka untuk bekerja dengan tekun dan serius. Kita berharap bisa mengubah pola hidup mereka. Semoga anak muda setempat dan generasi penerusnya dapat terbebas dari kemiskinan. Dengan mengubah pola pikir dan bekerja dengan giat, pastilah akan membawa manfaat besar bagi kehidupan mereka. Inilah harapan kita semua.
Topan Haiyan telah mendatangkan penderitaan yang sangat besar bagi para warga dalam jangka waktu yang panjang. Kemarin,Badai Tropis Fung-Wong telah meninggalkan Taiwan. Namun, badai ini lalu menerjang Zhejiang dan mengakitkan lebih dari 300.000 orang terkena dampaknya. Lebih dari 5.000 tempat penampungan sementara dibangun untuk para korban bencana. Bayangkanlah, meski diterjang badai tropis yang sama, tetapi Taiwan tidak mengalami kerusakan besar. Kita sungguh harus lebih berhati tulus dan bersyukur. Kita juga berharap semoga banjir di Zhejiang bisa cepat surut dan semua orang bisa kembali hidup normal.
Kita juga bisa melihat sumbangsih para relawan dalam keseharian. Relawan Tzu Chi di Indonesia kembali membagikan bantuan beras bagi para penerima bantuan kita di Jakarta. Setiap orang merasa sangat gembira. Beras yang dibagikan berjumlah lebih dari 20.000 kg beras, yakni lebih dari 1.000 karung. Lihatlah, para warga berbaris rapi untuk mengambil bantuan beras. Di Vietnam, relawan Tzu Chi juga memberikan bantuan dana sekolah kepada anak-anak. Setiap kali berinteraksi dengan anak-anak, relawan Tzu Chi selalu berbagi semangat dan filosofi Tzu Chi kepada mereka. Karena itu, anak-anak di sana tahu untuk bersyukur dan membalas budi. Anak-anak yang menerima bantuan pun tahu membalas budi dengan celengan bambu.
Inilah lingkaran cinta kasih. Mereka tahu bahwa berbuat baik dan berbakti adalah 2 hal yang tidak bisa ditunda. Mereka juga membina hati yang penuh syukur dan tahu untuk membalas budi. Semua ini sungguh membuat saya merasa terhibur. Kita juga bisa melihat penderitaan di dunia. Seorang anak muda di Amerika Serikat didiagnosis terkena leukemia. Satu-satunya cara untuk menyelamatkannya adalah harus melakukan transplantasi sumsum tulang. Namun, baik di Amerika Serikat maupun di Taiwan, masih belum ditemukan sumsum tulang yang sesuai dengannya.
Penantian yang panjang ini sungguh menderita. Saat menjalani kemoterapi, anak muda itu sungguh menderita. Ibunya juga sangat menderita karena khawatir akan kehilangan anaknya. Mereka mengalami penderitaan fisik dan batin. Penderitaan seperti ini sungguh tak terkira. Semoga keajaiban bisa terjadi. Semoga bisa menemukan sumsum tulang yang sesuai dengannya. Semoga pencarian di berbagai negara dapat menemukan sumsum tulang yang cocok dan memberi harapan hidup baginya. Kita juga harus berdoa dengan tulus baginya semoga dia bisa menemukan keajaiban dalam hidupnya.
Kita juga melihat sekelompok Tzu Ching di Singapura yang mempersembahkan pementasan drama musikal Sutra Bakti Seorang Anak. Mereka menggubah, menyutradarai, dan mementaskannya sendiri. Mereka berusaha mempelajari seluruh isi Sutra demi memahami penderitaan seorang ibu ketika mengandung, demi memahami kerja keras orang tua saat membesarkan anak-anaknya, bagaimana anak-anak berjalan menyimpang dan menjadi pembangkang setelah dewasa, bagaimana anak-anak meninggalkan kampung halaman dan tidak pernah kembali lagi, dan bagaimana kehidupan anak-anak setelah berkeluarga.
Para anggota Tzu Ching berusaha memahami semua itu. Secara berulang kali, mereka terus mengingatkan diri sendiri untuk berintrospeksi dan bertobat. Mereka telah mengubah diri sendiri. Inilah cara membimbing orang dengan menggunakan Dharma. Sungguh, ajaran Buddha dapat menyucikan hati manusia dan menyelamatkan dunia.Asalkan bersungguh hati,kita akan menyadari bahwadi dalam hati setiap orang terdapat Dharma yang sangat berlimpah.
Selalu bersyukur dan berdoa bagi ketenteraman dunia
Mewariskan keterampilan kepada para korban bencana
Membagikan bantuan beras dan membimbing orang melakukan kebajikan
Membimbing orang dengan Dharma dan menyosialisasikan rasa bakti
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 25 September 2014.