Suara Kasih: Bersinarnya Harapan Pendidikan
Judul Asli:
Suara Kasih: Bersinarnya Harapan Pendidikan Siswa SD menyelami Dharma
| |||
”Tiga tahun yang lalu, seluruh keluarga kami dari Taipei pindah ke Tainan. Alasan kami pindah adalah agar anak kami dapat mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar Tzu Chi. Suatu hari, dalam kalimat perenungan Jing Si yang membahas balas budi, anak saya menuliskan cita-citanya di masa depan untuk dapat mengelilingi benua serta mempelajari lingkungan sekitar. Yang paling penting adalah dapat meringankan penderitaan orang lain,” kata salah satu orang tua murid. Mendengar anaknya memiliki cita-cita luhur ini, orang tua mana yang tidak senang mendengarnya? Kemarin dalam upacara kelulusan Sekolah Tzu Chi Hualien dan Tainan di dua tempat yang berbeda, kita mendengar pujian dan afirmasi dari orang tua murid tentang Sekolah Tzu Chi. Semoga pendidikan bisa membawa sinar harapan dan semuanya telah terpancar keluar. Di Tainan, guru dan murid melakukan pementasan dan bernyanyi secara bersama. Antara mereka terjalin keakraban seperti yang sering terjadi biasanya. Anak-anak juga menampilkan lagu tentang lukisan Kambing Berlutut. Pementasan ini sungguh indah. Mereka juga mengekspresikan rasa syukur mereka lewat bahasa tangan. Mereka berlatih dalam tempo waktu yang sangat panjang. Guru beserta murid sungguh serius berlatih. Murid bisa bekerja sama dengan guru dan guru punya kesadaran dalam mengajar. Pementasan di Tainan ini sungguh penuh makna dan indah. | |||
| |||
Sutra Bakti Seorang Anak yang maknanya sangat dalam juga mampu mereka pentaskan. Para siswa di kedua sekolah ini memerankan kakek, nenek, ayah, ibu, juga anak yang tak berbakti. Anak yang tak berbakti diperankan dengan sangat bagus, begitu juga dengan ayah dan ibu yang sangat mengasihi anaknya. Mereka memerankannya dengan sangat baik. Lihatlah, dengan kepolosan dan kebijaksanaan hakiki seorang anak, mereka mampu mementaskannya sebaik yang dilakukan orang dewasa. Kita juga dapat melihat ekspresi wajah mereka saat memainkan perannya. Kepala sekolah dan para guru juga membawakan sebuah lagu yang berisi nasihat kepada para siswa dengan penuh cinta kasih. Anak-anak juga menyatakan rasa syukur mereka. Upacara wisuda siswa SD ini sungguh luar biasa. Hal ini sungguh tak mudah bagi mereka. Yang terpenting adalah keteraturan mereka. Meski anak-anak TK, kita tak membiarkan mereka membuat keributan. Tidak. Mereka sungguh taat dan tenang. Saat bernyanyi atau menyatakan sesuatu, mereka melakukannya dengan tertib dan teratur. Saat 3 siswa lulusan naik ke atas panggung, mereka menyatakan rasa syukur yang mendalam. Mereka bertekad kelak akan bekerja keras demi membalas budi orang tua dan para guru. Mereka juga memiliki semangat Tzu Chi dan meminta saya agar tidak khawatir. Mereka berterima kasih kepada orang tua mereka, para guru, dan saya. Kita mendengar sebuah kisah menyentuh dari siswa yang bernama Nianheng. Nianheng sungguh adalah anak yang berani. “Sejak kecil, saya berjuang melawan penyakit. Jika bukan karena ibu, saya tak mungkin bisa berdiri di sini sekarang. Setiap kali saya masuk rumah sakit, ibu selalu mendampingi. Saat saya sedih, ibu selalu menangis bersama dengan saya. Saat saya gembira, ibu selalu memeluk saya. Di saat sedih maupun gembira, ibu senantiasa menemani saya,” kata Nianheng. | |||
| |||
Saat mengunjungi saya, ia berkata, “Kakek guru, karma buruk saya sangat berat.” Pemikirannya sangat dewasa. Saat ia memberitahu bahwa ia akan kembali ke rumah sakit, saya berkata kepadanya, “Penyakit ini sungguh berat bagi kamu dan ibumu. Kamu harus berterima kasih kepada ibumu.” Ia menjawab, “Saya tidak mengeluh. Saya sangat berterima kasih pada ibu dan memahami kesulitannya.” Setiap perkataannya bagaikan batu-batu besar yang jatuh ke dalam hati saya. Setiap kali melihat anak ini, ia sungguh sangat berani. Semua siswa lulus dengan penuh sukacita. Nianheng juga ikut serta dalam upacara wisuda dan mengenakan pita seperti siswa lulusan lainnya, namun ia harus mengulang di kelas 6 SD. Ia sangat optimis, kita sungguh tak sampai hati melihatnya. Melihat ia tak dapat naik ke SMP seperti teman-temannya, kita sungguh merasa sedih. Namun bagaimana pun, upacara wisuda di kedua sekolah tersebut sangatlah khidmat. Lihatlah anak-anak lulusan TK yang kini telah lulus SD. Selama beberapa tahun ini, kita telah melihat tumbuh kembang mereka. Sebagian dari mereka akan melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Tzu Chi. Inilah yang terakumulasi selama beberapa tahun ini. Seiring waktu berjalan, anak-anak TK pun tumbuh besar. Inilah kehidupan. Kita sungguh harus memanfaatkan setiap saat dengan sebaik mungkin. Kita juga melihat peletakan batu pertama proyek pembangunan rumah di Sinpi, Pingtung, bagi korban bencana di Desa Laiyi. Desa Laiyi mengalami kerusakan parah saat topan Morakot melanda pada tahun 2009. Tahun lalu, desa ini kembali rusak karena dilanda topan Fanapi. Pada bulan April lalu, wakil dari Desa Laiyi datang ke Hualien untuk bertanya apakah Tzu Chi dapat membangun perumahan bagi mereka di wilayah Sinpi. Beberapa hari lalu, peletakan batu pertama telah dilaksanakan. Semoga akhir tahun ini proyek dapat selesai dikerjakan. Ini akan menjadi rumah permanen bagi mereka untuk memulai hidup baru. Hal ini juga merupakan peristiwa penting bagi Tzu Chi. Diterjemahkan oleh Lena. |