Suara Kasih: Berdoa dengan Tulus dan Menumbuhkan Jiwa Kebijaksanaan

 

Judul Asli:

Berdoa dengan Tulus dan Menumbuhkan Jiwa Kebijaksanaan

Berdoa dengan tulus dan mendamaikan hati para keluarga penumpang
Bodhisattva dunia memberikan penghiburan dan menghilangkan kekhawatiran
Mengubah diri dan menjalankan ajaran kebajikan
Berkunjung ke tempat lahirnya Tzu Chi dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan

Sudah lebih dari 4 hari atau hampir 100 jam, pesawat Malaysia Airlines hilang. Bagi para keluarga penumpang, setiap detik sungguh terasa sulit dilalui. Beberapa hari ini, insan Tzu Chi juga terus memberikan pendampingan. Contohnya, ada sepasang kakak beradik dari Indonesia yang merupakan penumpang pesawat tersebut. Salah satu kerabat mereka adalah relawan Tzu Chi. Insan Tzu Chi juga mendampingi keluarga itu dengan semangat cinta kasih dan welas asih yang setara. Saat keluarga kakak beradik itu tiba di Malaysia, berhubung mereka adalah umat Katolik, maka insan Tzu Chi mendampingi mereka ke gereja Katolik untuk berdoa bersama-sama. Dengan berdoa, kita berharap hati mereka bisa merasa lebih tenang. Banyak orang di masyarakat juga tengah berdoa bersama bagi keselamatanpara penumpang pesawat tersebut. Semoga semua penumpang pesawat itu bisa selamat. Dengan cinta kasih tanpa mementingkan jalinan jodoh serta perasaan senasib dan sepenanggungan, insan Tzu Chi berusaha menghibur dan menenangkan keluarga penumpang. Sebagai Bodhisatwa dunia, mereka melakukannya bukan demi tujuan lain, hanya demi dunia yang aman dan tenteram serta masyarakat hidup damai. Inilah tujuan para Bodhisatwa dunia. Karenanya, saya selalu berterima kasih kepada mereka.

Kita juga telah menyaksikan seorang pasiendi Pusat Cuci Darah Tzu Chi Malaysia. Pasien kita ini bernama Li Yuan-xing. Saat masih muda, dia bekerja dengan giat dan keras. Namun, karena pola makannya tidak teratur, kesehatannya menjadi bermasalah. Dia menderita gangguan fungsi ginjal, diabetes, matanya terkena glaukoma, dan lain-lain. Dia bahkan sudah hampir kehilangan daya pengelihatannya sekarang. Hal yang paling membuatnya sedih adalah istrinya membawa anak-anaknya dan meninggalkannya. Tabungannya sudah hampir terkuras habis untuk membiayai pengobatan dan cuci darah. Mengetahui adanya Pusat Cuci Darah Tzu Chi, saudara-saudaranya pun membantu mendaftarkannya. Sejak saat itu, dia menjadi pasien di Pusat Cuci Darah Tzu Chi dan bisa menjalani cuci darah secara gratis. Biasanya, saat menjalani cuci darah, dia selalu memejamkan mata. Kemudian, insan Tzu Chi menganjurkannya untuk melihat Da Ai TV dan mendengar ceramah saya. ”Dalam ajaran Master, ada 2 Kata Renungan Jing Si yang membuat saya paling tersentuh, yakni “Memaafkan orang lain berarti berlaku baik pada diri sendiri”serta “Berbuat baik dan berbakti adalah dua hal yang tak bisa ditunda.” Pusat Cuci Darah Tzu Chi bukan hanya mencuci darah saya, tetapi juga “mencuci” hati saya. Saya mendengar ajaran Master. Ajaran Master bisa membersihkan hati kita. Saya berusaha menjauhkan diri dari keburukan dan belajar berbuat baik. Selama sesuatu itu benar, maka lakukan saja,” Li Yuan xing, Pasien Pusat Cuci Darah Tzu Chi.

Sejak itu, hidupnya mulai berubah. Meski organ tubuhnya bermasalah, tetapi jiwa kebijaksanaannya telah bertumbuh. Dengan mendengar ajaran Master, menyerapnya ke dalam hati, dan mempraktikkannya lewat tindakan nyata, maka jalan yang kita bentangkan akan sangat rata sehingga kita tidak akan terjatuh. Asalkan menemukan jalan yang benar, kita tidak takut seberapa jauh perjalanan yang harus ditempuh.

Dia bergabung menjadi relawan Tzu Chi serta menginspirasi orang lain untuk turut terjun menjadi relawan. Dia mengembangkan potensi dan kemampuannya dengan sebaik mungkin. Meski kehilangan daya pengelihatan, tetapi dia masih bisa melakukan daur ulang dengan sangat baik. Dia bahkan terjun menggalang dana untuk membantu para korban Topan Haiyan di Filipina. ”Meski mata saya buta, tetapi hati saya tidak buta. Dengan begitu, saya masih bisa membantu orang lain. Saya masih bisa terjun ke masyarakat untuk membantu orang yang membutuhkan. Saya sungguh tersentuh,” ucap Li Yuan xing (Wei xing), relawan Tzu Chi.

Meski telah kehilangan daya pengelihatan, tetapi dia masih dapat mengerahkan kemampuan untuk berkontribusi layaknya orang normal. Dia mempelajari Dharma, menyerapnya ke dalam hati, serta menggunakannya untuk menginspirasi orang lain. Banyak orang yang telah terinspirasi olehnya mulai mengembangkan cinta kasih mereka. Lihatlah, saat ada satu orang yang menyerap Dharma ke dalam hati, maka dia dapat membimbing banyak orang untuk berjalan di jalan yang benar. Inilah potensi di dalam diri setiap orang. Dengan potensi ini, kita bisa mengubah cara pikir dan berjalan di jalan yang benar. Contohnya, Bapak Kashiwagi yang kemarin berpamitan dengan saya di sini. Dia adalah orang Jepang. Awalnya, dia adalah seorang tunawisma di Jepang. Setiap bulan, insan Tzu Chi setempat membagikan makanan hangat di sebuah taman. Melihat sikap hormat insan Tzu Chi terhadap setiap tunawisma, dia mulai berpikir bagaimana mungkin ada organisasi yang memperlakukan orang dengan begitu tulus. Karenanya, dia sangat tersentuh.

Suatu hari, berhubung ingin mengenal Tzu Chi lebih lanjut, dia pun mondar-mandir di depan pintu kantor cabang Tzu Chi. Seorang relawan Tzu Chi memanggilnya untuk masuk ke dalam dan memperlakukannya dengan sopan. Dia pun semakin tersentuh. Sejak saat itu, dia pun bergabung dalam barisan relawan Tzu Chi. Saat insan Tzu Chi membersihkan taman, dia juga turut berpartisipasi. Semakin lama menjadi relawan Tzu Chi, dia semakin merasa tersentuh.

Jiwa kebijaksanaannya sungguh telah bertumbuh. Dia memiliki satu harapan, yakni berkunjung ke tempat lahirnya Tzu Chi. Demi dapat berkunjung ke Taiwan, dia bekerja dengan sangat giat. Dua tahun kemudian, dia akhirnya bisa datang ke Taiwan. ”Sebelum datang ke Taiwan, saya telah memikirkan berbagai pertanyaan yang ingin saya tanyakan. Namun, setelah datang kemari, saya memutuskan untuk menghapus semua pertanyaan dan menjadi selembar kertas putih agar dapat menyerap semua semangat Tzu Chi dan Dharma yang Master ajarkan,” ucap Bapak Kashiwagi Fuyuki.

Kemarin, di hadapan saya, dia berikrar untuk terus menjadi relawan Tzu Chi. Dia berterima kasih kepada insan Tzu Chi yang selalu mencurahkan cinta kasih, memperlakukannya dengan penuh hormat, serta menunjukkan arah hidup yang benar baginya. Oleh karena itu, dia berikrar untuk menjadi relawan Tzu Chi. Inilah pandangan cinta kasih dan welas asih yang setara. Tanpa membedakan status sosial, kaya dan miskin, semua orang adalah setara. Yang paling berharga di dunia adalah sebersit niat baik. Dengan niat baik ini, kita bisa berkontribusi bagi orang lain dan mengembangkan nilai hidup kita. Inilah tujuan hidup yang tertinggi. Dengan mempelajari ajaran yang benar dan menyerapnya ke dalam hati, kita bisa menginspirasi diri sendiri dan orang lain. (Diterjemahkan Oleh: DAAI TV)

 
 
Bertambahnya satu orang baik di dalam masyarakat, akan menambah sebuah karma kebajikan di dunia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -