Suara Kasih: Air sebagai Sumber Kehidupan

 

 

Judul Asli:

Air sebagai Sumber Kehidupan

Air memberi manfaat dan menghidupi segala kehidupan di dunia
Senantiasa bersyukur, menghargai berkah, dan memupuk kebiasaan yang baik
Menyerap air Dharma ke dalam hati dan giat menyebarkan cinta kasih
Semoga negara tenteram, rakyat sejahtera,dan iklim bersahabat

Lihatlah, saat musim kemarau, air menjadi sangat langka. Bodhisatwa sekalian, kelangkaan air mendatangkan dampak yang besar  bagi kehidupan kita. Air bisa memberi manfaat dan menghidupi semua makhluk di dunia. Selain bisa menumbuhkan tanaman pangan, air juga menopang kehidupan manusia. Kita harus berterima kasih kepada air yang telah menopang kehidupan kita. Alangkah baiknya kehidupan yang memiliki air. Saat mencuci tangan, kita juga harus bersyukur. Keran air janganlah dibuka terlalu besar. Janganlah membiarkan air terbuang sia-sia di tangan kita. Penggunaan air juga hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kita. Kita harus selalu berterima kasih kepada air. Rasa syukur itu harus kita wujudkan dengan menghargai air.

Kita harus menghargai air. Dengan demikian,  sumber daya air bisa terlindungi selamanya. Tak peduli berapa jauh sumber mata air dari kita, asalkan kita menghargainya, sumber mata air akan mengalir selamanya. Saat melihat air mengalir, kita bagaikan melihat harapan hidup. Akan tetapi, saat melihat  permukaan tanah yang kering, kita akan merasa sangat khawatir. Kemarin, saya melihat sebuah laporan berita tentang sekelompok orang dari luar negeri yang mengimbau agar material pembuat jalan diganti dengan bahan yang bisa menyerap air supaya saat hujan turun, air bisa menyerap ke dalam tanah. Melihat tayangan berita itu kemarin, saya kembali teringat pada gempa  21 September tahun 1999 silam. Saat itu, saya berkata bahwa kita hendaknya membiarkan bumi bernapas dan membiarkan air meresap ke dasar bumi. Karena itu, di sekeliling bangunan Tzu Chi selalu tersusun konblok. Sebelum konblok disusun satu per satu, kita terlebih dahulu melapisi permukaan tanah dengan kerikil. Dengan demikian, saat hujan, air hujan bisa meresap ke dalam tanah.

Cara ini bisa menjaga kelestarian air. Akan tetapi, kebanyakan jalan saat ini menggunakan aspal dan semen. Karena itu, saat hujan, air tak bisa meresap. Ditambah lagi penebangan hutan. Konservasi air dan tanah yang tak dijaga dengan baik memicu terjadinya tanah longsor atau pendangkalan dasar sungai. Saat hujan, air tak dikelola dengan baik sehingga mendatangkan bencana, sedangkan saat tidak hujan,  kekeringan pun terjadi.  Saat kekurangan air, manusia menyedot air dari bawah tanah. Pantas saja, sumber mata air dalam tanah menjadi mengering. Ini bisa mendatangkan ancaman bagi manusia. Jadi, setiap orang harus meningkatkan kewaspadaan dan mulai menghargai air dalam keseharian.

Tanggal 22 Maret diperingati sebagai Hari Air Sedunia. Hari Air Sedunia mengingatkan orang-orang agar menghargai air karena air adalah sumber kehidupan. Kita melihat siaran berita melaporkan bahwa dalam kurun waktu satu tahun, ada lebih dari 180.000 orang yang meninggal dunia akibat minuman manis. Kita hendaknya minum air putih saja. Air putih yang telah dimasak adalah minuman yang paling aman. Akan tetapi, banyak orang  yang tak suka minum air putih. Mereka lebih suka minuman  yang mengandung pemanis. Ini tidak baik bagi kesehatan. Kita sungguh harus menjaga keselarasan alam dan tubuh kita dengan bersungguh hati.

Bencana akibat ulah manusia juga sangat mengkhawatirkan. Pemerintah Suriah memperkirakan bahwa warga yang mengungsi akibat konflik di Suriah adalah sekitar 4 juta jiwa. Bayangkan, di antara 4 juta jiwa itu, ada orang tua, anak-anak, orang sakit, dan orang cacat. Orang yang mengungsi dan tak memiliki tempat tinggal  sangatlah banyak. Karena itu, kita harus menghargai kehidupan yang aman dan tenteram yang kita miliki. Memiliki kehidupan yang aman dan tenteram adalah harapan kita semua. Kita harus memiliki cinta kasih. Kita juga melihat Brasil. Banjir yang melanda Brasil tahun lalu sangat parah.  Setelah banjir surut, insan Tzu Chi segera terjun ke lokasi bencana. Selain menggelar baksos kesehatan dan gunting rambut gratis,insan Tzu Chi juga menyediakan makanan hangat. Di mana pun bencana terjadi, insan Tzu Chi selalu bergerak untuk memberikan penghiburan dan meringankan penderitaan warga. Ini semua sungguh penuh kehangatan.

Kita juga melihat  insan Tzu Chi di Afrika Selatan. Beberapa waktu lalu, mereka menggelar sebuah acara doa bersama. Anggota Tzu Ching Afrika Selatan juga mensosialisasikan pola makan cukup kenyang 80 persen melalui pementasan drama pendek. Mereka mementaskan kisah semangat celengan beras dari Myanmar dan itu berhasil menginspirasi banyak warga local dan para pengusaha Tionghoa. Setiap orang berdoa bersama dan memahami bahwa pola makan cukup 80 persen kenyang selain bisa menyehatkan badan, juga bisa menolong orang yang membutuhkan.

Melihat pemandangan demikian, saya merasa dipenuhi dengan kehangatan. Kita juga melihat anggota Tzu Ching di Universitas Teknologi Chin-Yi di Taichung. Mereka terus mempertahankan  kebiasaan untuk bangun pagi demi mendengarkan ceramah saya. Mereka selalu mencatat dan menulis apa yangmereka dengar di papan tulis. Melihat mereka begitu bersemangat untuk mewariskan Dharma, saya juga merasakan kehangatan. Tzu Ching sungguh giat mewariskan Dharma.

Setiap orang harus menyerap Dharma ke dalam hati. Dengan demikian, barulah kita bisa membangkitkan cinta kasih untuk mengasihi bumi, menghargai, dan menghemat semua sumber daya alam. Selain itu, kita juga harus menghemat air, listrik, dan menghemat sisa dapur yang tidak seharusnya ada. Itu semua harus kita jadikan sebagai kebiasaan. Jadi, untuk memiliki kehidupan yang baik, kita harus memupuk kebiasaan baik. Kita harus memupuk kebiasaan yang baik agar sumber daya alam bisa terus digunakan untuk menopang kehidupan manusia dan menghidupi semua tanaman di dunia. Dengan demikian, barulah iklim bisa bersahabat, negara aman, dan rakyat sejahtera. Bukankah ini doa kita semua?

Ini semua bukan hal yang tidak mungkin. Setiap orang harus memiliki keyakinan. Kita harus memulainya dari diri sendiri, lalu menginspirasi lebih banyak orang lagi. Kita harus mewariskan semangat cinta kasih tak hanya kepada satu orang, melainkan kepada orang-orang di sekitar kita, lalu dari orang-orang di sekitar kita diwariskan lagi kepada orang-orang di seluruh dunia ini. Tak ada hal yang tidak mungkin. Buddha berkata bahwa pikiran adalah pelopor segalanya. Asalkan memiliki niat,  tak ada yang tidak bisa dicapai. Yang penting kita harus bersungguh hati. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou )

 
 
Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -