Saling Menghargai dan Mengembangkan Cinta Kasih

Kita telah melihat di Eropa Tengah sebuah badai yang sangat kuat menerjang Jerman, Austria Swiss, Belanda, serta beberapa negara lainnya dan memorakporandakan wilayah yang dilaluinya. Akibat kuatnya badai tersebut, wilayah yang terkena dampak terbesar adalah Jerman. Ini disebabkan oleh ketidakselarasan unsur angin. Selain itu, ketidakselarasan unsur air juga membuat manusia menderita. Negara Bagian California di AS sudah 4 tahun mengalami kekeringan. Yang terlihat di sana adalah rerumputan kering. Tiada tanaman yang hidup di sana. Ini sungguh mengkhawatirkan.

Dalam hidup, manusia harus harmonis. Kita harus saling menghargai dan mengasihi. Contohnya, dalam hal menghargai air, kita bukan hanya menghargai sesama manusia agar dapat hidup damai dan harmonis, tetapi juga menghargai alam agar iklim bersahabat. Jika dalam hubungan antarsesama kita selalu mengumbar emosi dan membiarkan pikiran tidak selaras, maka akibatnya adalah iklim pun sulit untuk bersahabat. Kita juga bisa melihat keselarasan hati manusia adalah yang terpenting. 

Contohnya, pascabencana Topan Haiyan dua tahun lalu, ada sebuah keluarga yang juga menerima bantuan sebesar 15.000 peso (Rp3,5 juta) dari Tzu Chi. Mereka menggunakan uang itu dengan bijak untuk memulai kembali usaha kayu mereka. untuk memulai kembali usaha kayu mereka. Mereka sekeluarga sangat bersatu hati. Dalam waktu setahun lebih, usaha mereka berkembang menjadi pabrik kayu. Berkat cinta kasih insan Tzu Chi, mereka pun terinspirasi. Mereka menyisihkan uang ke dalam celengan bambu. “Saya ingin berdana bagi Tzu Chi setiap bulan. Saya akan bersumbangsih semampu saya. Kini mereka telah bertekad dan berikrar untuk berbuat baik di tengah masyarakat,” ucap suami istri Canonigo memulai usaha dengan dana solidaritas Tzu Chi.

Semua ini berkat kekuatan cinta kasih. Kita juga melihat relawan di Zimbabwe yang mengagumkan. Di zimbabwe banyak warga yang hidup menderita. Mulanya, Relawan Zhu mulai bersumbangsih di sana. Dia yang mulanya hanya seorang diri, bekerja sama dengan para relawan dari Afrika Selatan untuk membimbing warga agar dapat saling mengasihi dan membangkitkan kekayaan batin. Meski diri sendiri juga kekurangan, mereka masih bisa membantu sesama. Kini kita dapat melihat sekelompok relawan lokal yang penuh dengan kekayaan batin. Mereka mengunjungi warga yang membutuhkan dari rumah ke rumah. Mereka dapat melihat begitu banyak warga yang hidup kekurangan dan menderita. Baik yang kekurangan maupun berketerbatasan fisik, semuanya mereka perlakukan dengan cinta kasih yang paling indah. Para relawan membantu warga dengan cinta kasih yang tulus. Semua ini membutuhkan praktik nyata.

Kita juga melihat di Taiwan, para relawan mendampingi orang yang membutuhkan selama bertahun-tahun. Di Taipei, ada sebuah keluarga. Sang suami adalah seorang sopir taksi. Tujuh tahun lalu, istrinya tiba-tiba terserang stroke. Karena itu, sang suami harus merawatnya dan tak bisa bekerja. “Saat itu, anak-anak kami tidak tahu kondisi ekonomi keluarga kami. Mereka berkata, ‘Ayah, kami ingin makan piza.’ Saya tidak punya uang, maka saya berkata kita boleh makan piza saat Tahun Baru Imlek. Saat itu mereka masih kecil. Putri saya baru duduk di kelas satu SMA. Adik-adiknya baru duduk di kelas tiga SMP dan kelas enam SD. Teman sekolah istri saya di Chiayi menelepon dan bertanya pada saya bagaimana jika dia menghubungi Tzu Chi,” ucap Bapak yang.

Insan Tzu Chi Taipei akhirnya mengunjungi mereka. Mereka memberi bantuan kebutuhan hidup setiap bulan dan mulai berinteraksi layaknya teman. Para relawan selalu menghibur keluarga ini, bahkan juga memberikan tempat tidur elektrik bagi sang istri yang sakit. Selain mendapat bantuan materi, yang terpenting keluarga ini juga mendapatkan perhatian yang bersahabat. Inilah jalinan kasih sayang yang tulus. Para relawan dan keluarga itu sudah bagaikan teman. Anak-anaknya pun dapat tenang bersekolah. Insan Tzu Chi telah mendampingi mereka selama lebih dari tujuh tahun. Inilah pendampingan yang penuh cinta kasih.

Benar, cinta kasih adalah kekuatan, juga merupakan keindahan yang paling hangat di masyarakat. Keindahan ini berasal dari sumbangsih tanpa pamrih yang dibarengi rasa syukur. Selain itu, di Yujing, tepatnya hari ini pada tahun 2010, kita juga membangun ruang kelas sementara bagi sekolah menengah di sana. Akibat gempa bumi, banyak sekolah yang rusak. Meski pemerintah membangun kembali sekolah-sekolah itu, tetapi anak-anak membutuhkan tempat sementara.

“Pada tanggal 5 Maret tahun itu, para tentara membantu memindahkan barang-barang kami. Saat barang-barang dipindahkan, kami menemui satu masalah. Di mana kami harus menyimpan barang-barang itu? Ini adalah masalah yang serius. Kami tidak bisa meninggalkan itu semua di luar. Karena itu, saat itu saya teringat dan berpikir sepertinya saya bisa mencari Tzu Chi. Mereka segera datang meninjau, dan seminggu kemudian, mereka mengabarkan kepada saya bahwa mereka  dapat membantu membangun ruang kelas sementara,” ucap kepala sekolah SMP Yujing, Cai Jia-hong.

Para relawan begitu memiliki tekad. Relawan Xie dari Tainan pada saat itu kebetulan mengembangkan material yang dibuat dari campuran kayu dan plastik. Jadi, kita menggunakannya untuk membangun ruang kelas sementara di Yujing. Material ini sangat kokoh dan aman seperti kayu. Ruang kelas rakitan sementara itu telah digunakan beberapa kali. Kini kita menggunakannya di berbagai wilayah yang membutuhkan. Material itu dapat dibongkar dan dipasang kembali. Saat dibutuhkan, kita dapat segera menggunakannya. Inilah kekuatan cinta kasih.

Selain harus saling mengasihi antarmanusia, kita juga harus menghargai sumber daya alam agar dapat digunakan di tempat yang membutuhkan. Saya sungguh bersyukur. Inilah akumulasi cinta kasih insan Tzu Chi yang selalu bersumbangsih di setiap sudut di Taiwan. Mereka selalu bersumbangsih bagi yang membutuhkan. Segala yang harus dilakukan pasti akan kita lakukan. Inilah prinsip kita selama ini. Melihat para relawan selalu memanfaatkan sumber daya alam berulang kali, saya sungguh berterima kasih. Banyak hal yang membuat saya tersentuh. Semoga setiap orang dapat mengembangkan kesungguhan dan cinta kasih untuk menghargai sesama dan sumber daya. Yang terpenting adalah memiliki cinta kasih.

Saling menghargai dan mengambil hikmah dari bencana

Bersumbangsih bagi masyarakat setelah memulihkan penghidupan

Mendampingi penerima bantuan bagai teman

Menyelamatkan pendidikan anak-anak dengan ruang kelas rakitan

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 2 April 2015

Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -