Suara Kasih: Cinta Kasih Tanpa Batas

Judul Asli:

 

 Mengembangkan Cinta Kasih Tanpa Batas dan Kebajikan yang Tak Terhingga

      

Mengadakan baksos kesehatan di wilayah pedesaan
Mensosialisasikan pelestarian lingkungan dan membimbing warga berjalan di arah yang benar
Kembali pada sifat hakiki manusia yang murni dan lembut
Mengembangkan cinta kasih tanpa batas dan kebajikan yang tak terhingga

Seorang pria di Filipina, berhubung gigi palsunya retak, dia menggunakan lem untuk menempelnya kembali. Akibatnya, dia menderita sakit gusi. Akan tetapi, dia bertemu dengan insan Tzu Chi yang membantunya membuat gigi palsu. Insan Tzu Chi adalah penyelamat baginya. Ia berkata “jika bukan karena baksos kesehatan Tzu Chi, saya tidak akan memiliki gigi palsu. Saya sungguh berterima kasih.”

Anggota TIMA di Filipina selalu mengadakan baksos kesehatan secara rutin di wilayah pedesaan ataupun di pinggiran kota. Setiap tahun, mereka mengadakan baksos kesehatan berskala besar sebanyak beberapa kali. Pada baksos kesehatan kali ini juga terdapat dokter gigi, dokter bedah umum, dokter spesialis penyakit dalam, dokter mata, dan lain-lain.

Di kompleks Tzu Chi di Filipina terdapat sebuah klinik mata yang dilengkapi fasilitas yang sangat lengkap. Umat beragama di Filipina selalu bekerja sama dengan harmonis. Ada pula seorang biarawati yang mengetahui bahwa banyak umat Katolik yang menderita penyakit mata. Dahulu saya bisa mencuci baju sendiri, tetapi kini tidak bisa lagi. Saya tidak bisa bekerja di luar karena saya harus menjaga Ibu. Biarawati tersebut pun bertekad menggalang dana di Italia, lalu membawa hasil donasi ke Filipina untuk mengadakan baksos mata. Berhubung pasien yang memerlukan operasi sangat banyak dan gereja biarawati tersebut tidak memiliki sumber daya yang cukup, dia pun meminta bantuan kepada Tzu Chi. Karena itu, para anggota TIMA pun membantunya dengan sukacita.

“Kalian sungguh telah membantu orang orang yang tak memiliki masa depan menemukan harapannya kembali. Saya sungguh berterima kasih kepada kalian. Berhubung tidak memiliki pendapatan, saya tidak mampu menanggung biaya operasi,” ucapnya. Biarawati tersebut sangat berterima kasih kepada Tzu Chi. Karenanya, dia pun mendonasikan sisa dana yang digalangnya kepada Tzu Chi. Ia berkata, ”Kami bersedia mendonasikan uang ini karena Sisters of the Sacred Heart of Jesus dan para donatur dari Italia berharap bisa membantu orang yang membutuhkan. Inilah yang terus dilakukan oleh Tzu Chi. Kami berharap donasi ini bisa membantu kalian untuk terus melakukan kebajikan.”

Biarawati itu berharap Tzu Chi bisa terus bekerja sama dengan mereka. Jika bertemu orang yang membutuhkan bantuan, dia akan mengenalkannya kepada Tzu Chi. Biarawati tersebut juga berkerja sama dengan anggota TIMA untuk membantu sesama.

Kerja sama harmonis tanpa membeda-bedakan keyakinan ini sungguh luar biasa. Setiap agama di dunia ini memiliki prinsip dan tujuan yang sama, yaitu cinta kasih. Jika setiap orang dapat bekerja sama dengan cinta kasih universal dan cinta kasih tanpa pamrih, maka bisa membawa manfaat yang besar bagi dunia. Kita dapat melihat petugas pemadam kebakaran di Filipina yang berbeda dengan Taiwan. Mereka membantu warga memasang alarm kebakaran.

”Kami memiliki misi yang sama dengan Tzu Chi, yaitu ingin menolong orang lain. Saat terjadi kebakaran,kami berdiri di garis depan untum memadamkan api,sedangkan Tzu Chi berada di barisan belakang untuk memberi bantuan kepada korban bencana. Saat Anda menekan tombol berwarna merah,dalam waktu dua detik saja kami akan tahu lokasi kebakaran. Komputer ini akan segera mengirim pesan untuk mengabarkan para petugas pemadam kebakaran,” ucap seorang tim pemadam kebakaran.

Tuan Cai telah mendirikan tim pemadam kebakaran nonprofit ini. Mereka telah lama bekerja sama dengan Tzu Chi. Setiap kali insan Tzu Chi mengadakan kegiatan, menyaluran bantuan, dan lainnya, tim pemadam kebakaran selalu turut membantu dan bekerja sama untuk bersumbangsih bagi para korban bencana ataupun orang yang membutuhkan bantuan. Inilah cinta kasih di seluruh dunia. Dengan banyaknya orang yang penuh cinta kasih di dunia, maka secara alami di mana pun bencana terjadi, akan ada orang yang segera bergerak  untuk memberi penghiburan. Dengan demikian, kita dapat melihat suasana penuh kehangatan di lokasi bencana. Insan Tzu Chi tidak hanya meringankan penderitaan makhluk hidup, namun juga membebaskan penderitaan batin serta membimbing setiap orang untuk menghindari kejahatan dan memperbanyak kebajikan.

Mereka menasihati banyak orang untuk mengubah pola hidup, yakni tidak mengonsumsi miras, tidak merokok, dan tidak mengonsumsi narkoba. Janganlah memiliki kebiasaan buruk seperti itu. Sebelum menyalurkan bantuan, insan Tzu Chi akan berbagi asal mula semangat celengan bambu dan membagikan selimut kepada setiap orang. Insan Tzu Chi akan berbagi bahwa selimut-selimut itu berasal dari hasil daur ulang botol plastik. Dengan membungkukkan badan untuk memungut botol plastik,mereka bisa menyelamatkan bumi sekaligus menyediakan bahan baku untuk membuat selimut. Insan Tzu Chi menggunakan cara yang sederhana untuk menjelaskan bahwa setiap orang bisa turut berkontribusi.

Setelah mendengarnya, banyak orang yang terinspirasi untuk mempraktikkan semangat celengan bambu. ”Meskipun tidak bisa membantu langsung di lokasi bencana, namun melalui Tzu Chi, saya masih dapat mengerahkan sedikit kekuatan. Setiap kali membeli obat untuk istri saya, saya akan menyisihkan kembaliannya ke dalam celengan bambu. Saya merasa sangat gembira. sedikit demi sedikit donasi. Kelak saya akan berdana lebih banyak lagi,” ucapnya. Sedikit demi sedikit donasi yang terhimpun bisa menciptakan kekuatan yang sangat besar. Bahkan ada beberapa orang yang mengumpulkan barang daur ulang dan membawanya ke lokasi penyaluran bantuan.

Lihatlah, berkat himpunan tetes demi tetes niat bajik, sekelompok orang itu pun tak lagi berkeluh kesah. Bukankah begitu banyak bantuan materi yang dibagikan oleh insan Tzu Chi merupakan tetes demi tetes sumbangsih dari banyak orang? Lebih dari 45 tahun yang lalu, Tzu Chi berdiri berkat tetes demi tetes sumbangsih banyak orang. Setelah mengetahui hal tersebut, mereka menyadari bahwa kekuatan yang kecil dalam diri mereka juga bisa digunakan untuk membantu orang lain. Ini sungguh merupakan cara yang luar biasa. Semoga sekelompok orang ini memiliki jalinan jodoh yang baik untuk menghimpun benih berkah dan memperoleh berkah. Jika tidak,bukankah sekelompok orang yang hidup minim ini akan terus mengeluh seumur hidupnya?

Saat jalinan jodoh matang, kita harus membantu mereka dan membersihkan noda batin mereka dengan air Dharma terlebih dahulu. Kita harus membasahi batin mereka dengan air Dharma agar mereka dapat terinspirasi untuk membantu orang lain. Bukankah ini cara kita membimbing dan menyelamatkan semua makhluk? Saya sungguh merasa insan Tzu Chi di Filipina telah mensosialisasikan semangat celengan bambu dan konsep daur ulang botol Tzu Chi dengan sangat baik. Semoga insan Tzu Chi di Taiwan dapat meneladani insan Tzu Chi Filipina. Di mana pun berada, di lokasi penyaluran bantuan, maupun di lokasi bencana, mereka selalu menjelaskan dua hal ini kepada warga setempat dengan sungguh-sungguh.

Inilah pendidikan yang mendasar dan pertolongan yang paling utama. Inilah yang harus kita teladani. Bodhisatwa sekalian, saat berada dalam keadaan aman dan tenteram, kita sungguh harus waspada. Saya sering berkata bahwasaat berada dalam kondisi aman, kita harus tetap waspada. Setelah menyelami Sutra lewat pementasan, kita telah menjalani pemurnian batin. Kita harus mengubah segala tabiat buruk, serta kembali kepada sifat hakiki manusia yang murni dan lembut.Inilah tujuan kita mempelajari ajaran Buddha. Diterjemahkan oleh: Li Sian.

Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -