Suara Kasih : 10 Tahun Tzu Chi di Zamboanga
Judul Asli:
Memperingati 10 Tahun Kantor Penghubung Tzu Chi di Zamboanga
Baksos di Zamboanga memberi kesembuhan kepada banyak orang
Kantor penghubung Zamboanga genap berusia 10 tahun
Para pemuka agama bersatu hati memimpin doa
Semoga bencana berkurang dan manusia hidup damai
Melihat tayangan seperti ini, kita sungguh merasa sedih. Mentawai diguncang gempa dahsyat yang disusul tsunami. Selang tak berapa lama, Gunung Merapi meletus. Awan panas yang berasal dari perut bumi melukai warga bahkan memakan korban jiwa. Rumah yang luluh lantak akibat terjangan awan panas juga tak sedikit. Bukankah kondisi demikian sama seperti neraka yang terbakar yang disebutkan di dalam Sutra Buddhis
Di Rusia, gunung berapi meletus dan memuntahkan abu hingga ketinggian 10 km. Para ilmuwan berkata bahwa abu letusan akan terus menghujani wilayah setempat hingga sedikitnya 10 hari ke depan. Selain gunung meletus, Indonesia, tepatnya Jakarta, mengalami banjir. Di Thailand juga demikian. Hampir setengah wilayahnya terendam banjir.
Insan Tzu Chi di Indonesia maupun Thailand segera menyurvei lokasi bencana untuk mempersiapkan penyaluran bantuan. Saya sungguh tak tega melihat semua ini. Iklim sungguh tak bersahabat. Karena itu, setiap orang harus meningkatkan kewaspadaan. Mari kita lihat Filipina. Saya merasa bersyukur atas kantor penghubung Tzu Chi di Kota Zamboanga yang tahun ini genap berusia 10 tahun.
Jalinan jodoh ini berawal pada tahun 1998 saat tim TIMA Filipina mengadakan baksos kesehatan di Zamboanga. Dalam baksos tersebut, banyak warga mendapatkan pertolongan medis dari ahli gigi, mata, bedah, dll. Dengan adanya baksos di sana, banyak warga setempat yang terinspirasi untuk menjadi relawan Tzu Chi.
Meski Tuan Anton Lim adalah seorang penganut Katholik, namun ia tak memandang perbedaan keyakinan. Ia memiliki semangat Tzu Chi yang tinggi. Ia menyelami ajaran Buddha dan mempraktikkannya dalam keseharian. Pada tahun 2000 ia mendirikan kantor penghubung Tzu Chi di Zamboanga. Kantor itu genap berusia 10 tahun sekarang. Sebenarnya, Zamboanga adalah sebuah wilayah yang penuh konflik karena warga Muslim setempat ingin mendirikan Negara Islam. Karena itu, sering timbul perselisihan dengan pemerintah setempat.
Wilayah ini sungguh penuh konflik karena kedua belah pihak selalu mempertahankan pendapat masing-masing. Namun, dengan penuh cinta kasih, insan Tzu Chi senantiasa mengulurkan tangan bagi warga tak berdosa yang menderita akibat konflik setempat. Dengan sumber daya setempat, relawan Anton mendirikan klinik mata, pusat rehabilitasi, pusat pembuatan kaki palsu, dll. Ia sungguh berdedikasi sepenuh hati dalam Tzu Chi.
“Saya adalah penganut Katholik, namun saya juga adalah murid Master Cheng Yen. Saya selalu berkata kepada orang-orang bahwa Master Cheng Yen adalah seorang guru yang mengajar saya berbuat kebajikan, bukan hanya berdoa dan berdoa tanpa melakukan sesuatu. Sampai kini, saya tak pernah merasa menyesal bergabung dengan Tzu Chi karena Tzu Chi telah mengubah pandangan hidup saya sehingga hidup saya kini lebih bermakna. Tzu Chi tak hanya mengubah saya, melainkan juga keluarga saya,” ucap relawan Anton.
Ia telah menginspirasi banyak warga setempat untuk menjadi relawan Tzu Chi dan mendirikan berbagai klinik untuk membantu orang-orang yang membutuhkan termasuk pusat pembuatan kaki palsu. Mengapa warga setempat membutuhkan kaki atau tangan palsu? Karena banyak konflik terjadi sehingga muncul insiden pemboman, penembakan, dll yang mengakibatkan warga kehilangan kaki atau tangan. Mereka telah membuat ribuan kaki dan tangan palsu bagi warga setempat. Bantuan ini sangat mereka butuhkan. Bila ada warga yang berminat mempelajari keterampilan ini, mereka dapat dibimbing hingga dapat membuat dan menghasilkan uang sendiri.
Sungguh tersentuh melihatnya. Insan Tzu Chi juga mendirikan klinik mata. Sejak klinik beroperasi, ribuan pasien telah mendapatkan pelayanan medis sehingga mereka dapat melihat dunia ini lagi. Jadi, ultah ke-10 kantor penghubung Tzu Chi setempat merupakan hal yang penting bagi mereka.
Beberapa waktu yang lalu, Relawan Anton bertanya kepada saya, “Master, kami akan merayakan ultah ke-10.” “Dapatkah Anda mengirim beberapa relawan dari Taiwan untuk berkunjung ke Zamboanga?” Mengingat kantor telah berdiri 10 tahun, saya pun meminta staf dari divisi keagamaan termasuk Tuan Lu Fang-chuan dan beberapa staf yang lebih muda untuk berangkat ke Zamboanga. Mereka berkata bahwa setibanya di bandara, mereka disambut dengan sebuah spanduk besar. Mereka bertanya kepada relawan setempat apakah spanduk besar tersebut dibuat oleh para relawan sendiri. Ternyata bukan.
Spanduk itu dibuat oleh anggota kongres dengan dana mereka sendiri demi menyambut kedatangan insan Tzu Chi dari daerah lain. Mendengar hal ini, saya merasa bahwa Tzu Chi sungguh mendapat dukungan dari warga lokal. Sumbangsih relawan setempat patut dipuji. Terlebih lagi, setibanya di klinik mata, mereka melihat setiap sudut ruangan dipenuhi foto maupun tulisan yang menjelaskan tentang Tzu Chi. Contohnya, di tengah batu-batu konblok yang terdapat di halaman depan, terdapat sebuah batu yang berwarna merah.
Mereka berkata bahwa batu merah tersebut mewakili Master Cheng Yen dan batu-batu lainnya mewakili insan Tzu Chi. Melihat kesatuan hati para relawan setempat dan keberadaan saya di dalam hati mereka sungguh membuat saya merasa bersyukur. Ada lagi, di ruang fisioterapi terdapat gambar Griya Jing Si. Saat pandangan diarahkan ke langit-langit, yang terlihat adalah langit di Hualien. Relawan Anton berkata bahwa foto tersebut ia ambil saat berkunjung ke Hualien. Jadi, di Zamboanga mereka tetap dapat melihat langit Hualien dan Griya Jing Si yang terdapat di ruang fisioterapi. Hati mereka selalu bersama dengan Tzu Chi. Meski berada sangat jauh dari Taiwan, hati mereka sangat dekat dengan hati kita.
Pada hari peringatan ultah tersebut, para pemuka agama dari 4 keyakinan memimpin doa bersama. Mereka adalah pemuka agama Islam, Kristen, Katholik, dan Buddha. Mereka memimpin lebih dari seribu orang melakukan doa bersama. Lihat, bukankah ini yang disebut keharmonisan? Semua hal bergantung pada manusia sendiri dan tak ada hal yang tak dapat diwujudkan. Saya sungguh merasa bersyukur dan tersentuh atas hal ini. Baiklah, akhir kata jika semua orang dapat menyelami Dharma, maka dunia akan menjadi tanah suci.
Diterjemahkan oleh: Lena