Mutiara Hitam yang Berkilauan dari Afrika

“Kakak Beatrice mengalami sebuah kecelakaan mobil dua tahun lalu. Kemarin sore, kakinya kembali terasa sakit. Saya rasa sakitnya ini muncul karena dia ikut berpartisipasi dalam misi kami. Kami pergi ke Swaziland untuk membantu orang yang membutuhkan. Saat berada di Swaziland, jalan sulit ditempuh. Kami mendaki jalan di perbukitan, pegunungan, dan hutan-hutan. Dia adalah salah seorang yang memimpin di depan. Meski kami berkata, ‘Jangan, Beatrice, jalan ini terlalu terjal.’ Namun, dia malah berkata, ‘Tidak bisa, Master mengajarkan bahwa kita harus memiliki keberanian.’ Kami berterima kasih kepada Master yang telah mengajari dan memberi kami kebijaksanaan. Sekarang, kami sudah tidak takut terhadap apa pun lagi. Karena itu, kami akan lebih giat berkontribusi untuk membantu lebih banyak orang yang berada jauh dari kami,” cerita Ci Lei, relawan Afrika pada penutupan pelatihan fungsionaris 4 in 1 Tzu Chi sedunia.

Lihatlah relawan dari Afrika yang merupakan mutiara hitam saya. Salah satu dari mereka adalah Ci Bi. Beberapa tahun lalu, dia mengalami kecelakaan mobil sehingga tidak bisa berjalan dengan leluasa. Akan tetapi, karena telah bertekad, dia tetap memegang teguh tekadnya. Dia selalu mendampingi relawan setempat dan sering menyemangati mereka. Dia bergabung dengan tim relawan internasional untuk bolak-balik ke negara lain. Baik ke Mozambik maupun ke Swaziland, dia juga pergi untuk berkontribusi. Dia sungguh merupakan teladan bagi Bodhisatwa di Afrika. Dia tetap bolak-balik ke negara lain. Meski kakinya terluka dalam kecelakaan mobil, dia selalu berjalan di depan semua orang untuk menjadi teladan.

 

Di samping itu, saya ingin berterima kasih kepada Relawan Pan dan seluruh Bodhisatwa yang ada di Afrika Selatan. Di antaranya, terdapat para pengusaha Taiwan yang membawa benih Tzu Chi ke Afrika Selatan sembari mengembangkan usaha. Yang paling penting adalah mereka juga telah membawa benih cinta kasih Tzu Chi dan menyebarkannya di Afrika Selatan. Mereka membulatkan tekad untuk menyebarkan semangat Tzu Chi di sana. Karena itu, mereka berbagi dengan warga setempat tentang apa yang telah saya katakan dengan sangat terperinci agar dapat diserap ke dalam hati setiap orang. Penjelasan mereka dapat dengan mudah dipahami oleh warga setempat. 

Mereka berkontribusi dengan hati yang tulus dan penuh kebijaksanaan. Saya sering memuji sekelompok Bodhisatwa dari Afrika Selatan ini. Mereka datang ke dunia demi sebuah misi luhur. Kelahiran mereka bukan karena kekuatan karma semata, tetapi karena mereka memiliki tekad untuk melayani. Jadi, baik warga Taiwan maupun warga setempat, semua orang giat menyebarkan benih cinta kasih di sana. Setiap benih mengandung sebuah misi di dalamnya. Mereka tidak hanya berkontribusi di Afrika Selatan untuk melayani penderita AIDS, mencurahkan cinta kasih kepada orang yang membutuhkan, dan memberi penghiburan bagi orang yang menderita. Tidak hanya itu. Mereka juga telah pergi ke negara lain, Mozambik, dan juga Zimbabwe yang jumlah relawannya masih terbatas.

Semua orang sungguh harus mendengarkan Dharma dan menyerapnya ke dalam hati. Apakah kalian semua punya tekad untuk menginspirasi sesama di dunia? Kita sudah membangkitkan tekad untuk menginspirasi semua orang di dunia, tetapi jika tidak ada Dharma di hati kita, bagaimana kita bisa menginspirasi orang lain? Kita tidak bisa melakukannya. Oleh karena itu, harus ada Dharma di hati kita. Jika tidak memiliki Dharma, maka jalan yang kita lalui akan menjadi sulit dan tidak lancar. Jika hati kita tidak memiliki Dharma, maka jalan kita akan menjadi tidak lancar. Oleh karena itu, kita harus belajar dan mempraktikkan Dharma secara nyata. Dengan demikian, tidak ada jalan yang tidak dapat dilalui. 

Bukankah kita baru saja melihat seorang Bodhisatwa dari Afrika Selatan? Meski kakinya terluka dan jalan yang dilaluinya sangat terjal, tetapi dia memiliki tekad dan semangat. Di hatinya ada Dharma sehingga dia bisa mendaki ke atas bukit. Dengan memiliki Dharma di dalam hati, barulah dia bisa begitu berani dan bersemangat. Jadi, kita harus memiliki Dharma di dalam hati.

Tanpa Dharma, maka jalan kita akan sulit dilalui. Dengan mempelajari dan mempraktikkan Dharma, tidak ada jalan yang tak dapat dilalui. Jadi, Saudara sekalian, di negara mana pun kalian berada, semua orang harus menyerap Dharma ke dalam hati. Dengan memiliki Dharma, barulah kita bisa menginspirasi orang lain. Jika tidak memiliki cinta kasih, batin kita akan sulit menjadi kaya. Di dalam hati kita haruslah ada cinta kasih. Dengan demikian, secara alami kita akan bisa mengasihi dan mencurahkan perhatian bagi sesama.

 

Untuk membangkitkan cinta kasih semua orang, kita harus terlebih dahulu bersumbangsih dengan penuh cinta kasih. Dengan hati yang penuh cinta kasih, secara alami kita akan bisa menginspirasi semua makhluk yang tak terhingga. Orang yang kita inspirasi itu pun juga bisa menginspirasi lebih banyak orang, demikian seterusnya. Kita harus terlebih dahulu berkontribusi dengan penuh cinta kasih, baru bisa menjalin jodoh baik secara luas. Ketika semua orang melihat perbuatan kita, meski kita belum berbicara, mereka pun akan senang melihat kita dan bersedia turut melakukan kebaikan. Ini semua karena adanya jalinan jodoh baik. Hanya dengan kaya cinta kasih, barulah kita bisa menjalin jodoh baik dan membimbing orang lain secara tuntas. 

Di samping itu, kita harus kaya cinta kasih agar bisa mengenal rasa puas selamanya. Lihatlah relawan di Afrika Selatan. Perekonomian keluarga mereka tidak baik, tetapi mereka bersukacita setiap hari. Ini karena mereka memiliki rumah batin yang kaya dan besar. Rumah tempat tinggal mereka sangat sederhana, tetapi mereka memiliki rumah yang sangat megah dan penuh cinta kasih serta kebijaksanaan di dalam hati mereka. Jadi, kita harus memiliki cinta kasih agar dapat menginspirasi semua orang dan menciptakan berkah yang tak terhingga. Kita juga harus berdana.  Jika kita kikir, maka berkah juga akan sulit diciptakan. Untuk mencapai kebuddhaan, kita harus mengembangkan berkah dan kebijaksanaan secara bersamaan.

Jadi, untuk menciptakan berkah, kita harus berdana dan bersumbangsih. Demikianlah cara menciptakan berkah. Jika kita tidak memiliki niat untuk berdana, maka berkah akan sulit didapat. Hidup di dunia ini, kita harus berdana. Di dunia ini, berdana merupakan cara kita untuk menanam berkah dan juga merupakan makanan spiritual dalam melatih diri. Intinya, saya berharap kita semua  yang sudah berada di ladang pelatihan Yang kaya akan makanan spiritual ini bisa sungguh-sungguh menyerap keharuman Dharma.

 

Insan Tzu Chi di Afrika Selatan bagai mutiara hitam yang berkilau

Mencurahkan perhatian kepada saudara se-Dharma dan saling mengasihi

Menginspirasi semua orang demi menciptakan berkah tak terhingga

Menghilangkan penderitaan  dan menumbuhkan makanan spiritual

 

Link video (teks Mandarin dan Inggris): Ceramah Master Cheng Yen tanggal 12 Juni 2014

Sumber: DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Rita, Yuni

Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -