Suara Kasih: Bervegetarian Bersama-sama

Judul Asli:

 

Bervegetarian Bersama-sama

 

Menciptakan kebajikan dan tak membunuh hewan
Bertobat atas kesalahan masa lalu
Bervegetarian bersama-sama
Menanam berkah dan membangkitkan kebijaksanaan

Tahun Baru Imlek semakin dekat. Karena itu, kita harus berintrospeksi atas kesalahan yang kita perbuat dahulu. Untuk menjalin sebuah hubungan yang baik, banyak orang yang mengadakan perjamuan makan. Apakah itu kebajikan atau kesalahan? Inilah yang harus kita renungkan sebaik mungkin. Demi mempererat hubungan bisnis, banyak pengusaha mengadakan perjamuan makan. Demi menjalin hubungan baik, mereka membunuh hewan untuk dikonsumsi. Karenanya, kita harus berintrospeksi diri dengan sebaik mungkin apakah kita sudah menciptakan banyak kebajikan.

Kita lebih banyak menciptakan kebajikan atau berbuat kesalahan? Inilah yang harus kita renungkan dengan sungguh-sungguh. Belakangan ini, kita bisa melihat bagaimana orang dalam masyarakat saling membimbing, memengaruhi, dan bertobat atas segala ketidaktahuan dan kegelapan batin mereka di masa lalu. Untuk kehidupan yang menyimpang, kita harus bertobat dengan sungguh-sungguh atas segala kebodohan kita di masa lalu. Buddha berkata bahwa semua makhluk diliputi kebodohan, siapa yang bisa berkata bahwa dirinya tak pernah melakukan kekeliruan? Setiap orang pernah melakukan kekeliruan. Karena itu, kita harus bertobat. Dengan bertobat, segala kotoran batin akan bisa dibersihkan sehingga cermin yang murni di dalam batin akan kembali bersinar terang dan memahami segala prinsip kenaran.

Lihatlah insan Tzu Chi Taiwan mengadakan pementasan "Bermimpi Mengalami Enam Alam". Kita juga bisa melihat insan Tzu Chi Filipina juga mengadakan pementasan yang serupa agar semua orang memahami bahwa membunuh makhluk hidup merupakan perbuatan yang sangat kejam. Sesungguhnya, mayoritas warga Filipina beragama Katolik. Akan tetapi, mereka bisa membabarkan ajaran Buddha di hadapan banyak orang, sungguh tak mudah. Melalui pementasan ini, mereka akan lebih mudah memahaminya. Jadi, mengasihi kehidupan dan menghormati kehidupan merupakan tanggung jawab kita semua.

Kita harus bertobat atas kesalahan duhulu. Berapa banyak kehidupan yang telah dikorbankan untuk memenuhi nafsu makan kita? Sebelum kita mengonsumsi daging,  entah berapa banyak penderitaan yang dialami oleh hewan-hewan tersebut. Di tengah kehidupan ini, setiap orang bagaikan yaksa (makhluk kahyangan yang khusus menjaga kekayaan dan kesuburan)  dan asurayang membunuh hewan dengan kejam. Karena itu, mulai kini kita harus mulai menanam berkah dan saling mendukung antarsesama untuk mengembangkan cinta kasih dan welas asih. Kita harus menyadari berkah dan lebih banyak merenungkan penderitaan hewan saat akan dibunuh.

Dengan mengembangkan kebijaksanaan, barulah kita bisa merasa empati dan turut merasakan penderitaan makhluk lain dan turut merasakan penderitaan makhluk lain. Kita harus menyadari berkah setelah melihat penderitaan. Dengan melangkah lebih jauh, kita akan bisa melihat penderitaan makhluk lain. Dengan demikian, barulah kebijaksanaan kita akan berkembang. Kita harus memahami bahwa semua penderitaan yang dihadapi oleh orang-orang di dunia merupakan karma buruk yang mereka ciptakan di kehidupan lampau.

Berhubung telah merusak lingkungan di kehidupan lampau maka kita akan terlahir  ke tempat yang penuh dengan bencana alam dan bencana akibat ulah manusia. Karena itu, buah yang kita tuai sekarang merupakan hasil yang ditanam di kehidupan lampau. Kita adalah orang yang beruntung karena bisa terlahir sebagai manusia dan tinggal di tempat yang ajaran Buddhanya sangat berkembang sehingga bisa mendengar Dharma dengan mudah. Dalam interaksi antarsesama, kita harus mengingatkan semua orang untuk menyadari berkah. Kita harus menanam berkah bersama-sama. Dengan adanya welas asih dan kebijaksanaan, barulah kita bisa hidup dengan tenang dan damai. Kita bisa melihat banyak pengusaha yang telah menyadari hal ini.

Dalam acara makan bersama akhir tahun ini, kita bisa melihat banyak pengusaha  yang menyediakan makanan vegetarian untuk mengungkapkan rasa terima kasih mereka kepada para karyawannya. Lihatlah seorang pemilik toko kue di Kaohsiung. Karyawannya sangat banyak. Dia mengadakan acara makan bersama dengan para karyawannya sebagai wujud terima kasih selama setahun ini. Para karyawannya juga sangat mendukung idenya untuk mengadakan acara makan bersama dengan menu vegetarian. Setiap orang menikmati hidangan dengan sukacita dan dapat merasakan ketulusan hatinya.

Bayangkan jika begitu banyak meja menghidangkan daging hewan maka akan ada berapa ekor ikan, lobster, ayam, bebek, dan babi yang harus disajikan ke atas meja.

Sebelum hewan-hewan tersebut disajikan, mereka dibunuh dengan pisau, dipukul dengan tongkat, dan lain-lain, lalu dicincang dan diiris tipis-tipis, dan dimasukkan ke air mendidih dan kuali panas atau digoreng dengan minyak. Bukankah setiap orang bagaikan yaksa dan asura di neraka yang menggunakan berbagai peralatan untuk membunuh semua makhluk hidup? Setelah itu, sepiring demi sepiring disajikan untuk dikonsumsi oleh banyak orang. Inilah kehidupan yang menyimpang. Kita juga bisa melihat sebuah pusat perawatan di Kaohsiung untuk menyediakan makanan vegetarian.  Insan Tzu Chi telah mencurahkan perhatian di pusat perawatan itu selama tujuh tahun lamanya sehingga telah terjalin hubungan baik dengan mereka.

Dalam acara makan bersama akhir tahun ini, insan Tzu Chi juga berangkat ke sana guna berkomunikasi dengan mereka dan para staf senior juga menerimanya  dengan penuh sukacita. Mereka juga menyisihkan uang selama 1 tahun untuk didonasikan kepada Tzu Chi sebagai amal. Ini yang disebut makan 80 persen kenyang dan menyisihkan sisa 20 persennya untuk membantu orang yang membutuhkan. Hal ini sangatlah baik. Di dunia ini banyak orang yang kelaparan. Ini merupakan bencana di dunia.

Pada saat acara makan akhir tahun, jika kita dapat mengimbau orang agar makan 80 persen kenyang dan menggunakan sisa 20 persennya untuk berbuat amal, serta mensosialisasikan pola hidup vegetarian, maka berarti kita tengah menciptakan berkah bagi masyarakat. Dengan demikian, dunia akan penuh kehangatan dan sukacita. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -