Suara Kasih: Cinta Kasih Tanpa Pamrih Bodhisatwa Dunia

 

 

 

Judul Asli:

Cinta Kasih Tanpa Pamrih Bodhisatwa Dunia

Berintrospeksi melihat kondisi dunia yang mengkhawatirkan
Menyerap dan mempraktikkan Dharma demi menciptakan kedamaian dunia
Kekayaan spiritual mengatasi penderitaan
Bodhisatwa dunia memberikan cinta kasih tanpa pamrih

Dalam siaran berita Da Ai TV kita melihat bahwa dua hari ini tujuh negara bagian AS dilanda hujan badai. Badai ini datang dan membuat banyak orang panik. Baik transportasi darat, laut, maupun udara, semuanya terganggu. Melihatnya, kita juga merasa khawatir. Yang lebih membuat tak sampai hati adalah kondisi di Haiti. Banyak warga hidup kekurangan di sana. Berdasarkan sebuah laporan, dari tiga orang di sana, ada dua di antaranya yang kelaparan. Berita ini sungguh menggemparkan. Akan tetapi, entah mengapa, meski hidup kekurangan, mereka masih terus melahirkan anak. Mereka tidak memiliki tempat tinggal dan harus berteduh di tempat yang tidak layak. Mereka juga tak memiliki makanan. Mereka melalui hari-hari dengan penuh kesulitan. Keadaan ini sulit dijelaskan dengan kata-kata. Begitulah nafsu keinginan manusia. Manusia sulit mengendalikan nafsu seksual. Akibatnya, meski kekurangan bahan pangandan kondisi hidup tidak stabil, populasi penduduk di sana terus bertambah. Di negara itu, para warga hidup sangat menderita, entah bagaimana kita dapat membantu. Melihatnya, saya sungguh khawatir. Kita hidup di dunia yang sama. Jika nafsu keinginan manusia tak dapat dikendalikan, maka ketidakselarasan dunia akan terus berlanjut.

Kini, di Amerika Tengah dan Selatan, Afrika, dan di berbagai tempat lainnya telah terjadi kekeringan. Jadi, kondisi iklim yang ekstrem ini sungguh membawa penderitaan yang tak terkira, membuat manusia sulit melewati hari-hari. Jadi, kita harus sungguh-sungguh berintrospeksi. Jika manusia tidak berintrospeksi, maka dunia sulit mencapai keharmonisan. Kita semua harus memiliki keyakinan. Janganlah kita ragu terhadap ajaran Buddha. Ajaran Buddha masih ada di dunia ini. Kita hendaknya mencari kebenaran tersebut, menyerapnya ke dalam hati, dan mempraktikkannya secara nyata. Semoga setiap orang dapat menyakini dan menjalankan ajaran Buddha ini. Dengan demikian, barulah dunia akan damai dan alam akan selaras. Tiada cara lain, semua bergantung pada manusia. Setiap hari saya berusaha untuk membabarkan hukum karma dengan berbagai cara dan perumpamaan, tetapi berapa banyak orang yang dapat menerima dan mempraktikkan ajaran ini? Sebaliknya, setiap hari kita melihat pola hidup kebanyakan orang dan kondisi dunia yang kacau sungguh mengkhawatirkan.

Kita telah melihat kondisi di Suriah. Perang saudara di sana telah berlangsung lebih dari dua tahun. Dalam dua tahun ini, ketahuilah bahwa para warga Suriah melewati satu detik bagai satu tahun. Akibat konflik berkepanjangan ini, telah lebih dari 90 ribu orang tewas. Ini terjadi hanya dalam dua tahun. Sungguh, ketenteraman dunia merupakan berkah. Bencana akibat ulah manusia sungguh menakutkan. Tentu, kondisi iklim ekstrem juga mengkhawatirkan. Intinya, manusia harus sadar. Jika tidak, dunia akan sulit tenteram. Kita juga melihat di Amerika Serikat kembali terjadi ledakan di pabrik kimia.

Belum lama ini juga terjadi ledakan di sebuah pabrik di Texas. Kejadian ini juga sangat menyedihkan. Kali ini, ledakan terjadi di Louisiana, mengakibatkan satu orang tewas dan puluhan orang luka-luka. Ini menunjukkan ketidakkekalan. Dalam sekejap, baik akibat ulah atau kelalaian manusia, bencana alam, maupun pola hidup manusia, ketidakkekalan dapat terjadi. Jadi, kita harus meningkatkan kewaspadaan.

Kemarin kita juga melihat insan Tzu Chi dari AS bertemu dengan sekjen istana kepresidenan. Pada siang harinya, mereka juga bertemu dengan kepala Legislatif Yuan, Bapak Wang. Para pejabat itu ingin mengetahui apa yang telah Tzu Chi lakukan di dunia internasional dan bagaimana pengakuan Gedung Putih dan Senat New York terhadap Tzu Chi. Terlebih lagi, ini pertama kalinya sebuah organisasi kemanusiaan non pemerintah yang berlandaskan agama mengikuti pertemuan senat di New York. Selain itu, dalam pertemuan tersebut, salah satu dari insan Tzu Chi, Ji Tuo, salah satu dari insan Tzu Chi diundang untuk memimpin doa. Dia juga diminta menyampaikan pidato. Dalam pidatonya, dia mengutip “Sepuluh Pedoman Hati”, yang menggambarkan perasaan saya saat meninjau daerah bencana Topan Morakot. Sepuluh Pedoman Hati ini dia jabarkan secara terperinci di hadapan para anggota senat. Selain itu, Tzu Chi juga menerima penghargaan sebagai “Champions of Change” dari Gedung Putih dan merupakan satu-satunya penerima penghargaan yang berasal dari Asia.

Mereka memberi penghargaan kepada Tzu Chi karena selama bertahun-tahun, Tzu Chi bukan hanya telah berkontribusi di AS, melainkan di negara-negara lain di Benua Amerika. Semua orang bersumbangsih tanpa pamrih dan mengeluarkan biaya sendiri. Mereka datang dari Taiwan atas nama Tzu Chi untuk memberi perhatian di negara lain dan membangkitkan kekuatan cinta kasih dalam hubungan antar manusia. Singkat kata, di dunia ini, insan Tzu Chi telah menyalurkan cinta kasih ke lebih dari 80 negara. Mereka datang tanpa diundang. Inilah semangat Bodhisatwa dunia.

Saya sungguh berterima kasih kepada para insan Tzu Chi di seluruh dunia yang telah memikul tanggung jawab atas makhluk yang menderita dan bersumbangsih bagi mereka. Selain bantuan materi, yang terpenting insan Tzu Chi juga membawa pengaruh positif dan kekayaan spiritual bagi mereka. Meski hidup dalam kesulitan, para warga dapat membangun kekayaan batin dan turut membantu orang lain. Dengan menyucikan hati manusia seperti ini, barulah masyarakat akan damai dan tenteram.

Singkat kata, banyak hal yang patut disyukuri. Saya telah melihat insan Tzu Chi yang menghargai dan menciptakan berkah setelah melihat penderitaan. Bahkan para relawan daur ulang di seluruh dunia juga bersumbangsih sekuat tenaga juga bersumbangsih sekuat tenaga dan dengan penuh rasa tanggung jawab. Jadi, saya berharap kalian semua lebih bersungguh-sungguh untuk mempelajari apa yang Tzu Chi lakukan di berbagai belahan dunia lewat buku elektronik Jing Si. Selain mempelajarinya, yang lebih penting adalah berbagi dengan orang lain. Selain menyadarkan diri sendiri, kita harus menyadarkan orang lain. Dharma harus meresap ke dalam hati. Selain itu, kita harus menggunakan Dharma ini untuk membimbing orang lain. Dengan demikian, dalam masyarakat kita, hati manusia baru dapat tersucikan. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 
Melatih diri adalah membina karakter serta memperbaiki perilaku.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -