Suara Kasih: Daur Ulang Untuk Melindungi Bumi

 

Judul Asli:

 

 Melindungi Bumi dengan Melakukan Daur Ulang

      

Melindungi bumi dengan melakukan daur ulang
Menikmati keharmonisan keluarga dengan memasak sendiri di rumah
Pemulihan pascabencana banjir dijalankan di Thailand
Menyebarkan cinta kasih di tengah masyarakat

Setelah menonton Da Ai TV, banyak orang yang berubah. Mengapa? Karena mereka melihat budaya humanis dan kisah nyata kalian. Tanggal 25 Maret lalu adalah acara penutupan kamp di Aula Jing Si, Hualien. Selama tiga hari, para Bodhisatwa daur ulang dari 12 negara kembali ke Hualien untuk saling berbagi dan belajar mengenai pelestarian lingkungan. Saya sungguh bersyukur karena sejak lebih dari 20 tahun yang lalu, para relawan di Taiwan mulai mengulurkan sepasang tangan dengan penuh cinta kasih untuk melakukan kegiatan daur ulang. Sesungguhnya, saya selalu mengasihi dan menghormati para Bodhisatwa daur ulang. 

Lihatlah pola hidup masyarakat masa kini yang tidak henti-hentinya menciptakan sampah. Inilah kegelapan batin manusia. Orang-orang zaman dahulu selalu hidup dengan sederhana. Mereka selalu membuat sarapan sendiri dan membawa bekal makanan saat berangkat kerja. Setelah pulang dari sekolah atau kantor, mereka akan makan malam di rumah. Inilah kehidupan keluarga yang normal. Orang masa kini tidak memiliki kebiasaan makan di rumah. Banyak orang rela mengendarai mobil atau sepeda motor pada pagi-pagi sekali demi membeli sarapan. Usai makan, kemasannya akan dibuang sehingga menjadi sampah. Pada siang hari, mereka juga akan memesan makanan dari luar, jajan di pinggiran jalan, ataupun makan di restoran. Pola hidup seperti ini sungguh boros dan menciptakan banyak sampah. Berhubung agak sulit merekrut orang untuk membersihkan peralatan makan, restoran pun menggunakan alat makan sekali pakai. Bayangkanlah betapa besar dampak buruk yang akan tercipta. Selain manusia akan menjadi malas, sampah yang tercipta juga semakin banyak. 

Banyak orang menjadi gemar makan di pinggir jalan. Bahkan ada orang yang langsung makan dari kemasan plastik. Karena itu, kualitas hidup manusia masa kini pun mengalami penurunan. Sebagai manusia, kita sungguh harus berintrospeksi diri dan memiliki kualitas hidup yang baik. Setiap keluarga hendaknya memiliki kehangatan dan nilai-nilai kekeluargaan seperti acara makan bersama keluarga, dan lainnya. Semua ini adalah hal yang paling berharga bagi manusia. Akan tetapi, banyak orang yang mengejar kenikmatan di luar sehingga mengorbankan kehidupan bersama keluarga. Mereka selalu makan di luar sehingga menciptakan banyak sampah. Hal ini sungguh disayangkan. 

Akan tetapi, beruntung ada sekelompok orang yang sangat bijaksana. Mereka adalah Bodhisatwa daur ulang. Tak peduli di negara mana pun berada, baik di perantauan maupun negara asal, mereka semua memahami ajaran yang dibabarkan Buddha di dunia tentang empat fase alam. Baik benda materi, pikiran, maupun kehidupan, ketiganya tidak luput dari empat fase. Benda materi mengalami fase pembentukan, keberlangsungan, kerusakan, dan kehancuran. Pikiran kita juga mengalami fase timbul, berlangsung, berubah, dan lenyap. Tubuh kita mengalami fase lahir, tua, sakit, dan mati. Segala sesuatu di alam semesta ini mengalami empat fase alam. 

Sebagai manusia, kita harus hidup harmonis dengan alam. Bagaimana caranya kita mengasihi bumi pertiwi ini? Beberapa hari lalu, Bodhisatwa daur ulang dari 12 negara saling berbagi pengalaman. Di antaranya, ada sepasang Bodhisatwa lansia yang telah melakukan daur ulang selama lebih dari 20 tahun. Berhubung tak memiliki posko daur ulang sendiri, dalam waktu beberapa tahun, mereka terpaksa pindah tempat sebanyak 10 kali. Mereka terus berpindah tempat. Meski demikian, mereka tetap tinggal di komunitas yang sama. 

Seorang relawan tersebut berkata, "Saya mulai melakukan daur ulang sejak tahun 1991. Tahun ini adalah tahun ke-21. Kita harus mendengar filosofi Master. Kita harus mengasihi bumi dan semua makhluk. Itu semua adalah hal baik, mengapa kita enggan melakukannya? Karena itu, meski menghadapi rintangan yang besar, saya akan terus memikul tanggung jawab ini."

Relawan lainnya juga berkata, "Apa kekuatan utama yang terus mendukung kita? Ajaran Master. Master berkata bahwa dalam berbuat kebajikan jangan sampai kurang kita seorang. Artinya, setiap orang harus berpartisipasi dalam melakukan daur ulang. Kita harus mempraktikkan ajaran Master. Kita juga harus melakukan pelestarian batin. Apa itu pelestarian batin? Yaitu mengembangkan cinta kasih hingga ke setiap penjuru dunia. Dengan adanya cinta kasih, barulah negara kita bisa harmonis. Terima kasih," 

Saat turun dari panggung, dia berkata kepada saya, "Master, saya tak rela meninggalkan posko daur ulang. Banyak relawan yang berusia 90-an tahun, 80-an tahun, dan 70-an tahun. Mereka semua melakukan daur ulang dengan penuh sukacita. Mereka sangat bahagia karena bisa melakukan daur ulang. Kini kehidupan mereka menjadi lebih bahagia. Mereka tak rela berhenti melakukan daur ulang." 

Sepasang lansia itu berharap bisa terus melakukan daur ulang di komunitas agar lebih banyak orang yang merasa bahagia, lebih banyak keluarga yang hidup damai, dan lebih banyak lansia yang dipenuhi sukacita. Terlebih lagi, mengajarkan konsep pelestarian lingkungan di tengah komunitas adalah hal yang baik. Jika setiap orang bisa demikian, maka alangkah baiknya. 

Kini di Taiwan terdapat lebih dari 200 posko daur ulang edukatif dan lebih dari 4.000 posko daur ulang. Jumlah keseluruhannya adalah lebih dari 5.000 posko daur ulang. Jumlah Bodhisatwa daur ulang mencapai hampir 70.000 orang. Inilah yang ada di Taiwan. Kita telah mensosialisasikan daur ulang dengan sedemikian baik. Kini konsep pelestarian lingkungan telah tersebar ke luar negeri.

Warga Thailand mulai menyadari pentingnya pelestarian lingkungan setelah mendapat pendampingan dari insan Tzu Chi. Tahun lalu, Thailand dilanda bencana banjir selama hampir 4 bulan. Insan Tzu Chi menyediakan makanan hangat dan terjun ke tempat penampungan untuk menenangkan batin korban bencana, mensosialisasikan pelestarian lingkungan, mengadakan acara doa bersama, dll. Di mana pun berada, insan Tzu Chi selalu berbagi tentang pelestarian lingkungan dan berbagi tentang selimut yang merupakan hasil daur ulang dari botol plastik. Insan Tzu Chi menggunakan berbagai cara untuk menginspirasi warga setempat. Berkat sumbangsih dan bimbingan mereka, kini warga setempat mulai menyadari pentingnya pelestarian lingkungan.

Thailand telah membangun tanggul untuk mencegah banjir. Daripada membangun tanggul yang berwujud, lebih baik kita membangun tanggul batin yang tidak berwujud. Setiap orang hendaknya memiliki tanggul batin untuk mengantisipasi nafsu keinginan.

Singkat kata, asalkan bersedia melakukan daur ulang, bumi akan terjaga dengan lebih baik. Lihatlah insan Tzu Chi menggunakan berbagai cara membimbing dan mendidik masyarakat. Entah bagaimana saya mengungkapkan rasa terima kasih kepada para Bodhisattva daur ulang. Rasa syukur saya sungguh tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Intinya, saya sungguh berterima kasih kepada para Bodhisatwa daur ulang yang datang dari 12 negara demi satu tujuan. Mereka ke Taiwan bukan untuk liburan, melainkan untuk belajar. Akan tetapi, untuk melakukan daur ulang di negara tempat tinggal masing-masing, mereka harus mengatasi berbagai rintangan. Banyak hal yang patut kita pelajari dari mereka. Melihat mereka saling bertukar ilmu, berbagi, dan belajar, saya sungguh merasa tersentuh.Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia

Keharmonisan organisasi tercermin dari tutur kata dan perilaku yang lembut dari setiap anggota.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -