Suara Kasih: Berbakti dan Berbuat Baik dengan Hati Penuh Syukur
Judul Asli:
Bodhisattva dunia menyebarkan cinta kasih | |||
Dalam tayangan berita di Da Ai TV, kita dapat melihat bahwa kemarin di Lushan, insan Tzu Chi membagikan paket kebutuhan sehari-hari dan alat tulis yang dibutuhkan para murid. Insan Tzu Chi masih berada di sana sekaligus berusaha keras untuk menenangkan hati anak-anak agar mereka tidak merasa takut. Sekelompok insan Tzu Chi ini memandang semua orang di dunia bagaikan keluarga sendiri dan merawat setiap anak bagaikan anak mereka sendiri. Kita juga melihat Filipina. Di sana terdapat seorang anak yang telah lulus dari perguruan tinggi. Anak itu bernama Denver. Dia sudah menjalin jodoh dengan Tzu Chi selama beberapa tahun. Pada tahun 2007, Topan Pabuk dan Badai Tropis Wutip menerjang Filipina secara beriringan dan mendatangkan kerusakan yang sangat parah. Insan Tzu Chi segera memberikan bantuan di Desa Dreamland. Hal yang paling berkesan bagi kita adalah banyak truk pengangkut sampah dari luar yang membuang sampah di sana. Begitu sampah dituang, anak-anak dan ibu-ibu setempat, baik pria maupun wanita segera mendekat untuk mencari makanan di tengah timbunan sampah, mereka segera memakanannya. Mereka mencari sisa dapur restoran, dll. Demikianlah kondisi hidup warga setempat. Di tengah penyaluran bantuan, insan Tzu Chi melihat kondisi hidup warga setempat. Insan Tzu Chi merasa tak tega. Sejak saat itu, insan Tzu Chi secara rutin keluar masuk Desa Dreamland untuk memberikan bimbingan. Sebagian besar anak-anak di sanatak memiliki akta lahir sehingga mereka kesulitan untuk bersekolah. Mengetahui masalah itu, insan Tzu Chi segera membantu mengajukan permohonan kepada pemerintah setempat agar mereka bisa teregistrasi. Insan Tzu Chi mengerahkan usaha keras untuk membantu anak-anak bersekolah. Anak bernama Denver ini adalah anak yang lebih besar di antara anak-anak lain yang menerima bantuan. Insan Tzu Chi mendampinginyadengan penuh kesungguhan hati. Kini dia sudah lulus dari perguruan tinggi. Dia juga mengerti untuk berbakti kepada orang tuanya. Dia juga sangat tekun belajar. Dia sangat berbakti dan selalu berbuat baik. “Selain mendapat bantuan dana pendidikan, saya juga banyak belajar dari insan Tzu Chi, seperti cara membantu orang dan berbakti pada orang tua. Bimbingan mereka sangat membantu saya untuk menghadapi tantangan kelak.” | |||
| |||
Insan Tzu Chi juga menggelar kelas pelatihan kejuruan bagi warga di Marikina. Jadi, pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu. Akibat terjangan topan, Bodhisattva berkesempatan untuk menginjakkan kaki di sana untuk memberikan bantuan. Setelah menerima ajaran Buddha, hendaknya kita menyucikan hati orang lain. Kemana pun kita melangkah, hendaknyakita bisa membawa pengaruh yang baik agar warga di tempat tersebut bisa mengubah kebiasaan buruk mereka dan sungguh-sungguh bekerja dengan giat agar mereka bisa memperoleh kehidupan yang stabil. Setiap insan Tzu Chi harus bersungguh hati agar setiap tempat yang kita tapaki bisa menjadi tempat yang damai dan indah. Inilah jejak cinta kasih Bodhisattva. Kita juga melihat Guangdong, Tiongkok. Insan Tzu Chi sudah mulai bergerak untuk menjalankan program bantuan dana pendidikan. Saya melihat insan Tzu Chi sungguh bijaksana. Ada anak-anak yang berasal dari keluarga orang tua tunggal yang hidup serba kekurangan. Saat menemani anak-anak itu pulang ke rumah, insan Tzu Chi meminta anak itu untuk menggandeng tangan sang ayah. Saat bertanya kepada sang ayah bagaimana perasaannya, ayah itu berkata bahwadia sangat puas dan merasakan kehangatan. Mungkin ayah dan anak itu sudah lama tidak bergandengan tangan. Saat tangan kecil anaknya memegang telapak tangannyayang besar dan kasar, ayah itu merasa sangat gembira. Saat bertanya kepada anak itu bagaimana perasaannya saat memegang tangan sang ayah, dia menahan tangis sambil berkata, “Ayah telah bekerja keras karena kedua tapak tangannya begitu kasar.” Mendengar perkataan itu, sang ayah sudah merasa sangat puas. Setelah memegang tangan sang ayah, dia tahu bahwa ayahnya telah bekerja keras. | |||
| |||
Mereka tidak takut bekerja keras karena mereka bersumbangsih dengan penuh sukacita. Kini, banyak orang yang memilih untuk mendaki gunung atau bertamasya di hari libur. Bukankah itu semua membutuhkan tenaga? Jika kita bisa memanfaatkan hari libur atau mengatur waktu kita untuk terjun ke wilayah pedesaan bersama dengan insan Tzu Chi lain untuk melihat penderitaan di sana sekaligus mengulurkan tangan kita untuk membantu dan menggerakkan tulang dan otot kita, bukankah ini termasuk bepergian dan olahraga? Selain itu, kebijaksanaan kita juga akan berkembang karena kita telah melihat banyak penderitaan hidup orang lain. Mendengar kisah-kisah mereka, kita mendapat banyak pelajaran hidup. Jadi, meski insan Tzu Chi telah banyak bersumbangsih bagi dunia, mereka tetap tak merasa menderita. Mereka tetap sangat gembira. Mereka bersumbangsih tanpa pamrihkarena senantiasa dipenuhi rasa syukur. Merekaberterima kasih kepada setiap penerima bantuan yang telah membantu mengembangkan jiwa kebijaksanaan mereka. Saya selalu berkata bahwa tanpa melewati masalah, kebijaksanaan kita tak akan bertumbuh.Melihat penderitaan orang lain, kita bisa memahami nilai-nilai kebenaran dan menumbuhkan kebijaksanaan. Karena itu, kita harus senantiasa bersyukur dengan hati yang paling tulus. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou ) | |||