Suara Kasih:Benih Bodhisatwa di Afrika
Judul Asli: Bertumbuhnya Benih Bodhisatwa di Afrika Selatan Baik dan buruk pada hakikatnya adalah kosong | |||
Buddha berkata bahwa kehidupan tidaklah kekal. Setiap detik, pikiran senantiasa mengalami proses timbul dan tenggelam. Inilah yang dimaksud dengan ketidakkekalan. Sesungguhnya, dunia ini juga mengalami hal yang sama. Baik bencana alam, bencana akibat ulah manusia, kecelakaan, dan lain-lain semuanya menunjukkan ketidakkekalan. Buddha terus mengingatkan kita bahwa penderitaan di dunia sangat banyak dan alam tengah memberi peringatan. Karena itu, kita harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan. Dalam Syair Pertobatan tertulis, “Baik dan buruk hakikatnya adalah kosong, timbul dari perpaduan sebab dan kondisi. Baik dan buruk tercipta dari pikiran. Sejak masa tanpa awal, dunia ini penuh kejahatan yang tak terbatas dan tak terhingga. Noda batin tak membedakan orang bodoh maupun orang bijak. Buah penderitaan tak membedakan kasta tinggi maupun kasta rendah. Bodhisatwa sekalian, syair ini tidak sulit untuk dimengerti. Ia memberi tahu kita bahwa baik dan buruk hakikatnya adalah kosong. Mereka timbul dari perpaduan sebab dan kondisi. Jika bukan karena konflik antar manusia, maka tidak akan timbul baik dan buruk. Jika bukan karena enam indra manusia dan enam objek luar yang saling bersentuhan, maka tidak akan timbul baik dan buruk. Jadi, baik dan buruk tercipta dari pikiran. | |||
| |||
Sejak masa tanpa awal, hanya makhluk di alam manusia yang dapat menciptakan karma. Jadi, kejahatan di dunia ini sesungguhnya tak berwujud dan tiada batas. Apakah niat jahat berwujud? Singkat kata, pikiran adalah tanpa wujud. Begitu banyak kejahatan yang tak terhingga jumlahnya, namun semua bermula dari pikiran. Karena itu, kita harus senantiasa menjaga pikiran dengan baik. Hukum karma berlaku bagi semua orang tanpa membedakan orang bodoh dan orang bijak maupun kasta tinggi dan kasta rendah. Ini semua tergantung pada perbuatan kita. Lihatlah para relawan di Afrika Selatan. Jalinan jodoh insan Tzu Chi di Afrika Selatan sungguh luar biasa. Warga Afrika Selatan hidup dalam kondisi minim, namun mereka menjalankan misi Tzu Chi dengan sangat baik. Saya sungguh bersyukur atas sumbangsih insan Tzu Chi di Afrika Selatan. Mereka sangat giat menggarap ladang berkah dan menabur benih cinta kasih. Selama lebih dari 10 tahun ini, mereka tak henti-hentinya menggarap ladang berkah dan menabur benih cinta kasih. Kini kita dapat melihat benih-benih tersebut telah bertunas dan bertumbuh. Mereka mengemban misi Tzu Chi sendiri dan terus menginspirasi banyak orang. Contohnya, Tolakele. Selama belasan tahun ini, ia selalu berpenampilan sangat baik saat bepergian. Mulanya, ia adalah relawan abu-abu putih. Kini ia telah menjadi anggota komite Tzu Chi. Ia selalu ceria dan bahagia. Salah seorang tetangganya bernama Nozipho yang baru berusia 30-an melihat Tolakele selalu bersukacita, ia pun bertanya pada Tolakele. Tolakele pun mengenalkan Tzu Chi kepadanya. Setelah mendengarnya, Nozipho sangat ingin bergabung. Ia pun meminta pendapat suaminya. Sang suami sangat mendukungnya, jadi ia pun bergabung dengan Tzu Chi. | |||
| |||
Setiap kali pulang, ia tinggal selama 3 hari untuk memerhatikan para warga di komunitasnya. Ia telah menangani 5 kasus. Salah satu kasusnya adalah seorang gadis kecil berusia 11 tahun yang menderita lumpuh otak sejak lahir. Kedua orang tuanya mengidap AIDS. Ibunya telah meninggal tahun lalu, sedangkan ayahnya tidak dapat menjaganya. Jadi, ia dirawat oleh neneknya. Namun, neneknya hidup dalam kondisi minim dan harus bekerja untuk menopang keluarga. Sang nenek tidak dapat menjaganya saat pergi bekerja. Jadi, ia membiarkan anak itu berbaring seharian dan mengunci pintu rumah dari luar. Bibi Ci Ji berkata pada nenek itu agar tidak mengunci pintu dari luar. Saat nenek pergi bekerja, ia yang akan menjaga anak tersebut. Suatu kali, para relawan mengajak sekelompok anak untuk mengunjungi gadis kecil itu. Secara perlahan-lahan, mereka menginspirasi sekelompok relawan muda tersebut. Selain itu, setiap kali Ci Ji kembali ke kampung halamannya, ia membawa berita tentang kegiatan Tzu Chi di seluruh dunia dan di Afrika Selatan untuk berbagi dengan warga setempat. Di garasi rumah ibunya yang kecil, semua orang berkumpul. Bahkan di tengah sinar matahari yang terik pun mereka tetap bersedia berdiri sambil mendengar. Ini semua karena mereka berharap dapat mempelajari lebih banyak hal. Setelah mengenal Tzu Chi, mereka menjadi lebih bahagia serta dapat mengembangkan kebijaksanaan untuk bersumbangsih tanpa pamrih. Inilah cara mereka menginspirasi warga setempat. Bagaimana saya tidak tersentuh melihatnya? Kita juga dapat melihat pelatihan bagi para relawan di Lesotho agar mereka dapat memiliki etiket yang baik. Inilah cara kita membimbing mereka. Kalian sungguh harus menyaksikan Da Ai TV agar dapat memahami bagaimana insan Tzu Chi di seluruh dunia bekerja untuk menggarap ladang batin setiap orang di komunitasnya. Setiap kali berbicara tentang Afrika Selatan, saya selalu sangat bersemangat dan gembira. Meskipun kulit mereka berwarna gelap, namun kita dapat melihat hati mereka yang hangat dan penuh cinta kasih. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya. Sekelompok orang ini terlahir di Afrika Selatan untuk mengemban misi Tzu Chi di sana. Saya juga berterima kasih kepada para relawan dari Taiwan yang menabur benih cinta kasih di Afrika Selatan tanpa mengenal lelah. Selama belasan tahun, mereka bekerja dengan keras tanpa mengenal lelah. Bodhisatwa seperti ini adalah permata bagi dunia.
| |||