Suara Kasih: Bervegetarian Dengan Setulus Hati

 

Judul Asli:

 

Bervegetarian Dengan Setulus Hati Untuk Mengurangi Bencana

      

Relawan memberikan bantuan dan menenangkan batin para korban bencana
Seorang anak menasihati ibunya untuk bervegetarian bersama
Memahami kebenaran dan memandang serius hukum sebab akibat
Bervegetarian dengan setulus hati demi menjauhkan diri dari bencana

Pada bulan Februari tahun lalu, Selandia Baru diguncang gempa bumi. Gempa berkekuatan dahsyat itu mendatangkan kerusakan yang sangat parah bagi Christchurch. Pada saat-saat ini tahun lalu, insan Tzu Chi di Selandia Baru dan insan Tzu Chi dari Australia bekerja sama dengan harmonis untuk mencurahkan perhatian di sana. Mereka memberikan perhatian jangka panjang dan mendampingi para korban bencana hingga kini.

Kini satu tahun telah berlalu. Kita dapat melihat kini benih-benih cinta kasih di sana telah mulai bertunas. Ini adalah sebuah hal yang baik. Sungguh membuat orang bahagia melihatnya. Jadi, sebagai manusia, setiap orang harus memahami kodrat. Yang disebut memahami kodrat adalah memandang serius hukum karma. Bagaimana agar setiap orang bisa memahami kodrat? Memahami kodrat berarti memahami prinsip kehidupan. Apakah prinsip kehidupan itu? Kita harus memahami hukum sebab akibat agar dapat memahami prinsip kehidupan.

Akibat gempa dahsyat di Christchurch, banyak warga yang menderita. Bodhisatwa datang karena adanya makhluk yang menderita. Ini adalah sebuah kondisi pendukung bagi Bodhisatwa. Kondisi ini dimulai dengan adanya makhluk yang menderita, sehingga didasarkan oleh rasa ibanya, Bodhisatwa datang menjangkau penderitaan tersebut untuk mengulurkan tangan dan mencurahkan kekuatan cinta kasih lewat penghiburan, pendampingan, dan sumbangsih. Mereka bagaikan petani di dunia yang menggarap lahan batin para korban bencana dengan penuh kesungguhan hati. Ini semua berkat adanya jalinan jodoh.

Kini kita dapat melihat benih cinta kasih telah bertunas. Tak lama lagi, tempat itu akan penuh dengan pohon bodhi yang berbunga dan berbuah. Kemudian, tempat itu akan menjadi hutan bodhi. Inilah yang disebut memahami kodrat dan hukum karma. Kita semua harus memahami kebenaran cinta kasih ini. Cinta kasih dapat membentuk sebuah siklus. Jadi, benih pasti akan berbuah. Intinya, benih akan terus berbuah sepanjang kondisinya mendukung. Melalui peristiwa yang terjadi di dunia, kita dapat lebih memahami siklus hukum karma. Kita harus memahami bahwa siklus ini bermula dari pikiran manusia. Karena itu, kita harus bervegetarian serta menjaga batin agar senantiasa murni dan bebas dari ketamakan dan noda batin. Untuk itu, kita harus menaati sila.

Kita dapat melihat  insan Tzu Chi di Yilan, Hualien, dan Taidong. Mereka sangat giat dan bersemangat dalam mempersiapkan pementasan adaptasi Sutra. Kita juga mendengar kisah seorang ibu yang memberi sebuah buku kepada anaknya yang mengimbau untuk bervegetarian dan tidak membunuh hewan. Sang ibu ingin menumbuhkan cinta kasih anaknya. Setelah membaca buku tersebut, anak itu pun membangkitkan cinta kasihnya. Dia tidak tega mengonsumsi daging hewan dan sangat menghormati kehidupan. Jadi, anak itu pun mulai bervegetarian dan menolak mengonsumsi daging hewan. Akan tetapi, malah sang ibu yang tidak bisa mengendalikan nafsu makan. Jadi, hanya anaknya yang bervegetarian, sedangkan sang ibu tetap mengonsumsi daging. Setelah beberapa waktu, anak itu berkata kepada ibunya, “Ibu yang membeli buku itu untuk saya. Usai membacanya, saya terinspirasi untuk bervegetarian, namun mengapa sampai sekarang Ibu masih belum bervegetarian?” Semua ini adalah kisah yang mengagumkan, juga merupakan lingkaran kebajikan.

Pendidikan sungguh mendatangkan harapan yang cemerlang. Tentu saja, kita harus menjaga hati dengan baik. Kini kita dapat melihat dengan jelas kondisi di dunia ini yang merupakan dampak dari ketidakselarasan empat unsur alam. Contohnya Bolivia. Bulan Januari hingga bulan Maret adalah musim hujan di Bolivia. Akan tetapi, kondisi iklim tahun ini sangat ekstrem. Hujan lebat yang turun tanpa henti mengakibatkan terjadinya tanah longsor dan meluapnya air sungai.

Kini banyak orang yang terperangkap di tengah kondisi yang mengancam, baik orang berada maupun orang kurang mampu. Negara Bolivia dan Brasil dibatasi oleh sebuah sungai. Kini volume air di sungai itu terus meningkat sehingga meluap keluar. Di satu sisi, air sungai itu mendatangkan bencana banjir di Bolivia. Di sisi lainnya, air sungai juga mengakibatkan banjir di Brasil. Selain Brasil, banjir akibat hujan lebat yang mengguyur Peru dan Cile telah menghanyutkan ranjau darat ke jalan raya.

Dahulu ranjau-ranjau itu ditanam ketika terjadi ketegangan antara kedua negara tersebut. Karena itu, demi keamanan, akses jalan di sana telah ditutup agar tak ada orang yang melewatinya. Cile bagian utara dilanda bencana banjir, sedangkan di bagian tengah terjadi kebakaran. Warga Cile sungguh berada di tengah genangan air dan panasnya api. Jadi, ini semua adalah akibat karma buruk kolektif semua makhluk. Sesunguhnya, ada orang yang ingin menyalurkan bantuan bagi para korban bencana, tetapi karena ditemukannya ranjau darat, menjadi sangat berbahaya.

 

Kita juga dapat melihat ketidakselarasan unsur angin di Indonesia. Angin puting beliung telah memorak-porandakan Kepulauan Seribu. Insan Tzu Chi telah tiba di sana untuk menyurvei lokasi bencana dan memberikan bantuan material. Kita juga dapat melihat wilayah perbatasan Thailand dan Myanmar. Kobaran api melahap lebih dari 1.000 unit rumah. Tempat tersebut berjarak sekitar 500 km dari Provinsi Tak. Akan tetapi, insan Tzu Chi di Thailand telah mulai bersiap-siap untuk menyurvei lokasi bencana.

Demikianlah insan Tzu Chi selalu bergerak untuk membantu orang yang membutuhkan. Singkat kata, kita harus segera menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia. Relawan yang menempuh perjalanan jauh untuk menyalurkan bantuan tentu harus memerhatikan banyak hal, termasuk keamanan, dan lain-lain. Karena itu, kita harus menggalang Bodhisatwa dunia di setiap tempat. Singkat kata, kita harus memahami prinsip kehidupan manusia.

Prinsip adalah kebenaran, dan kebenaran adalah jalan. Kebenaran ini dapat ditemukan di dalam Sutra. Karena itu, dengan menyelami Sutra, kita dapat memahami prinsip kebenaran di dunia. Setelah memahami prinsip kebenaran, kita akan memahami bahwa segala sesuatu berawal dari batin manusia. Intinya, setelah memahami penyebab dari bencana, kita akan lebih mudah mengantisipasinya.

 
 
Keharmonisan organisasi tercermin dari tutur kata dan perilaku yang lembut dari setiap anggota.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -