Suara Kasih: 20 Tahun Daur Ulang Tzu Chi
Judul Asli:
Prinsip Kebenaran di Balik Kegiatan Daur Ulang
Pelestarian lingkungan Tzu Chi menginjak tahun ke-20
Satu tangan bergerak, seribu tangan akan mengikuti
Melindungi daratan dan melestarikan laut
Menyaksikan manfaat pembabaran Dharma
“Mengapa buah persik pada festival tahun ini begitu kecil? Apakah kalian tidak merawat kebun buah persik dengan baik?” tanya sang Raja. “Yang Mulia, izinkan saya untuk menjelaskan. Manusia di dunia memiliki hasrat yang tinggi serta terlalu mengembangkan industri sehingga asap-asap hitam pun membubung hingga ke langit. Karena itu, hasil buah persik tahun ini lebih kecil dari tahun sebelumnya,” jawab sang Punggawa istana. (dialog dalam opera -red)
Saya pun sangat khawatir. Asap-asap hitam dari bumi telah mencemari udara di langit. Para penjaga pintu di Gerbang Selatan memakai masker gas ketika sedang bertugas. Kita mengetahui bahwa manusia menimbulkan beragam macam polusi. Entah kita akan keracunan atau tidak. Apa yang harus kita lakukan jika keadaan ini terus berlanjut? Sungguh opera yang bagus.
Lihatlah, kebijaksanaan dalam diri Bodhisatwa dunia. Dengan cara yang menyenangkan serta menghibur, mereka membimbing masyarakat sekitar agar semua orang meningkatkan kewaspadaan. Lihatlah kondisi laut. Ketika sedang berlayar, para nelayan berpikir bahwa laut begitu luas, jadi tak apa-apa jika membuang sampah ke laut.
Mereka tak memikirkan akibatnya. Pada zaman dahulu, nelayan selalu membuang segala macam botol plastik ke laut. Mereka tak tahu bahwa botol plastik tak dapat terurai dan akan menimbulkan polusi laut. Contohnya lainnya adalah baterai. Pada pelayaran jarak jauh, para nelayan tak hanya bekerja di pagi hari, namun mereka lebih banyak bekerja di malam hari. Karena itu, cahaya lampu diperlukan. Generator juga memerlukan aki yang besar. Berat dari sebuah aki besar adalah 40 hingga 50 kilogram. Setiap perlayaran menghabiskan waktu 6 bulan, jadi setidaknya mereka membutuhkan 4 buah aki. Sungguh banyak. Dulu mereka tak mengerti tentang pelestarian lingkungan, jadi aki dibuang ke laut setelah habis dipakai.
“Para nelayan adalah tetangga kami. Kami semua berteman baik. Jadi, saya memberi tahu mereka tentang pelestarian lingkungan. Mereka juga menyaksikan Da Ai TV. Kini mereka tak membuang sampah ke laut lagi. Mereka pun akan memungut botol plastik jika melihatnya,” kata salah seorang nelayan. Insan Tzu bekerja sama membimbing para nelayan.
Mereka mempraktikkan Catur Samgrahavastu yakni dana, tindakan bermanfaat, kerja sama, yakni dana, tindakan bermanfaat, kerja sama, dan tutur kata penuh cinta kasih. Dengan rasa cinta kasih terhadap bumi dan ketulusan, insan Tzu Chi terus menjelaskan kepada mereka agar mereka dapat membawa pulang botol kosong, plastik bekas, dan lain-lain.
Dalam perjalanan berangkat dan pulang berlayar, jika melihat sampah yang menggenang di lautan, hendaknya diambil dan dibawa pulang untuk didaur ulang. Ini semua tak hanya dipraktikkan di Yilan, Suao, dan Luodong, melainkan juga di Kinmen, Penghu, dan banyak daerah lainnya. Di daerah-daerah ini, ketika satu tangan bergerak, ribuan tangan turut bergerak untuk melindungi bumi serta membawa manfaat bagi kehidupan manusia. Lihatlah, ini sungguh membuat orang tersentuh. Saya sungguh tersentuh.
Misi pelestarian lingkungan akan menginjak tahun ke-20 pada bulan Agustus mendatang. Bulan Agustus dua puluh tahun yang lalu, pada sebuah ceramah di Taichung saya mengimbau para hadirin untuk menggunakan tangan mereka yang tengah bertepuk tangan melakukan kegiatan daur ulang. Salah seorang hadirin, Nona Yang segera mempraktikkan kegiatan daur ulang setelah mendengarnya. Ia mulai mengumpulkan koran dan kardus dari tetangga dan teman-temannya. Kegigihannya menginspirasi beberapa warga lansia untuk melakukan kegiatan yang sama. Banyak orang yang memujinya. Setelah mendengar ceramah saya, ia langsung mempraktikkannya secara nyata. Alhasil, banyak orang yang turut membantunya.
Jadi, seminggu sekali wanita muda ini pergi mengumpulkan sampah. Setelah 2 hingga 3 bulan kemudian, kegiatan daur ulang menghasilkan ribuan NT. Ia kembali bertanya pada saya, “Uang ini harus disumbang atas nama siapa?” Saya pun menjawab, “Pakai namamu saja, karena itu hasil kerja kerasmu.” Ia berkata, “Tidak, saya dibantu oleh beberapa kakek dan nenek, jadi saya tak boleh memakai nama saya.”
Saya pun semakin tersentuh. Karena itu, saya kembali menyarankan, “Kalau begitu, pakai nama ‘pelestarian lingkungan’ saja.” Inilah awal mula kegiatan daur ulang. Ketika komite Tzu Chi mendengar hal ini, ia berkata bahwa, “Nona Yang menghasilkan begitu banyak dalam 2 hingga 3 bulan, sungguh luar biasa.” Kemudian, para anggota komite Tzu Chi pun mulai mengumpulkan barang-barang daur ulang dari tetangga dan teman-temannya.
Jadi, kita tak boleh memandang rendah hal-hal kecil dan meremehkan satu tindakan kecil. Kita dapat melihat ketika satu tangan bergerak, ribuan tangan akan mengikuti; satu mata memandang, ribuan mata turut melihat. Lihatlah, saat satu orang mengulurkan tangan, banyak orang akan mengikutinya. Kekuatan yang terhimpun sungguh tak terbatas. Kini Taiwan memiliki lebih dari 4.000 posko daur ulang dan lebih dari 200 posko daur ulang edukatif. Kegiatan daur ulang dapat dijadikan pendidikan. Kini lebih dari 200 posko daur ulang edukatif tersebar di Taiwan. Bahkan ada beberapa dosen membawa muridnya ke posko daur ulang untuk belajar. Banyak dosen berkata, “Kalian para ibu-ibu, kakek, dan nenek lebih mengerti makna barang-barang ini dibanding kami.” “Kami bisa bicara tentang ilmu yang dalam, namun tak dipraktikkan dalam tindakan, sehingga tak sungguh-sungguh memahaminya.”
Sebaliknya, para Bodhisatwa daur ulang, meski tak berpendidikan tinggi, namun dapat membimbing orang lain. Kita semua mengetahui bahwa perubahan iklim dan polusi di bumi berkaitan dengan pelestarian lingkungan. Meski yang terlihat hanyalah tumpukan sampah, namun sesungguhnya hal ini menunjukkan bahwa manusia boros dalam menggunakan barang-barang. Dengan memboroskan barang-barang ini, berarti kita memboroskan sumber daya dan energi alam. Jika kita pikirkan baik-baik, segala sesuatu di dunia ini mengandung prinsip kebenaran yang dalam. Kita hanya melihatnya sebagai setumpuk sampah. Sesungguhnya, di balik setiap sampah terkandung prinsip kebenaran alam yang dalam. Banyak prinsip kebenaran terkandung di dalamnya.
Kita merasa terganggu melihat setumpuk sampah. Namun, gangguan ini adalah pangkal pencerahan. Lihatlah tumpukan sampah ini sebenarnya mengandung prinsip kebenaran yang dalam dan murni. Karena itu, kita semua harus memerhatikan pelestarian lingkungan. Tahun ini misi pelestarian lingkungan Tzu Chi memasuki tahun ke-20. Sungguh banyak rasa syukur yang tak dapat diungkapkan satu per satu.
Singkat kata, di seluruh penjuru Taiwan kita dapat melihat relawan daur ulang Tzu Chi. Setiap kali berkeliling Taiwan, jika waktu memungkinkan saya akan mengunjungi posko daur ulang. Setiap kali mengunjungi relawan daur ulang, saya bagaikan kembali mendapat pelajaran. Saya membabarkan Dharma serta prinsip kebenaran, dan mereka menerapkannya dalam keseharian. Setelah merasakan hasil yang menakjubkan, mereka kembali berbagi pengalaman dengan saya. Saya sungguh merasakan kebahagiaan dalam Dharma. Inilah manfaat pembabaran Dharma. Saya sungguh berterima kasih.
Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi / Foto: Da Ai TV Taiwan