Suara Kasih: Bersatu untuk Memberi Kehangatan

 

Judul Asli:

Bersatu untuk Memberi Kehangatan

Insan Tzu Chi memberikan bantuan di saat-saat yang paling dibutuhkan
Membantu Tzu Chi mengirimkan paket bantuan
Mengikuti kelas pelatihan Tzu Chi tanpa membeda-bedakan agama
Menggalang Bodhisatwa dunia dan menggalang cinta kasih

Beberapa waktu lalu, Guatemala diguncang gempa dahsyat berkekuatan 7,4 skala Richter. Gempa ini adalah gempa terdahsyat di Guatemala dalam 36 tahun terakhir. Inilah ketidakkekalan yang terjadi dalam waktu sekejap. Kekuatan alam sungguh sangat besar. Kita sebagai manusia sungguh harus sadar dan memetik hikmah dari bencana yang terjadi.

Selama delapan hingga sembilan hari ini, New York (Amerika Serikat) juga mengalami kerusakan yang sangat besar. Sejak Rabu kemarin, salju mulai turun di beberapa tempat. Pascatopan Sandy, aliran listrik yang awalnya terputus sudah kembali normal. Akan tetapi, kemarin saya mendapat kabar bahwa di beberapa wilayah kembali terjadi pemadaman listrik, genangan air yang awalnya sudah surut kini menggenang kembali.

Hujan dan salju sungguh membuat penderitaan para korban bencana semakin bertambah. Tahun ini, salju turun lebih awal satu setengah bulan dibanding tahun lalu. Ini mendatangkan kerusakan yang parah bagi Amerika Serikat. Proses pemulihan lokasi setempat sungguh membutuhkan waktu yang panjang. Akan tetapi, langkah insan Tzu Chi tidak terhenti meski cuaca sangat dingin.

Insan Tzu Chi dari Washington, D.C. dan Chicago juga berangkat ke lokasi bencana untuk membantu. Insan Tzu Chi bagai satu keluarga yang selalu saling memerhatikan dan saling mendukung. “Saya datang dari Chicago. Saya bertanggung jawab merencanakan jalur pembagian bantuan dan lain-lain,” kata salah seorang relawan. Saya datang dari Irvine, California. Suhu udara di sana masih sekitar 35 hingga 36 derajat Celsius, tetapi di sini sangat dingin. Saat saya baru tiba, suhu udara di sini sekitar 2 hingga 3 derajat Celsius,” kata relawan lainnya.

Beberapa hari ini, para relawan memberikan bantuan di New York, New Jersey, dan Long Island. Mereka semua sungguh telah bekerja keras dan sangat kelelahan. Di antara mereka ada yang datang dari jauh dengan menerjang badai salju. Mereka tidak gentar oleh cuaca yang sangat dingin. Mereka berusaha segenap hati dan tenaga demi berkumpul bersama untuk turut membantu di saat-saat yang paling dibutuhkan. Melihat mereka bisa berkumpul bersama, saya sungguh merasa tersentuh. Sungguh, perlahan-lahan, para Bodhisatwa dari tempat yang jauh sudah mulai bergerak untuk membantu. Semoga salju dan hujan bisa cepat berhenti agar cuaca kembali bersahabat sehingga warga setempat bisa segera membersihkan lokasi bencana dan organisasi kemanusiaan bisa menyalurkan bantuan dengan tenang. Inilah yang saya harapkan. Semoga pascabencana kali ini, setiap orang bisa membangkitkan cinta kasih. Inilah yang saya harapkan.

Kita juga dapat melihat kemarin malam, bantuan pakaian musim dingin telah dimuat ke dalam peti kemas untuk dikirimkan ke Yordania. Saya sangat berterima kasih kepada Yang Ming Marine Transport Corp yang membantu kita mengirimkan barang secara gratis. Inilah kehangatan di dunia. Bahkan perusahaan pelayaran juga bersedia membantu kita. Setiap kali, saat kita ingin mengirimkan barang bantuan ke tempat yang jauh, Yang Ming selalu menawarkan membantu. Saya sungguh berterima kasih dan mendoakan mereka. Semoga barang bantuan kita bisa tiba sebelum musim dingin. Musim dingin akan segera tiba. Semoga warga Suriah yang mengungsi di gurun pasir di Yordania bisa cepat menerima bantuan dan merasakan kehangatan bagai mentari di tengah musim dingin. Ini semua berkat cinta kasih setiap orang.

Menghimpun Kekuatan Cinta Kasih di Indonesia
Kita juga dapat melihat penggalangan Bodhisatwa dunia di Indonesia. Meski menganut agama yang berbeda-beda, mereka memiliki arah yang sama, yaitu bersumbangsih bersama insan Tzu Chi. Setelah berpartisipasi dalam kegiatan Tzu Chi, mereka memerlukan beberapa waktu untuk memahami semangat dan filosofi Tzu Chi, barulah bisa dilantik menjadi relawan. Mereka juga harus menaati peraturan Tzu Chi. Mereka harus mengubah segala tabiat buruk dan menaati Sepuluh Sila Tzu Chi. Tak peduli agama apa pun yang dianut, jika ingin bergabung dengan Tzu Chi, mereka harus menerapkan nilai-nilai Tzu Chi dalam kehidupan sehari-hari, baru bisa mengenakan seragam abu-abu. Setelah itu, mereka harus mengikuti lebih banyak pelatihan agar bisa sungguh-sungguh memahami ajaran Tzu Chi. Setiap orang harus mengikuti kegiatan Tzu Chi, mengikuti kelas pelatihan, dan menaati Sepuluh Sila Tzu Chi, baru boleh mengenakan seragam biru putih. Setelah semua syarat terpenuhi, barulah mereka bisa mengenakan. Untuk itu, juga diadakan upacara pelantikan. Ini merupakan bentuk pengakuan untuk mereka.

Kita juga dapat melihat seruan para anggota Tzu Ching. “Kami tidak mau Master Cheng Yen sendirian dan merasa khawatir. Karena itu kami akan melakukan yang terbaik agar Master tidak merasa khawatir. Master, tiga tahun lagi kami akan ke Taiwan dan mengatakan, ‘Master, kami telah kembali,” kata Juliana Santy, salah seorang anggota Tzu Ching mewakili 7 teman lainnya. Ada pula beberapa relawan yang datang dari tempat yang jauh. Mereka harus menempuh perjalanan laut selama 5 hari, lalu melanjutkan perjalanan dengan mobil. Mereka harus menempuh perjalanan yang jauh. Mereka yang berjumlah 7 orang semuanya adalah umat Kristen. Kini mereka juga telah mengenakan seragam biru putih.

“Ajaran yang saya pelajari di Tzu Chi Indonesia adalah sama dengan (agama) Kristen. Misalnya, kita harus saling membantu, berbuat baik, dan menjadi contoh bagi orang lain Jadi, ketika saya belajar di Tzu Chi, saya tahu itu bermanfaat untuk diriku sendiri. Untuk itulah kita datang ke dunia ini, untuk berbuat baik dan berbagi pada sesama,” kata Matheus Max Mansawan, relawan Tzu Chi asal Biak, Papua. Demikianlah kesatuan tekad insan Tzu Chi di Indonesia. Mereka tidak membeda-bedakan keyakinan ataupun suku. Arah mereka semua adalah sama, yaitu menghimpun kekuatan cinta kasih dan bersumbangsih tanpa pamrih. Dengan berkumpul bersama, barulah kita bisa menghimpun kekuatan untuk memberi manfaat bagi dunia.

Singkat kata, saya telah melihat penggalangan Bodhisatwa dunia di Indonesia. Kali ini, lebih dari 300 relawan dilantik menjadi relawan biru putih. Di antaranya ada 95 karyawan dan jajaran direksi dari Grup Sinar Mas yang dilantik menjadi relawan biru putih. “Saya berterima kasih kepada para relawan Tzu Chi. Tzu Chi dimulai dengan beberapa ibu rumah tangga yang masing-masing menyisihkan sedikit dari uang belanja mereka untuk membantu orang-orang yang kurang mampu, membuat banyak orang bisa tertolong. Jadi, ketika kita menabur benih cinta kasih di mana-mana, maka akan ada kedamaian dan harmoni di dalam masyarakat. Kami sekarang memperkenalkan ajaran Guru (Master Cheng Yen). Kami berharap untuk menetapkan contoh yang baik bagi orang-orang dan menginspirasi lebih banyak staf di perusahaan kami untuk bergabung dengan Tzu Chi untuk berbuat kebajikan,” kata Franky O. Widjaja, Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, yang juga merupakan pimpinan Group Sinar Mas. Inilah kekuatan cinta kasih. Singkat kata, cinta kasih tidak dibedakan besar atau kecilnya, yang terpenting adalah sebersit niat dalam hati. Karena itu, saya sering berkata bahwa kita harus menggalang hati.(Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou)

 
 
Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -