Suara Kasih: Bantuan Pembangunan Tzu Chi Mendatangkan Harapan

 

 

Judul Asli:

Bantuan Pembangunan Tzu Chi Mendatangkan Harapan

Kobaran api yang tak berperasaan menghanguskan rumah penduduk
Insan Tzu Chi menggarap proyek pembangunan dan memberi harapan pada warga
Mengubah pola pikir dan senantiasa berpuas diri agar hati bisa merasa tenang
Menyebarkan benih kebajikan ke seluruh penjuru dunia

Setiap kali melihat Indonesia, saya selalu mengucapkan terima kasih. Ini semua bermula dari sekelompok ibu rumah tangga asal Taiwan yang membawa kekuatan dan semangat cinta kasih serta harapan ke Indonesia. Saat itu, Su-mei dan beberapa ibu rumah tangga lainnya berjalan selangkah demi selangkah dengan mantap untuk mengemban misi Tzu Chi. Hingga pada tahun 2002, bencana banjir parah di Jakarta mematangkan jalinan jodoh Tzu Chi dengan para pengusaha setempat.

Proses berdirinya Tzu Chi di Indonesia sungguh telah mengukir sejarah yang sangat indah di dalam kitab sejarah Tzu Chi. Berkat kekuatan cinta kasih, insan Tzu Chi menggerakkan sumber daya setempat guna berkontribusi bagi warga setempat. Terlebih lagi, di sejumlah sudut di Indonesia, masih terdapat banyak warga kurang mampu.

Contohnya, permukiman kumuh di pinggiran rel kereta api. Di sebuah ruang yang kecil dan bobrok, tiga keluarga tinggal bersama dan tidur secara bergilir tiga kali dalam sehari. Saat salah satu keluarga mendapat giliran malam, mereka bisa tidur di dalam pada malam itu. Ada keluarga yang mendapat giliran tidur di pagi hari, ada pula yang mendapat giliran di siang hari. Pagi hari, siang hari, dan malam hari, demikianlah mereka bergilir. Tiga keluarga itu secara bergilir menggunakan ruang yang bobrok dan kecil itu. Saya bertanya, “Apa yang dilakukan oleh orang yang tak mendapat giliran tidur di malam hari?” Relawan kita menjawab, “Membawa anak mereka berkeluyuran di luar. Mereka menunggu hingga pagi, setelah orang lain keluar, baru mereka masuk untuk tidur.” Ini sudah menjadi kebiasaan hidup mereka. Selama bertahun-tahun ini, kita sering melihat kondisi seperti ini.

Di Indonesia, ada delapan juta lebih keluarga yang tinggal di permukiman kumuh. Di Jakarta saja, sudah terdapat 40 lebih permukiman kumuh. Selama enam tahun ini, kita terus berusaha berkomunikasi dengan pemerintah setempat bagaimana cara meningkatkan taraf hidup warga di permukiman kumuh. Selama enam tahun ini, kita telah membangun lebih dari 800 unit rumah. Di tempat-tempat yang terpisah, kita membangun puluhan unit rumah. Selama enam tahun ini, rumah di permukiman kumuh yang sudah kita bantu berjumlah lebih dari 800 unit. Kekuatan cinta kasih sungguh sangat besar. Tentu saja, ini semua masih belum berakhir karena jumlah warga kurang mampu sungguh sangat banyak.

Meski demikian, insan Tzu Chi tetap melangkah maju dengan penuh semangat. Saya sungguh merasa terhibur. Setiap rumah itu dibangun dengan cinta kasih sebagai pilar dan kebijaksanaan sebagai tembok. Para relawan yang ikut berkontribusi bisa merasakan cinta kasih universal yang tanpa pamrih, sedangkan orang-orang yang menerima bantuan merasakan anugerah yang luar biasa. Beberapa dari penerima bantuan bertekad untuk menjadi relawan ataupun mendukung semangat celengan bambu. Banyak penerima bantuan yang terinspirasi.

Meski berada di tengah kekurangan, mereka tetap kaya secara batin. Semoga mereka bisa menjadi orang yang kaya lahir batin. Mereka sungguh dipenuhi berkah. Sekelompok orang yang bisa menempati rumah baru itu sungguh dipenuhi berkah. Jika tidak, lihatlah betapa banyak orang yang belum berkesempatan menerima bantuan. Bukahkah orang-orang yang sudah menerima bantuan itu adalah orang-orang yang memiliki berkah dan memiliki jalinan jodoh baik? Setelah menyadari berkah yang dimiliki, kini mereka mulai terinspirasi untuk turut membantu orang lain. Meski bukan orang yang sangat berada, mereka bersedia ikut bersumbangsih setiap hari.

Meski hanya menyisihkan uang koin, kita juga bisa membantu orang lain. Kita juga melihat tahun lalu, terjadi sebuah kebakaran yang menghanguskan hampir 100 unit rumah di sebuah desa di Medan. Setelah melakukan komunikasi secara berulang kali, akhirnya para korban bencana bersedia menyediakan lahan mereka. Warga yang memiliki lahan besar bersedia mengurangi luas lahan mereka agar lahan orang lain yang lebih kecil bisa lebih diperluas sedikit. Setelah itu, Tzu Chi membantu mereka membangun perumahan dengan tatanan yang rapi. Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Bakung telah selesai dibangun. Setiap rumah dilengkapi dengan perabot yang baru. Lihatlah, perabot-perabot di dalam rumah semuanya sangat cantik. Banyak warga yang bahkan tak pernah bermimpi mereka bisa memiliki lingkungan hidup yang begitu baik. Setiap keluarga merasa sangat bersyukur.

Ini semua terwujud berkat cinta kasih. Cinta kasih ini bisa terhimpun karena para pengusaha dan masyarakat setempat telah melihat sumbangsih Tzu Chi dalam jangka panjang sehingga mereka bersedia mendonasikan uang. Dengan dana sebesar 8 miliar rupiah lebih atau sekitar 20 juta dolar NT lebih, kita sudah bisa membangun Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Bakung.

 

Kita juga melihat ledakan bom di Boston, Amerika Serikat. Tragedi ini bersumber dari pikiran manusia. Ketidakselarasan pikiran manusia menciptakan banyak tragedy sehingga membuat masyarakat tak bisa hidup tenang. Ini sungguh disesalkan. Jika setiap orang di dalam masyarakat bisa saling berinteraksi dengan harmonis, bukankah ini sangat baik? Selain itu, di Irak, dalam waktu sehari terjadi serangkaian bom mobil. Tragedi ini terjadi akibat ulah manusia.

Selain itu, masih ada suatu hal yang sangat membuat kita khawatir  sekarang,yaitu wabah penyakit flu burung H7N9. Banyak orang merasa ketakutan dan tidak tenang. Kabarnya, unggas-unggas ternak masih terus dimusnahkan. Melihat manusia terus menciptakan karma buruk dan betapa banyak makhluk hidup yang tersiksa, saya sungguh merasa tak berdaya. Kita juga melihat Iran diguncang gempa berkekuatan 7,8 SR. Ketidakselarasan unsur tanah, bencana alam, dan mewabahnya penyakit menular, semuanya terjadi karena karma buruk kolektif semua makhluk. Kita juga melihat seorang relawan Tzu Chi di Lesotho. Saat dalam perjalanan untuk melakukan kunjungan kasih, relawan ini menerima kabar dari keluarganya bahwa istrinya meninggal dunia secara mendadak akibat serangan jantung. Dia menerima kabar ini saat berada dalam perjalanan. Karena itu, dia mengubah cinta kasihnya menjadi cinta kasih universal dan terus melangkah maju bersama insan Tzu Chi.

Kita juga melihat seorang anak muda di Filipina. Tanpa bantuan pendidikan Tzu Chi, anak itu tak bisa menimba ilmu hingga jenjang perguruan tinggi. Setelah lulus perguruan tinggi, anak itu bertekad untuk membalas budi Tzu Chi. Singkat kata, asalkan ada cinta kasih, cinta kasih sebagai pilar dan kebijaksanaan sebagai tembok, kita bisa membawa harapan bagi dunia. Melihat berbagai bencana di dunia, kita hendaknya membangkitkan kekuatan cinta kasih untuk membawa harapan. Baik memberikan bantuan dana pendidikan maupun berkontribusi untuk membantu semua orang yang menderita, semuanya membutuhkan kebijaksanaan dan cinta kasih. Inilah harapan bagi kehidupan manusia. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 
Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -