Suara Kasih: Batin yang Murni

 

Judul Asli:

 

Tanah Suci Tercipta dari Batin yang Murni

 

Bertumbuhnya benih kebajikan di Sri Lanka
Berdana dengan penuh sukacita
Bantuan internasional akan segera disalurkan
Menciptakan Tanah Suci dengan doa yang tulus

Kita dapat mengingat kembali bahwa pada tanggal 26 Desember 2004 tsunami melanda Sri Lanka dan mengakibatkan kerusakan sangat parah. Dalam jangka waktu panjang, insan Tzu Chi memberikan bantuan di Sri Lanka. Mereka juga mengadakan baksos pengobatan dan membangun Perumahan Cinta Kasih di Hambantota.

Tujuh tahun telah berlalu. Perumahan tersebut kini bagaikan Tanah Suci. Kita dapat melihat Hambantota yang penuh kemakmuran. Kita juga masih ingat akan sekolah yang dibangun Tzu Chi di sana, yakni Sekolah Nasional Tzu Chi yang menyediakan pendidikan yang baik bagi anak-anak setempat. Yang lebih luar biasa adalah pascabencana warga setempat kehilangan harta benda dan kesulitan untuk bertahan hidup. Namun kini, semua orang membangkitkan cinta kasihnya dan saling mendukung antarsesama. Hal ini sungguh membuat orang tersentuh.

Kapankah kita dapat mengubah dunia ini menjadi Tanah Suci? Kapankah hal ini akan terwujud? Sesungguhnya, saat batin kita murni, maka lingkungan kita akan bagaikan Tanah Suci. Jika semua orang memiliki keyakinan dan menaati ajaran agamanya, maka dunia akan menjadi Tanah Suci. Bila setiap orang memiliki niat bajik, maka dunia akan dipenuhi Bodhisatwa dunia. Kita telah melihat benih kebajikan yang dimiliki warga Sri Lanka. Mereka memiliki benih kebajikan dan cinta kasih dalam hatinya. Setibanya di sana, insan Tzu Chi bersumbangsih sepenuh hati untuk menginspirasi warga setempat dan membagikan 4 misi Tzu Chi kepada mereka. Kini mereka telah memiliki relawan setempat yang sangat giat bersumbangsih.

 

Setelah Jepang dilanda bencana, mereka bergerak untuk menggalang dana. Di Hambantota, menghimpun orang bukanlah hal yang mudah karena harus menyampaikannya dari mulut ke mulut. Sarana transportasi pun sangat terbatas. Ada yang menumpang bus, ada pula yang berjalan kaki menuju kantor cabang Tzu Chi setempat untuk mengikuti rapat. Mereka membahas tentang cara penggalangan dana di jalanan dan dari rumah ke rumah. Mereka membentuk tim dengan sangat cepat dan efisien. Mereka membangkitkan cinta kasih dalam hatinya. Hal ini sungguh tak mudah. Mereka juga terus menjalankan misi amal di sana.

Salah satu penerima bantuan adalah sepasang lansia. Anak-anak mereka telah berumah tangga. Sepasang lansia ini tinggal bersama anak dan menantunya. Kehidupan mereka serba kekurangan. Mereka tinggal di rumah yang sangat kecil dan tidak memiliki hubungan yang baik satu sama lain. Karena itu, sepasang lansia ini pun membangun tempat tinggal yang kecil dan sempit bagi mereka sendiri. Setelah diterpa angin dan hujan beberapa waktu, rumah kecil itu pun menjadi sangat reyot dan hampir roboh.

Seorang pekerja sosial melihat hal ini dan merasa tak tega. Karena itu, para relawan beserta dengan warga di Perumahan Cinta Kasih setempat segera bergerak untuk membangun rumah baru bagi sepasang lansia tersebut. Saat anak-anaknya melihat sumbangsih orang-orang bagi orang tuanya, mereka pun turut membantu. Jadi, dalam waktu beberapa hari, rumah pun selesai dibangun. Seorang relawan membagikan pengalamannya. "Setelah membantu Charlis dan istrinya, saya pun paham bahwa menolong orang tak harus dengan uang, melainkan bisa dengan tenaga. Yang kita butuhkan bukan uang yang banyak, melainkan niat baik dari banyak orang."

Dengan himpunan tenaga dari banyak orang, mereka dapat membangun sebuah rumah bagi sepasang lansia tersebut. Donasi dari setiap orang, meski hanya 50 sen atau 1 dolar, dapat dihimpun untuk membantu korban bencana di negara lain. Mereka sangat menghargai sumbangsih Tzu Chi yang membuat fisik dan batin mereka merasa tenang sehingga mereka dapat bekerja dengan baik. Kini kehidupan setiap orang di sana sudah jauh lebih baik dan cinta kasih mereka pun terbangkitkan sehingga dapat menolong orang lain.

Mereka sangat berterima kasih kepada Tzu Chi dan bertekad untuk menjadi relawan serta berusaha sekuat tenaga untuk bersumbangsih dalam misi bantuan internasional. Mereka juga mengadakan upacara pemandian rupang Buddha pada bulan Mei lalu. "Ini adalah pengalaman pertama saya. Saya bersyukur atas kesempatan ini karena dapat berdiri di depan rupang Buddha. Saat menyentuh air, saya merasa seperti menyentuh kaki Buddha. Upacara ini sederhana, namun sangat khidmat. Saya sangat menghargai sumbangsih Tzu Chi bagi warga Sri Lanka," tutur salah satu warga.

Inilah cara kita mengubah dunia menjadi Tanah Suci. Sesungguhnya, Tanah Suci ada dalam hati kita saat batin dalam kondisi murni. Selama 7 tahun ini kita dapat melihat ladang-ladang batin manusia yang digarap dengan sangat baik. Saya sangat bersyukur atas dedikasi para relawan. Baiklah, kita harus berdoa dengan hati yang tulus bagi mereka yang telah bersumbangsih sepenuh hati.

Kegiatan penyaluran bantuan bagi Jepang telah dimulai. Bencana di Jepang telah berlalu hampir 3 bulan lamanya dan selama itu insan Tzu Chi terus mempersiapkan bantuan berskala besar. Pada tanggal 7 Juni 2011 sebanyak 50 insan Tzu Chi Taiwan berangkat ke Jepang dan bertemu dengan 50 relawan lainnya di sana. Dengan jumlah total 100 orang relawan, mereka akan menuju lokasi bencana untuk mendistribusikan bantuan materi.

Para Bodhisatwa sekalian, cinta kasih kalian yang telah terhimpun akan mulai disalurkan. Ada 39 negara yang menggalang dana bagi Jepang dan bantuan ini akan segera diserahkan langsung kepada korban bencana. Meski pascabencana banyak warga asing yang meninggalkan Jepang, namun insan Tzu Chi malah masuk ke lokasi bencana beberapa kali. Bantuan materi telah siap didistribusikan. Kartu debit akan dibagikan langsung kepada para korban bencana sebagai wujud doa kita yang tulus bagi mereka. Diterjemahkan oleh: Lena.

 
 
Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -