Suara Kasih: Bertekad Mengembangkan Kebijaksanaan
Judul Asli:
Dunia dipenuhi Lima Kekeruhan akibat karma buruk manusia | |||
“Menghargai jalinan jodoh dengan Master. Bertanggung jawab kepada Master; Mewariskan ajaran Jing Si kepada penerus. Tekad tidak mundur selamanya. Harap Kakek Guru jangan khawatir.” Mendengar tekad seperti itu, saya sendiri bisa merasakan kekuatan yang sangat besar. Tanpa tekad dan ikrar luhur, kehidupan kita akan berlalu sia-sia. Bodhisatwa sekalian, kita memiliki jalinan jodoh begitu baik sehingga bisa terlahir sebagai manusia dan berkesempatan untuk mendengar Dharma. Yang lebih berharga adalah kita bisa bernaung dalam ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi. Ajaran Buddha harus dipraktikkan, bukan hanya didengar saja. Pencapaian kita ini tidak mungkin terwujud berkat satu orang saja. Ini semua berkat segelintir orang yang terus berusaha keras dalam mengajak lebih banyak orang untuk bergabung dengan kita. Kita dapat melihat seorang Bodhisatwa lansia sungguh mengagumkan. Setiap kali menyaksikan Da Ai TV, dia sangat dipenuhi sukacita. “Setiap hari saya melihat Master di Da Ai TV. Saya selalu menyaksikan Da Ai TV setiap hari. Saya sangat bahagia bisa bergabung dengan Tzu Chi. Saya senang bisa menjadi relawan Tzu Chi. Intinya, saya sangat bahagia,” katanya. | |||
| |||
Empat Misi Tzu Chi telah membantu pencapaian dan menginspirasi banyak orang untuk dan menumbuhkan cinta kasih setiap orang. Hari ini, saya sangat senang mendengar setiap orang berbagi. Kalian harus ingat perkataan kalian. Kalian juga harus ingat perkataan saya. Jadi, kita semua harus saling mengingat kata-kata yang baik. Dengan demikian, barulah Dharma bisa abadi dan terus diwariskan selamanya. Kali ini, saya bisa melihat kalian semua kembali dengan percaya diri. Saya berharap keyakinan kalian bisa mengakar dan merambat ke tempat yang lebih jauh. Untuk itu, kita harus memiliki keyakinan yang benar dan mempelajari Dharma sebaik mungkin. Karena itu, saya sering berkata kepada kalian bahwa kita harus memperbarui pengetahuan tentang misi Tzu Chi. Janganlah berpikir, “Apakah sejarah lama pantas untuk dipelajari?” Sesungguhnya, saya selalu sangat bersyukur. Tzu Chi telah berdiri 40 tahun lebih. Pada saat itu, rekaman tentang Tzu Chi tidaklah banyak. Akan tetapi, dimulai dari langkah awal kita yang begitu sederhana, yaitu 30 ibu rumah tangga menyisihkan uang ke dalam 30 celengan bambu, hingga kini Tzu Chi telah tersebar ke seluruh dunia. Konsep celengan bambu Tzu Chi telah mendapat pengakuan dan memberi manfaat bagi banyak orang. Banyak orang yang mempraktikkannya. Saya sering berkata bahwa Bodhisatwa datang karena adanya makhluk yang menderita. Setiap kali bencana terjadi, Bodhisttva yang muncul selalu bertambah. Lebih dari 2.000 tahun silam Buddha telah membentangkan sebuah Jalan yang lurus dan lapang bagi murid-murid-Nya di masa depan, yaitu Jalan Bodhisatwa. Buddha mengajarkan tentang kebenaran tertinggi, yaitu Jalan Bodhisatwa. Inilah inti sari Sutra Bunga Teratai. Jadi, lebih dari 2.000 tahun silam, Buddha telah memaparkan kondisi saat ini. | |||
| |||
Untuk membantu mereka yang membutuhkan. Para siswa TK Tzu Chi Malaysia sungguh dididik dengan sangat baik. Anak-anak diajarkan untuk menghargai sumber daya alam dan menjalani pola hidup vegetaris demi membangkitkan cinta kasih mereka. Para guru memiliki cara yang baik dalam mendidik anak-anak. Yang paling membuat saya terkesan adalah setelah 7 hari tidak menggunakan botol susu, seorang anak berkata kepada ayahnya, “Ayah, bolehkah saya minum air menggunakan botol susu?” “Minum air dengan gelas sangat cepat habis.” Sang ayah pun tak bisa berbuat apa-apa. Sang ayah lalu mengisi botol susu anak itu dengan susu kacang dan menaruhnya di atas meja. Anak itu terus melihat botol susunya, lalu tiba-tiba berkata, “Shitai (Master Cheng Yen), saya minta maaf. Saya pikir Anda tak melihat saya. Sekarang saya tak memakai botol susu lagi. Saya sudah menggunakan gelas.” “Lalu, botol susumu digunakan untuk apa?” “Dijadikan “celengan beras”. Anak itu sungguh menggemaskan. Dia memiliki hati yang murni. Sungguh menggemaskan. Buddha berkata bahwa hati, Buddha, dan semua makhluk pada dasarnya tiada perbedaan. Setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Akan tetapi, perlu kita ketahui bahwa kemurnian hati yang kita bawa sejak lahir sangat mudah tercemar oleh kondisi luar. Berhubung memiliki jalinan jodoh yang baik dan memiliki berkah, kita bisa terlahir sebagai manusia dan berjodoh dengan Tzu Chi. Jadi, ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi merupakan ladang pelatihan batin kita. “Bodhisatwa sekalian, bawalah kembali ladang pelatihan ini ke negara kalian masing-masing. Ladang pelatihan batin ini tidak memiliki pembatas. Ia adalah ladang pelatihan yang sangat luas dan lapang. Jadi, kalian harus lebih melapangkan hati dan berpikiran murni untuk membimbing semua makhluk.” Buddha mengajarkan kepada kita untuk bersumbangsih tanpa pamrih dan senantiasa bersyukur. Kita harus bersyukur lewat sumbangsih di tengah masyarakat, kita berkesempatan untuk melatih diri. Tempat terbaik untuk melatih diri adalah di tengah masyarakat. Jadi, ini adalah Jalan Bodhisatwa. Dengan menapaki Jalan Bodhisatwa dan melewati berbagai tempaan dalam masyarakat, barulah kita dapat mengikis habis noda batin dan kembali pada hakikat kebuddhaan yang kita miliki. “Apakah kalian mengerti?” (Ya)Mungkin ini terdengar agak dalam, tetapi kalian tetap harus mendengarnya. Dengan sering mendengar Dharma, perlahan-lahan kalian akan memahaminya. Sebagai umat Buddha, tidak seharusnya kita memohon perlindungan atau berkah Buddha. Kita harus menciptakan berkah sendiri dengan melakukan hal yang benar. Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan sehingga menambah kerisauan kita, kita tetap harus menerimanya. Berhubung pernah menciptakan karma buruk, kini kita harus menerima buah karma kita dengan penuh rasa syukur. Seiring berlalunya waku, karma buruk ini juga akan terkikis. Jadi, waktulah yang membantu kita mengikis karma buruk, bukan Buddha atau Bodhisatwa yang membantu kita mengikis karma buruk. Buddha dan Bodhisatwa mengajarkan kepada kita bagaimana cara membuka hati dan menumbuhkan kebijaksanaan kita. Karena itu, setelah bersumbangsih, janganlah kita mengharapkan pamrih. Bodhisatwa selalu bersumbangsih tanpa pamrih. Selama sesuatu itu benar, maka lakukan saja.(Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou) | |||