Suara Kasih: Belajar dari Siswa Teladan
Judul Asli:
Membina insan berbakat di seluruh dunia | |||
Kemarin adalah upacara wisuda siswa Sekolah Menengah dan SD Tzu Chi Tainan. Di aula yang khidmat itu, kita dapat melihat anak-anak SD, SMP, dan SMA dari usia berbeda-beda mengikuti upacara kelulusan secara bersamaan. Lihat, upacara berlangsung dengan sangat rapi. Inilah pendidikan. Kita dapat mendengar murid SD menjadi pemimpin upacara bagi para murid SD dan murid SMA menjadi pemimpin upacara bagi murid SMP. Upacara itu berlangsung dengan tertib dan rapi. Kita juga melihat pementasan mereka. Pementasan formasi perahu cinta kasih mereka terlihat penuh kekuatan dan semangat. Semua penumpang di atas perahu itu menerjang ombak demi menuju pantai kebahagiaan. Kita juga melihat anak-anak berbagi. “Saya ingin berkata kepada Kakek Guru bahwa saya bersedia menjadi seekor semut yang membantu Kakek Guru menggerakkan Gunung Sumeru,” jelas Du Yuanrong, murid SD Tzu Chi Tainan yang telah lulus. Dia bersedia menjadi seekor semut yang membantu saya menggerakan Gunung Sumeru. Dia sungguh memiliki tekad yang besar. Meski masih kecil, tetapi tekadnya sangat besar. Murid SMP dan SMA juga bertekad untuk mempertahankan sebersit niat baik mereka dengan bersungguh hati. “Saya akan berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki kondisi lingkungan atau membawakan kehangatan bagi orang lain. Setelah masuk SMA,saya akan terus melanjutkan sukacita yang dirasakan saat menjadi relawan. Saya ingat saat berada di RS Tzu Chi Dalin, seorang bibi berkata kepada saya bahwa perbedaan terbesar Rumah Sakit Tzu Chi dengan rumah sakit lain adalah adanya sekelompok relawan yang tulus yang membuat dia lupa akan penyakitnya. Karena itu, apa pun yang terjadi, dia akan tetap memilih RS Tzu Chi. Ini memotivasi saya untuk terus bersumbangih bagi masyarakat. Kelak, setelah berkuliah, saya akan bergabung dengan Tzu Ching untuk terus mewariskan cinta kasih dan kehangatan ini kepada semua orang. Harap Kakek Guru jangan khawatir,”tutur Yang Yongwei, murid SMP Tzu Chi Tainan yang telah lulus. | |||
| |||
Selain itu, mereka juga memanfaatkan waktu senggang untuk menjadi relawan. Dengan menjadi relawan di rumah sakit, mereka bisa memahami ketidakkekalan hidup manusia,memahami penderitaan saat menderita penyakit, dan memahami bahwa lansia sungguh membutuhkan pendampingan. Mereka tak hanya mendengar tentang kenyataan hidup ini,namun juga melihatnya secara langsung.Kita tak hanya memberikan pendidikan yang terdapat di buku pelajaran,namun juga mengajak mereka untuk terjun langsung ke kehidupan nyata untuk menyaksikan penderitaan di dunia. Upacara kelulusan mereka sungguh membuat orang merasa bahagia dan merasakan harapan. Kita juga melihat seorang pemuda di Indonesia. Orang tuanya sudah bercerai sejak dia masih kecil. Ibunya membawa pergi saudara-saudaranya, sedangkan dia memutuskan untuk tinggal bersama ayahnya. Akan tetapi, ayahnya menderita diabetes dan kehidupan mereka serba kekurangan. Sejak sekolah dasar hingga sekolah menengah, anak ini sangat patuh dan memiliki prestasi yang sangat baik. Anak ini juga sangat berbakti. Ayahnya bertekad untuk menyekolahkan anak ini. Meski kondisi keluarganya serba sulit, tetapi dia lulus ujian masuk fakultas kedokteran. Ayahnya menjual semua perabot rumah yang bisa dijual agar anaknya bisa membayar biaya pendaftaran untuk masuk fakultas kedokteran. Akhirnya, dia memiliki biaya kuliah untuk semester pertama, namun bagaimana dengan tahun kedua, tahun ketiga, tahun keempat, tahun kelima, dan tahun keenam? Dari mana dia mendapat uang untuk biaya pendidikan? Ini semua berkat adanya jalinan jodoh. Suatu kali, dia melihat majalah Tzu Chi dan merasa bahwa organisasi Tzu Chi mungkin adalah harapan dalam hidupnya. Dia pun mengajukan bantuan kepada Tzu Chi. Insan Tzu Chi segera datang untuk melakukan survei. Mereka mendapati bahwa anak ini sangat berkepribadian baik dan bercita-cita untuk menjadi dokter. | |||
| |||
Pendidikan tak hanya sebatas pada sekolah kita saja. Contohnya, Myanmar yang berada jauh dari kita. Lima tahun silam, Topan Nargis mendatangkan bencana yang besar bagi Myanmar. Saat itu, insan Tzu Chi mulai menginjakkan kaki di Myanmar demi mencurahkan perhatian dan menghibur warga setempat. Selama ini,selain memberikan bantuan darurat, insan Tzu Chi juga menggarap proyek pembangunan sekolah di sana.Kita membantu membangun 3 gedung sekolah di Myanmar yang terdiri atas 1 gedung sekolah dasar dan 2 gedung sekolah menengah. Satu per satu gedung sekolah itu telah selesai dibangun. Kedua sekolah menengah itu dibangun dengan sangat kokoh dan didesain ulang. Para guru dan murid sangat bersyukur karena akhirnya mereka memiliki lingkungan sekolah yang aman dan lebih luas. Singkat kata, kekuatan cinta kasih ini terhimpun berkat sedikit demi sedikit donasi dari insan Tzu Chi. Jadi, dana kecil bisa melakukan amal besar. Dengan cinta kasih setiap orang, kita bisa memberikan bantuan internasional, memberikan bantuan jangka panjang,mengemban misi pendidikan, misi kesehatan, dan lain-lain. Ini karena dalam keseharian, kita selalu mengerahkan cinta kasih untuk menggalang tetes demi tetes donasi sehingga Empat Misi Tzu Chi bisa tersebar ke seluruh dunia. Setelah memberikan bantuan darurat,kita juga membantu menggarap proyek pembangunan sekolah yang berguna bagi masa depan. Proyek ini telah tersebar di seluruh dunia. Jadi, janganlah kita meremehkan dana kecil. Dana kecil bisa membantu kita menjalankan proyek pembangunan sekolah di berbagai negara di seluruh dunia. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou ) | |||