Suara Kasih : Akibat Peradaban Manusia
Judul Asli:
Bencana Akibat Peradaban Masa Kini
Ledakan sumur minyak dalam laut merusak lingkungan
Pencemaran lautan membawa bencana besar
Berintrospeksi dan menyucikan hati demi menyelamatkan bumi
Menghormati langit dan bumi serta kembali pada hakikat yang murni
Beberapa hari yang lalu sekitar 200 relawan di Suzhou mengadakan pertunjukan drama musikal Sutra Bakti Seorang Anak. Kita dapat melihat para anak muda terharu dengan pertunjukannya sendiri dan menyadari budi luhur orang tua. Kita juga dapat melihat banyak penonton yang menangis karena terharu melihat pertunjukan itu. Inilah bentuk pendidikan yang sangat dalam.
Pada 4 Mei malam, Tuan David D’Or menggelar konser di Taiwan. Sebenarnya, ia diundang ke Shanghai untuk mengadakan konser, namun ia menggunakan waktu luangnya untuk datang ke Taiwan. Terealisasinya kunjungan ke Taiwan kali ini, selain berkat kesediaan David D’Or dan timnya, kita juga harus berterima kasih kepada Tuan Gamzou, perwakilan Kantor Urusan Ekonomi dan Budaya Israel. Masa tugasnya di Taiwan akan berakhir. Karena itu, sebelum meninggalkan Taiwan, beliau mengadakan konser yang sangat meriah. Pendapatan dari konser musik ini akan disumbangkan ke Tzu Chi untuk menolong korban bencana di dunia.
Tuan Gamzou mengundang banyak pejabat asing, bahkan duta besar Haiti pun turut hadir. Pada akhir acara, semua orang berdoa bersama untuk Haiti. Acara malam itu sungguh menyentuh dan penuh kegembiraan. Acara ini sangat berpengaruh dalam menyucikan hati manusia. Tanpa hati yang murni dari setiap orang, maka dunia akan ikut tercemar sehingga hati manusia maupun kondisi bumi tidak akan tenang.
Lihatlah kejadian pada tanggal 25 April di Jalan Tol No. 3, dekat Keelung, bagian utara Taiwan. Pada siang hari yang cerah tanpa hujan, angin, maupun gempa bumi, tiba-tiba terjadi tanah longsor yang memutus akses jalan tol. Inilah yang terjadi di Taiwan. Pada hari yang sama, di Amerika Serikat juga terjadi tanah longsor sehingga jalan pun terputus. Oleh karena itu, baik pemerintah Amerika Serikat maupun Taiwan sungguh menghabiskan banyak uang dan tenaga demi memperbaiki jalan itu.
Di Taiwan, sesaat setelah kejadian, insan Tzu Chi segera bergerak untuk mendirikan posko bantuan 24 jam, menyediakan makanan hangat, minuman, dan lain-lain, serta memberikan perhatian kepada petugas penyelamat. Pada saat itu, saya berkata kepada insan Tzu Chi bahwa penyaluran bantuan selama 3 hari ini boleh dilakukan, namun karena jalan tol ini merupakan jembatan tinggi, maka kita jangan terus menambah beban beratnya.
Banyaknya timbunan tanah sudah menambah bebannya, ditambah banyaknya truk dan alat-alat berat. Jika orang dan kendaraan terus bertambah, tidak baik bagi jalan ini. Dilaporkan bahwa tiang jembatan mengalami kerusakan sehingga harus dibangun ulang. Jika demikian, kapan jalan ini baru dapat digunakan kembali?
Di Teluk Meksiko terjadi ledakan sumur minyak dalam laut sehingga minyak terus mengalir keluar. Bahaya kerusakan laut yang ditimbulkan sungguh mengkhawatirkan. Ini disebabkan oleh umat manusia yang terlalu bernafsu mengejar kemajuan industri. Contohnya, demi kenyamanan transportasi manusia terus membangun jalan tol. Taiwan adalah pulau yang kecil, namun di mana-mana terdapat jalan tol sehingga terjadi kerusakan lingkungan yang parah. Nafsu keinginan manusia menyebabkan mereka kehilangan arah. Entah mengapa meski bencana alam seperti tanah longsor dan lain-lain terus terjadi, manusia masih tidak menyadari pelajaran di baliknya. Tanpa memahami cara melindungi lingkungan, mereka masih terus merusak bumi. Apakah mereka tidak sadar ataukah tidak peduli, kita juga tidak tahu.
Mengapa manusia senantiasa mengejar keuntungan pribadi? Sungguh mengkhawatirkan. Perbuatan buruk merusak lingkungan ini mendatangkan banyak bencana seperti yang kita lihat sekarang. Banyak orang tertimpa bencana. Jika masih diteruskan, entah apa yang harus dilakukan. Sekitar 100 tahun yang lalu Taiwan bagian barat mulai mengoperasikan layanan kereta api. Dengan kereta api, dari Pingtung ke Taipei dan Keelung menghabiskan waktu 1 hari. Dengan adanya jalan tol, dari Kaoshiung ke Taipei hanya perlu sekitar 4 jam. Kini telah ada kereta cepat. Dari Kaoshiung ke Taipei hanya perlu 2 jam. Demikian juga dengan pesawat terbang. Kini jalan tol direncanakan akan kembali dibangun. Entah berapa banyak lagi yang akan dibangun. Kini transportasi sudah sangat maju. Namun, semakin maju suatu negara, makin banyak pula karma buruk yang diciptakan.
Karma buruk yang telah dilakukan berkekuatan sangat besar. Kelak entah apa yang akan terjadi. Bukankah Amerika Serikat adalah negara maju? Lihatlah, setelah sumur minyak meledak, semua orang tak tahu harus berbuat apa sehingga minyak terus mengalir keluar. Bukankah ini merupakan buah karma buruk? Apakah orang-orang menyadarinya? Setelah mengeksploitasi daratan, lautan, pegunungan, manusia belum merasa cukup. Mereka bahkan menjelajah ke luar angkasa.
Kemarin saya membaca surat kabar dan sungguh terkejut dengan berita adanya wisata ke luar angkasa selama 12 hari seharga 35 juta dolar AS atau sekitar 1,1 miliar dolar NT (Rp 350 miliar). Coba pikirkan, betapa banyaknya dan korban bencana yang membutuhkan bantuan. Banyak orang yang hidup dalam penderitaan. Wisata ke luar angkasa selama 12 hari memakan biaya 35 juta dolar AS. Bayangkan, pikiran manusia sungguh aneh. Saya sungguh tak mengerti. Jadi, yang terpenting bagi kita sekarang selain Empat Misi Tzu Chi adalah penggalangan Bodhisatwa dunia.
Untuk menjalankan 4 Misi dan 8 Jejak Langkah, kita harus menggalang lebih banyak Bodhisatwa. Ini semua bertujuan membangkitkan cinta kasih dalam diri setiap orang agar mereka dapat kembali pada hakikat diri yang murni. Pertunjukan drama musikal yang dipentaskan bertujuan agar semua orang menyadari budi luhur orang tua, guru, dan semua makhluk serta dapat menghormati langit dan menyayangi bumi beserta segala isinya. Inilah pesan yang tersirat dalam drama itu agar semua orang dapat kembali pada hakikat diri yang murni.
Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi
Foto: Da Ai TV Taiwan