Suara Kasih : Berikrar di Jalan Bodhisatwa

 

Judul Asli:

Berikrar di Jalan Bodhisatwa Selamanya
 

Segala yang berkondisi terus mengalami perubahan
Terdapat hakikat sejati di balik segala sesuatu
Kegiatan daur ulang Tzu Chi mendapat pengakuan dari dunia internasional
Bodhisatwa dunia berikrar luhur dan bertekad teguh

Melihat laporan berita Da Ai TV tentang masalah di dunia, saya merasa sungguh khawatir. Kenaikan harga barang di dunia berdampak buruk pada kaum papa. Bencana juga terjadi silih berganti. Hal ini menunjukkan bahwa unsur alam terus mengalami perubahan. Perubahan seperti ini mendatangkan bencana bagi dunia. Karena itu, kita harus lebih bersungguh hati dalam mengintrospeksi diri agar kebijaksanaan kita dapat berkembang untuk melihat dan memahami hal yang terjadi di sekitar kita. Selain bersungguh hati dan menjaga hati sebaik mungkin, kita tidak boleh mengabaikan segala hal yang terjadi di sekitar kita. Karena itu, kita harus senantiasa bersungguh hati.

Kita harus menyadari bahwa semua makhluk hidup berada dalam lingkaran 6 alam kehidupan. Kita harus percaya bahwa lingkaran kehidupan ini terus berputar tanpa henti. Lihatlah, bukankah segala sesuatu di dunia ini mengalami fase lahir dan mati? Bahkan rumput dan pepohonan pun berasal dari benih. Saya sering berkata bahwa dari sebutir benih yang kecil akan tumbuh sebuah pohon yang besar. Seiring waktu berjalan, pohon akan tumbuh besar, berbuah, dan menghasilkan banyak benih. Setiap benih akan tumbuh dan menghasilkan lebih banyak benih lagi. Semua ini adalah proses yang berkesinambungan. Hal ini sama seperti jalinan jodoh yang membuat kita bersama-sama mengemban misi Tzu Chi dan berbagi dengan orang lain tentang filosofi Tzu Chi. Meski Tzu Chi berasal dari Taiwan, namun seiring waktu berjalan, jalinan jodoh membawa banyak orang untuk bergabung dengan kita guna mempelajari prinsip kebenaran dan merasakan manfaatnya.

Tzu Chi yang bermula dari Taiwan, kini telah menyebar ke seluruh dunia. Lingkaran kebajikan ini tercipta karena adanya orang yang hidup menderita. Jadi, di mana ada penderitaan, di sana lingkaran kebajikan terus berlanjut. Sungguh, Bodhisatwa datang karena ada makhluk yang menderita. Inilah prinsip kebenaran.

Saat berinteraksi dengan orang lain, kita harus menjalin jodoh yang baik. Kita harus tahu apa yang harus dilakukan agar dapat menanam berkah untuk kehidupan berikutnya. Menciptakan berkah bagi masyarakat berarti meneruskan lingkaran kebajikan. Jika kita tak tahu apa yang diperbuat pada kehidupan ini, kita juga tak akan tahu akan terlahir di mana pada kehidupan berikutnya. Apakah kita tahu di mana akan terlahir pada kehidupan berikutnya? Tidak tahu. Karena itu, kita harus memanfaatkan waktu pada kehidupan sekarang dengan berikrar untuk menapaki Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan. Dengan memahami prinsip kebenaran dan berikrar dengan sungguh-sungguh, tentu saja kita akan terlahir kembali di alam manusia dan meneruskan sumbangsih kita serta menjadi penyelamat bagi orang lain. Inilah ikrar luhur Bodhisatwa.

Kita semua terlahir dalam lingkaran 6 alam kehidupan, namun kehidupan tidaklah kekal dan setiap hari mengalami perubahan. Segala sesuatu yang ada di dunia tidaklah kekal. Waktu dan segala sesuatu di dunia ini akan terus mengalami perubahan. Contohnya, sebutir benih. Setelah sebutir benih ditanam, tanpa kita sadari ia tumbuh menjadi pohon besar. Hal ini sama seperti manusia. Kita menjadi tua tanpa disadari. Intinya, perubahan yang terjadi sangatlah halus.

Lima Agregat pada hakikatnya kosong. Mengapa kosong? Karena salah satu dari Lima Agregat adalah samskara atau segala yang berkondisi. Segala yang berkondisi senantiasa berubah tanpa kita sadari. Hal ini bagaikan waktu yang berlalu tanpa disadari. Saat duduk di sini, sebagian orang tidak menyadari bahwa waktu terus berlalu. Inilah kebenaran tentang eksistensi yang tidak kekal dan kosong. Meski begitu, ada yang sungguh nyata, yakni hakikat kebuddhaan. Kita harus meyakini hal ini. Buddha berkata kepada kita bahwa setiap orang memiliki hakikat yang sama dengan Buddha. Hakikat kebuddhaan adalah hakikat sejati kita yang selamanya ada. Jadi, segala sesuatu pada hakikatnya kosong, namun ada hakikat sejati di baliknya. Inilah prinsip kebenaran di dunia ini. Sungguh, benih kebuddhaan ini bersifat kekal.

Pada kehidupan sebelumnya, kita pasti telah menjalin jodoh yang dalam sehingga kini kita dapat bersama-sama berjalan di Jalan Bodhisatwa. Selain memerhatikan orang dengan cinta kasih, kita juga sangat menghargai segala sesuatu. Selain memerhatikan lingkungan, kita juga sangat menyayangi bumi. Bodhisatwa dunia senantiasa mendedikasikan diri tanpa kenal lelah.

Beberapa hari lalu, kita mendengar kabar gembira tentang Tzu Chi. Hal ini tercapai berkat sumbangsih dan kerja keras setiap orang. Da Ai Techonology menerima 2 sertifikat sekaligus dari TUV Rheinland Jerman. TUV Rheinland Group telah berdiri sangat lama dan merupakan perusahaan yang cukup berpengaruh di dunia. Ini adalah sertifikat pertama di dunia dalam hal pengurangan emisi karbon. “Menurut saya, kualitas selimut ini sangat baik. Setelah mengevaluasi proses pembuatannya, mungkin kami akan membeli selimut ini untuk diberikan kepada klien kami. Kualitas produk ini sangat baik dan nyaman digunakan,” kata salah seorang perwakilan dari mereka. Mereka percaya bahwa pengolahan barang daur ulang sungguh dapat menghemat energi dan mengurangi emisi karbon. Menjaga kebersihan dari sumbernya dapat meningkatkan kualitas proses daur ulang. Saya berterima kasih kepada relawan daur ulang yang bersumbangsih dengan cinta kasih. Cinta kasih kalian akan terus terakumulasi. Dengan mendapatkan sertifikat ini, kita dapat membuat setiap orang di dunia mengerti bahwa kita harus menghargai sumber daya alam dengan mendaur ulang barang. Dengan mensosialisasikan praktik ini, kita akan memperoleh pahala tak terhingga. Pencapaian ini berkat tetes demi tetes sumbangsih dan kerja keras para Bodhisatwa daur ulang. Singkat kata, pikiran adalah pelopor segala sesuatu. Kita harus memahami prinsip kebenaran di dunia. Dengan demikian, barulah kita dapat berjalan di jalan yang benar dan menciptakan Tanah Suci di dunia. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 
Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -