Suara Kasih : Demi Keberlangsungan Kehidupan


Judul Asli:
Melindungi Bumi demi Kelangsungan Semua Makhluk

Bodhisatwa cilik menginspirasi teman-temannya untuk melakukan daur ulang
Mengasihi diri sendiri, orang lain, dan sumber daya alam
Melakukan kegiatan daur ulang serta hidup hemat dan rajin
Melindungi bumi demi kelangsungan makhluk hidup

Bumi ini sungguh telah rusak parah akibat ulah manusia dan sumber daya alam pun telah terkuras. Belakangan ini, World Wide Fund for Nature (WWF) melaporkan bahwa manusia tak hanya terus menciptakan emisi karbon dan mencemari atmosfer, melainkan juga menguras sumber daya alam.

Mereka memprediksi bahwa pada tahun 2030 manusia mungkin memerlukan sebuah planet lain untuk melangsungkan hidup. Hal ini juga berarti bahwa kita memerlukan sumber daya alam dari planet lain untuk memenuhi kebutuhan umat manusia.

Dari laporan tersebut kita dapat mengetahui bahwa beban yang dipikul bumi ini sungguh sangat berat. Selain itu, pegunungan juga terus dieksploitasi hingga dipenuhi kerusakan. Saya sungguh sedih melihatnya. Manusia sungguh harus berintrospeksi diri. Segala sesuatu di dunia ini bergantung pada bumi untuk bertahan hidup. Jika bumi terluka, maka manusia dan segala sesuatu di bumi ini pun akan terkena dampaknya.

Bumi telah dipenuhi luka dan tak dapat memikul beban lagi. Dapatkah manusia terus bertahan hidup? Apakah kita masih dapat mengharapkan kemakmuran, keturunan, dan umur panjang? Jika bumi rusak, di mana kita dapat mengejar kemakmuran?

Jika bumi rusak, bagaimana generasi penerus kita dapat bertahan hidup? Kini kita telah melihat bencana yang terjadi silih berganti. Apa kita masih bisa berdoa agar panjang umur? Kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Hal terpenting yang harus kita lakukan sekarang adalah meningkatkan kewaspadaan.

Saya sering mengingatkan kalian semua bahwa ketika bencana yang menggemparkan terjadi, kita harus sadar dan memetik hikmah darinya. Jika kebijaksanaan kita tidak bertumbuh, akankah kita sadar? Meski umur panjang sangatlah penting, namun kebijaksanaan jauh lebih penting. Kita sungguh harus meningkatkan kesadaran dan berintrospeksi diri. Karena itu, insan Tzu Chi tak henti-hentinya mensosialisasikan pelestarian lingkungan dan pola hidup vegetarian.

Kita dapat melihat kini banyak perusahaan yang mensosialisasikan pola hidup vegetarian. Contohnya, Universal Container Terminal Company yang telah menyediakan makanan vegetarian di kantinnya selama hampir 10 tahun. Meski awalnya terdapat beberapa kendala, namun kini para karyawannya berkata bahwa mereka menjadi lebih sehat setelah bervegetarian. Kini mereka sehat secara fisik dan batin. Menjalani pola hidup vegetarian telah menjadi kebiasaan mereka.

Jika setiap orang dapat bervegetarian, bukankah kesehatan kita dapat terjaga? Dengan menjaga kesehatan fisik, maka kesehatan batin kita pun akan terjaga. Menurut pandangan para ilmuwan, pola hidup vegetarian bermanfaat bagi kelestarian lingkungan.

Kita juga melihat sebuah keluarga di Penang, Malaysia. Sang istri menderita penyakit kanker payudara. Mulanya, suaminya adalah seorang sopir, namun karena kecelakaan di bagian pinggang, ia tak dapat lagi bekerja. Akhirnya, keluarga yang beranggota 5 orang ini hidup dalam kondisi sulit. Para tetangga tidak tega melihatnya dan mengajukan kasus ini kepada Tzu Chi. Insan Tzu Chi pun mulai memerhatikan keluarga ini.

“Ada orang tak percaya kami hidup susah. Saya sangat beruntung karena masih ada orang yang menolong kami. Kedatangan Tzu Chi pun tak pernah saya duga,” ujar istri sopir tersebut.  Ketika Tzu Chi menolong saya, seperti yang dikatakan orang bahwa saya seperti melihat secercah harapan. Beban saya telah berkurang. Kehidupan saya kini membaik bagai bintang yang bersinar kembali. Selain memberikan pelayanan medis, insan Tzu Chi juga membantu kehidupan mereka dan membelikan sepatu baru untuk anak-anaknya. “Apakah sepatu lamanya mau dibuang?” tanya seorang relawan.  Saya rasa saat pelajaran olahraga saya tak mau pakai sepatu baru, takut kotor. Akhirnya, pakai sepatu lama.

Suatu hari relawan Tzu Chi menceritakan tentang semangat celengan bambu dan kisah Tzu Chi kepada mereka. Anak-anaknya sangat berhati mulia. Setiap hari mereka menabung dalam celengan. Celengan ini mau buat apa? Untuk menolong orang. Mengapa ingin menolong orang? Sebab saya tak mau ada yang susah seperti saya. Sepasang kakak beradik ini juga mengumpulkan barang daur ulang di sepanjang jalan saat berangkat maupun pulang sekolah untuk diberikan kepada Tzu Chi.

Mereka sungguh menyayangi bumi dan menghargai sumber daya alam. Mereka mengerti cara menghemat sumber daya alam dan membalas budi orang lain. Lihatlah betapa mengagumkannya mereka. Ada pula seorang anak dari Melaka. Bodhisatwa kecil ini mengetahui pentingnya pelestarian lingkungan dari gurunya. Ia juga menyaksikan Da Ai TV dan mengetahui bahwa kegiatan daur ulang berkaitan erat dengan pelestarian lingkungan. Jadi, demi melindungi bumi, meski hanya seorang siswa kelas 4 SD, ia dengan berani berkata kepada gurunya bahwa ia akan memulai kegiatan daur ulang di kelas.

Ia telah menginspirasi teman-temannya untuk melakukan daur ulang. Mulanya, hanya sedikit orang yang merespon kegiatannya. Namun, 9 bulan kemudian, teman-temannya pun mulai bergabung untuk melakukan daur ulang.

Para Bodhisatwa sekalian, ia hanyalah seorang anak kecil. Namun, dengan adanya niat dan tekad, maka akan ada kekuatan. Ia telah berhasil mengemban misi di sekolah. Ia memulainya dari diri sendiri. Meski berasal dari keluarga berada, ia tetap menggunakan pensil yang berukuran pendek.

Ketika penggarisnya patah, ia tak tega membuangnya. Ia akan menempelkannya kembali. Lihatlah, ia menghargai sumber daya alam dengan hati yang murni. Inilah kebijaksanaan.

Sungguh,  ketika kebijaksanaan dalam hati terbuka, maka kehidupan kita akan kaya selamanya. Intinya, kita harus mengasihi diri sendiri, orang lain, dan bumi pertiwi. Dengan demikian, barulah bumi memiliki kesempatan untuk pulih sehingga manusia dan segala sesuatu di bumi ini dapat hidup dengan tenteram. Jika bumi ini sehat, barulah ia dapat menopang kehidupan kita. Jika terus merusak bumi, bagaimana manusia dapat hidup damai dan tenteram?

Karena itu, saya berharap setiap orang dapat lebih bersungguh hati dan berintrospeksi diri. Kita harus sungguh-sungguh mengubah gaya hidup mewah. Kelak kita hendaknya saling mengingatkan tentang hal ini. Baiklah, kita semua harus senantiasa bersungguh hati.

Diterjemahkan oleh: Lena 
Seulas senyuman mampu menenteramkan hati yang cemas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -