Suara Kasih : Berbuat Bajik Menuai Sukacita

 

Judul Asli:

    

Berbuat Bajik dan Menuai Sukacita

 

Membuka jalan dengan kesungguhan hati
Mengasihi sesama bagai keluarga sendiri
Membangun panti jompo yang penuh kehangatan
Berbuat bajik dan menuai sukacita

Berbuat kebajikan mendatangkan sukacita. Orang yang membantu sesama pasti merasa sangat senang. Jika tak merasa senang dan sukarela, kita tak akan melakukan hal yang menguntungkan orang lain. Jika kita bersumbangsih  dengan sukarela dan senang hati, kita akan dipenuhi sukacita. Perasaan senang ini akan membuat hati kita damai. Ini merupakan berkah bagi kita. Entah kita orang mampu atau bukan, asalkan senantiasa berbuat bajik, kita akan hidup penuh berkah. Bila kita bersedia bersumbangsih, tak peduli selelah apa pun, kita akan dapat memberi manfaat bagi sesama. Ini merupakan berkah bagi mereka dan bagi kita sendiri. Intinya, berbuat bajik  mendatangkan sukacita bagi kita.

Kita sungguh telah merasakannya. Inilah yang disebut menanam benih baik dan menuai berkah. Jika kita menanam benih baik, maka kita akan menuai berkah. Kita  akan dihargai dan dikasihi dan merasakan kedamaian. Bukankah ini hukum sebab dan akibat yang sangat sederhana? Jika kita melakukan hal yang buruk, hati kita akan dipenuhi kebencian dan kebodohan serta merasa tidak gembira sepanjang hari. Inilah akibat dari kebodohan. Kita akan selalu merasa tidak gembira.

Sebagian orang bahkan menumpahkannya emosinya dengan memarahi bahkan melukai orang lain. Hal ini tak hanya merugikan orang lain, namun juga diri sendiri. Kekototan batin ini membuat hati kita tak dapat tenang. Namun sebaliknya, jika senantiasa berbuat bajik, hati kita akan merasa tenang. Jadi, hendaknya kita bersungguh hati.

 

Hukum sebab dan akibat dapat dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, kita harus senantiasa mengembangkan cinta kasih universal dan menyebarkannya ke seluruh dunia. Semua orang harus saling memberi manfaat. Cinta kasih universal sungguh tak terbatas. Di mana pun kita berada dan ke mana pun kita pergi, cinta kasih ini harus senantiasa dicurahkan kepada semua makhluk. Cinta kasih akan tercurah ke seluruh dunia. Ke mana pun kita melangkah, cinta kasih ini akan selalu mengikuti.

Lihatlah insan Tzu Chi di Shanghai. Saat mereka baru pindah ke sana, segalanya terasa sangat asing. Namun, dengan cinta kasih dalam hati, mereka menjalankan misi Tzu Chi di sana. Jadi, selama beberapa waktu, mereka harus bekerja keras. Mereka memulai kegiatan dengan mengajak para pengusaha Taiwan membersihkan jalanan. Saat itu kami tidak tahu bahwa menyapu jalanan adalah sesuatu hal yang tabu. Pada masa Revolusi Kebudayaan, ini adalah hukuman bagi orang yang melanggar aturan. Orang-orang sering bertanya apakah kami “gangdu”. Di Shanghai, “gangdu” artinya “orang bodoh”. Namun, ada sebuah perkataan: Kesuksesan adalah milik orang yang tekun. Mereka bersumbangsih dengan hati yang tulus. Beberapa waktu kemudian, orang-orang pun menyadari bahwa apa yang mereka lakukan adalah benar. Mereka tak hanya membersihkan jalanan dan melindungi bumi, namun juga berkunjung ke panti jompo setempat. Lebih dari 300 lansia tinggal di sini. Setiap hari, mereka hanya berinteraksi dengan sesama lansia. Begitulah mereka melewati hari-hari.

Kunjungan rutin para insan Tzu Chi membuat mereka sangat gembira. Di Yiwu, Provinsi Zhejiang, para pengusaha Taiwan juga menjalankan misi Tzu Chi di sana. Contohnya Relawan Xue-yun. Karena tinggal di sana, ia pun menjalankan misi Tzu Chi di tempat itu. Ia mengajak warga setempat mengunjungi orang-orang kurang mampu yang tinggal di perdesaan maupun daerah pegunungan. Mereka menemukan banyak lansia dan orang sakit yang telantar. Tuan Tong berkata kepada ayahnya bahwa di daerah pegunungan yang tak jauh dari mereka  terdapat banyak lansia yang telantar. Sang ayah pun mendukungnya  untuk bergabung dengan Tzu Chi. Ia juga mengizinkan Tzu Chi memanfaatkan salah satu rumahnya. Setelah direnovasi, rumah tua ini pun berubah menjadi panti jompo yang membuat para lansia senang tinggal di dalamnya.

Tuan Tong sering berkunjung ke tempat ini. Kakak perempuannya bertugas mempersiapkan makanan bagi para lansia. Para insan Tzu Chi juga sering berkunjung dan membawakan keperluan mereka sehari-hari. Mereka sungguh memerhatikan para lansia. Ada seorang remaja berusia 17 tahun yang tinggal bersama mereka. Selama beberapa tahun, insan Tzu Chi memerhatikan keluarganya. Karena kondisi ekonomi keluarga yang minim dan ayahnya sakit parah, ibunya meninggalkan mereka  dengan membawa adik laki-lakinya.

Jadi,  tinggallah gadis kecil itu dengan ayahnya. Karena itu,  insan Tzu Chi membantu keluarga ini. Pada tahun 2010, ayahnya meninggal. Insan Tzu Chi pun membawanya untuk tinggal di panti jompo ini dan membantunya agar dapat bersekolah. Sepulang dari sekolah, para orang tua di sana memerhatikannya bagai keluarga sendiri. Kehadirannya pun membawa sukacita di panti ini. Ini adalah kisah yang sangat menghangatkan hati.

Pada saat insan Tzu Chi datang ke Tiongkok, mereka merasa asing dengan tempat itu. Namun, asalkan memiliki cinta kasih dalam hati, di mana pun kita berada, asalkan memiliki cinta kasih, kita akan dapat mencurahkan  cinta kasih universal kepada siapa saja. Cinta kasih universal dapat dicurahkan kepada semua orang di mana pun mereka berada. Saya sungguh bersyukur melihat hal ini.

Sungguh merupakan berkah dapat dilahirkan sebagai manusia. Bagaimana pun, kita harus menciptakan berkah. Bila senantiasa berbuat bajik, kita akan dipenuhi sukacita setiap hari. Hidup kita akan penuh berkah. Melihat orang yang diliputi kebencian dan kebodohan, kita harus mengintrospeksi diri. Orang-orang seperti ini tak disukai siapa pun. Apakah kita ingin dimusuhi oleh semua orang? Kita ingin menjadi orang yang memiliki hati yang damai dan disukai semua orang. Bila kita senantiasa bersumbangsih, kita akan hidup damai setiap hari. Baiklah. Janganlah kita saling bersaing karena ini akan menimbulkan kekotoran batin. Kita yang senantiasa bersumbangsih akan menuai sukacita dan berkah.

 
 
Berlombalah demi kebaikan di dalam kehidupan, manfaatkanlah setiap detik dengan sebaik-baiknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -