Suara Kasih: Bekerja Demi Ajaran Buddha Demi Semua Makhluk

 

 

Judul Asli:

Bekerja Demi Ajaran Buddha Demi Semua Makhluk

Anggota TIMA mengadakan baksos kesehatan tanpa mengharapkan pamrih
Petani di Myanmar membalas budi Tzu Chi dengan celengan beras
Mengembangkan cinta kasih dan welas asih demi ajaran Buddha dan semua makhluk
Insan Tzu Chi di seluruh dunia bersatu hati dan tekad

Setiap menit dan setiap detik sangatlah berharga karena dalam kehidupan ini, pikiran dan waktu adalah tak terpisahkan. Setiap detik kita membangkitkan sebersit niat. Sebersit niat yang timbul pada detik ini mungkin bisa menjadi penuntun kita seumur hidup. Mungkin sebersit niat yang kita bangkitkan bisa menciptakan sejarah yang dikenang berabad-abad. Tadi, pagi-pagi sekali, baik di Ruang Gan En maupun di aula utama Griya Jing Si, semua orang mengikuti kebaktian dengan penuh semangat. Para relawan di ruang ceramah juga mengikuti kebaktian dengan bersemangat pada pagi-pagi sekali. Selain itu, kita juga mendengar lantunan Gatha Pendupaan dari kejauhan. Insan Tzu Chi di dalam mengadakan kebaktian, sedangkan insan Tzu Chi di luar melakukan pradaksina. Setiap kali melafalkan nama Buddha, hati kita harus sangat dekat dengan hati Buddha. Di dalam setiap langkah, mereka menampilkan semangat Dharma. Ini karena mereka memiliki Buddha di dalam hati dan Dharma di dalam tindakan. Karena itulah, Bodhisatwa dunia bisa tersebar ke seluruh dunia.

Selain di Hualien, kita juga melihat para dokter dari RS Tzu Chi. Tak peduli di mana pun berada, para staf dari misi kesehatan Tzu Chi selalu bekerja sama dengan harmonis. Mereka bukan sekadar bicara saja, namun telah melakukannya secara nyata. Tindakan nyata kalian sudah terlihat jelas oleh saya. Kalian telah melihat sendiri betapa rapinya kalian tadi pagi. Semua orang telah bersatu hati. Saat kalian berjalan selangkah demi selangkah di tengah barisan yang panjang, hati Buddha sudah ada di dalam hati kalian dan setiap langkah kalian telah meninggalkan jejak Bodhisatwa. Itu semua mengandung Dharma. Karena itu, kita harus menghargai kehidupan, menghormati kehidupan, melindungi kehidupan, dan menjaga kesehatan semua orang. Inilah misi kita.

Kita juga melihat di Thailand. Saat menyalurkan bantuan bagi korban bencana banjir tahun lalu, Tzu Chi menjalin tidak sedikit jodoh baik dengan warga setempat. Kali ini, RS setempat bekerja sama dengan kita untuk mengadakan baksos kesehatan di wilayah pedesaan. Semua orang di lokasi baksos kesehatan sangat ramah. Ke mana pun saya pergi, selalu ada relawan yang mendampingi. Saya sangat terharu atas perhatian kalian. Saat pergi ke baksos kesehatan lain, dokter tidak memberikan obat untuk cucu saya. Hari ini, dokter tak hanya memeriksa cucu saya, namun juga memberikan kami obat. Relawan juga terus memperhatikan kami.

Bahasa Thailand berbeda dengan kita, tetapi hati kita semua sama. Para dokter, perawat, dan insan Tzu Chi memiliki hati Bodhisatwa yang selalu memberi manfaat bagi semua makhluk. Sejarah demi sejarah ini terukir berkat kerja keras insan Tzu Chi setiap saat. Di seluruh dunia ini terdapat banyak hal yang menggembirakan dan penuh kehangatan.

Dibalik tayangan yang penuh kehangatan, masih terdapat banyak orang yang hidup menderita. Bodhisatwa datang untuk menjangkau semua makhluk yang hidup menderita. Di mana pun ada penderitaan, Bodhisatwa akan muncul untuk membantu. Contohnya lima tahun lalu, insan Tzu Chi menginjakkan kaki di Myanmar untuk memberikan bantuan. Melihat penderitaan warga setempat, kita mulai memberikan bantuan kepada mereka secara rutin berupa bibit padi dan pupuk. Berhubung Myanmar dan Taiwan tidak memiliki hubungan diplomatik, maka insan Tzu Chi Malaysia-lah yang selalu berada di sana untuk berbagi tentang semangat dan ajaran Tzu Chi kepada warga setempat. Seorang petani pun mulai terinspirasi. Setiap hari, dia berdiri di tengah sawahnya untuk mengucapkan kata-kata baik dan berterima kasih kepada sawahnya. Ia berkata, “Dengan adanya cinta kasih Master Cheng Yen, semoga bibit-bibit padi ini bisa cepat tumbuh. Semoga semua orang di dunia memiliki pangan yang cukup. Semoga Master selalu sehat dan hidup sejahtera”. Petani setempat sangat baik hati. Berhubung tidak mampu menyisihkan uang ke celengan bambu, mereka menyisihkan segenggam beras setiap kali sebelum memasak nasi untuk membantu orang lain yang lebih membutuhkan. Sejak saat itulah, saya mulai mengimbau orang-orang untuk cukup makan 80 persen kenyang. Empat orang menyisihkan segenggam beras bisa menghasilkan semangkuk nasi. Bukankah ini semangat kenyang 80 persen dan menggunakan 20 persennya untuk membantu orang lain? Ini adalah kisah yang inspiratif.

Kita juga melihat kondisi pascagempa di Ya’an, Sichuan. Selama belasan hari ini, insan Tzu Chi terus berada di sana untuk menenteramkan hati, menenangkan raga, dan memulihkan kehidupan para korban bencana. Kemarin, kita kembali membagikan bantuan paket kebutuhan harian dan obat untuk mengobati gigitan nyamuk. Ini karena banyak sekali bangunan setempat yang roboh dan sanitasi lingkungan masih sangat buruk. Kita juga melihat pemerintah setempat yang sangat bersungguh hati.

Melihat banyak warga tidak bisa mencuci dan menjemur pakaian karena sering turun hujan, pemerintah setempat mengirimkan mesin binatu di atas truk agar warga setempat bisa mencuci baju. Warga setempat juga bisa menerima kedatangan insan Tzu Chi dan sumbangsih Tzu Chi yang penuh ketulusan. Warga setempat bisa berinteraksi dengan baik dengan para insan Tzu Chi dan bisa menerima keberadaan insan Tzu Chi.

Insan Tzu Chi juga menghibur anak-anak setempat agar tak lagi merasa takut karena anak-anak itu sudah ketakutan selama berhari-hari. Insan Tzu Chi terus berada di sana untuk menenteramkan hati, menenangkan raga, dan memulihkan kehidupan warga. Mereka juga memberikan bantuan yang paling dibutuhkan warga, meliputi bantuan selimut dan paket kebutuhan sehari-hari. Pembagian bantuan kali ini berdasarkan pada data nama-nama keluarga yang lebih membutuhkan. Pembagian bantuan kita dilakukan secara berurut. Hingga kini, insan Tzu Chi masih berada di lokasi bencana. Inilah kehangatan yang terlihat pascabencana. Banyal hal yang patut saya syukuri. Lima puluh tahun lalu, guru saya berpesan agar saya bekerja keras demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk. Hari ini, saya sungguh dipenuhi rasa syukur. Saya berterima kasih atas kesungguhan hati dan cinta kasih setiap orang dalam menciptakan Dunia Tzu Chi. Semoga setiap niat yang terbangkitkan bisa membimbing kita ke arah yang benar. Saat insan Tzu Chi di seluruh dunia berjalan di arah yang benar, maka ajaran Buddha akan semakin tersebar luas. Terima kasih, semuanya. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 
Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -